HBA • 15

135 45 14
                                    


HAPPY READING

○●○

  
AGATHA menangis dihadapan Elgara. Gadis itu sudah menceritakan semua kejadian yang terjadi kemarin pada Gara. Elgara tak tahu harus bagaimana, pria itu bingung melihat adiknya terus menangis seperti ini.

Ingin rasanya ia, menjadi dewa untuk sekedar menghilangkan rasa sakit Agatha sebentar saja. Agar gadis itu kembali ceria seperti dulu. Tapi tak mungkin, semuanya telah berjalan sesuai takdir. Mau bagaimanapun inilah takdir Agatha, gadis itu ditakdirkan untuk menerima kenyataan ini.

Elgara juga menceritakan tentang ia yang dipanggil guru bk untuk datang kesekolah kemarin. Pihak sekolah hanya meminta persetujuan Gara agar Agatha dikeluarkan dari sekolah.

Agatha semakin menangis mendengarnya. Gadis itu memukul pundak Elgara kuat. Pria itu hanya diam tak berkutik. Tiba tiba saja, air mata pria itu keluar begitu saja tanpa persetujuan darinya. Elgara tak kuat lagi, ia juga ikut merasakan sakit sama seperti yang Agatha rasakan.

Ia mengusap airmatanya. lalu memeluk gadis itu hangat. mengusap punggungnya perlahan, berharap agar perasaan gadis itu kembali tenang.

Pria itu melepas pelukannya. mencangkup pipi Agatha dengan kedua tangannya. "Udah, nggak papa. jangan nangis terus, ya? kasian ntar dede nya ikutan nangis. Agatha kan kuat, jangan nangis terus ya. liat tuh dede nya sedih liat mama Agatha nangis terus ... " ucapnya, ditemani kekehan kecil dari sudut bibirnya. Lalu beralih, menggenggam telapak tangan Agatha yang terasa begitu dingin.

"Ada aku."

Agatha tersenyum, ia terkekeh pelan.

"Kok ketawa?"

"Tumben, nggak pake lo gue." jawabnya sembari terus tertawa pelan.

Elgara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Biar romantis." jawabnya, ikut terkekeh.

Agatha memukul pundak Gara kuat. membuat sang empu meringis pelan. "Ihh apaan sih," ucapnya diiringi tawa yang sama.

Agatha merasakan jantungnya yang bergedup kencang. Agatha menggeleng, Agatha mencoba meyakinkan dirinya untuk tidak baper dengan gombalan receh dari kakaknya itu. ia tidak boleh suka, atau bahkan mengagumi sosok Elgara yang kini sudah menjadi kakaknya.

Tapi, tak bisa dipungkiri bahwa Agatha sangat senang berada didekat Gara. Agatha merasa nyaman dan tidak terancam. Tapi, mungkin itu hanya sebuah rasa kagum saja. Agatha berjanji untuk tidak akan pernah menaruh rasa pada sosok Elgara yang notabenenya ialah kakaknya.

Gara tersenyum penuh makna. Mencubit hidung gadis itu lalu menyenderkan kepalanya pada senderan sofa.

Agatha juga sama, ia ikut menyenderkan kepalanya. Hening beberapa detik, sebelum akhirnya Agatha kembali membuka suara. "Gimana setelah ini?" tanya nya.

Elgara beralih menatap Agatha. "Maksudnya apa? setelah ini gimana?"

"Ya, setelah ini, aku gimana? aku nggak enak, kalo harus numpang hidup sama kamu terus,"

"Apa aku ngekost aja, ya? biar nggak terlalu ngerepotin kamu." lanjutnya.

Elgara menatap Agatha seksama. Lalu menggeleng pelan. "Nggak! lo nggak boleh pergi. gue seneng ada lo disini, ga. gue seneng direpotin sama lo. gue seneng kalo ada lo disini. gue nggak bisa ngebayangin sebosen apa hidup gue kalo nggak ada lo. lo yang buat hidup gue berwarna, ga. jangan pernah ada niatan untuk pergi, ya?"

Agatha menunduk. Airmata nya lolos begitu saja. "Aku takut, nanti kamu ikutan sial karena udah numpangin anak pembawa sial kaya aku." ucapnya sembari terisak.

Elgara menggeleng. "Biarin! biarin orang lain bilang kalo lo anak pembawa sial. tapi, menurut gue, lo anak istimewa, ga. lo istimewa karena cuma lo yang dikasih cobaan seberat ini. tuhan tau lo bisa, tuhan tau lo kuat, makanya dia ngasih cobaan nggak seberapa ini buat lo. lo cukup jalanin takdir ini dengan lapang dada, buktiin kalo lo bisa bertahan hingga akhir, dan mencapai kebahagiaan yang selama ini lo cari. so, be a strong human being, feeling hurt will not make you pitied by everyone."

Agatha menatap pria itu hangat. ada rasa kagum dalam diri Agatha ketika mendengar perkataan dari pria itu. Agatha tersenyum manis sembari mengangguk.

"Lo istimewa agatha. selalu istimewa."

"Makasih ya, kamu selalu baik sama aku. disaat semua orang benci dan menatap kotor aku, cuma kamu yang support dan bilang kalo aku istimewa. sekali lagi, makasih banyak ..." ucap agatha sembari terus mengukir senyum diwajahnya.

"Jangan pernah ngerasa, sendirian ya? kan ada gue. cowo terganteng sedunia."

Agatha terkekeh geli. lalu memeluk pria dihadapannya. pria itu membalas pelukan Agatha sembari tersenyum.

Agatha menatap manik pria itu penuh harap, lalu bertanya. " Gara, jangan tinggalin aga, ya?"

"Nggak bakal. sekalipun itu taruhannya nyawa, kalo untuk ninggalin lo sendirian, gue nggak mau."

"Gue mau jagain lo, sampe dede ini lahir." lanjutnya. membuat Agatha mengulum senyum. Wajah gadis itu tampak pink alami. jangan bilang bahwa Agatha salah tingkah mendengar perkataan Elgara kali ini.

Setelah beberapa detik, Agatha melepas pelukannya. mengulurkan jari kelingkingnya kehadapan Elgara, lalu berucap. "Janji?"

"Janji!" ucapnya sembari menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking agatha.

Agatha tersenyum penuh makna. ia senang, bahkan sangat senang karena telah dipertemukan dengan pria sebaik Elgara. Pria yang baik, meski terkadang menyebalkan.

Pria baik yang kini notabenenya ialah kakaknya.
Meski tak ada ikatan darah, tetapi ia yakin ikatan darah tak menjadi penghalang dirinya dan Elgara bersikap seperti seorang kakak dan adik.

 

♡♡♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HUJAN BULAN AGUSTUS (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang