• part 10 *~°

242 27 3
                                    

Malam ini terasa berbeda bagi seorang pemuda yang sedang duduk sendirian di dalam ruangan didominasi cat putih.

Dengan kepala tertunduk dengan kepala tertunduk ia mengepalkan kedua tangannya yang sedari tadi tak berhenti bergetar, seirama dengan ketukan tumit sepatunya yang tak mau diam.

Pintu terbuka menampilkan pria paruh baya berjas putih dengan sebuah map yang berada di genggamannya.

"Arta Khaezan Wildan? " tanya paruh baya itu yang di anggukin Arta.

"Ini adalah hasil tes kamu, seminggu yang lalu." tampak sangat dokter tersenyum tipis, lalu menyerahkan hasil tes kepada Arta.

"Terimakasih dok" balas pemuda bejakun itu lalu berdiri, saat akan menggapai knop langkahnya berhenti kala suara dokter kembali terdengar.

"Asal kamu bisa rutin cek up, Insyaallah kamu akan sembuh. Karna penyakit kamu baru tahap kedua ada kesempatan bisa sembuh dari penyakit tersebut."

__________________

Langkah seorang gadis cantik berpipi gembul itu terhenti di depan pintu toilet. Mendekatkan telinganya pada pintu, dapat ia dengar suara tawa bergelegar dan diikuti suara ceritanya air dari dalam.

Karena Noela kepo yang amat penasaran, ia membuka pintu secara kasar. Kedua matanya terbelalak melihat seorang siswi yang sudah lemas tak berdaya dengan seragam yang basah kuyup.

Ia sangat kenal siswi baru itu, ia adalah Sania. Tsania Alleta. Gadis polos mendekati bego, yah ia sangat bego walaupun disakiti berkali kali tetapi ia tetap berbaik hati. Ia juga yang membelanya kala waktu itu.

Tersadar akan lamunannya, Noela maju mendorong salah satu siswi yang akan melayangkan tamparan pada Sania!

"BANGSAT! MAKSUD LO AP-" siswi itu tak melanjutkan perkataan nya. Ia tercengang melihat Noela bersidekap dada menatapnya tajam.

Nyalinya seketika menciut melihat itu, yah siapa yang tidak takut dengan Noela sangat primadona high School. Yang dulu terkenal dengan kesombongan dan Queen bullying.

"Pergi" satu kata yang diucapkan Noela yang langsung dipatuhi oleh ketiga siswi tersebut.

Saat akan menggapai knop pintu, suara Noela kembali terdengar.

"Sekali lagi lo gangguin dia, berurusan sama gua" ucap gadis itu seraya membalikan tubuhnya menghadap ketiga siswi yang bergetar dengan spontan mengangguk, dan berlari keluar.

Noela kembali menatap Sania, penampilan gadis itu jauh dari kata baik.
Rambut yang berantakan dan seragam yang basah karna air pel. Gadis itu terlihat sama seperti Sania yang dulu, Sania yang menyedihkan dan Selalu di bully, hanya karna gadis itu merupakan siswi jalur beasiswa.

"Lo gapapa?" tanyanya seraya mendekat, dan dapat ia lihat anggukan lemah gadis itu.

Noela mendengus mendapati jawaban gadis itu, mustahil jika Sania tak terguncang mentalnya. Membuka hoodie oversize yang ia pakai dari rumah, dan menyerahkan nya pada Sania.

"Nih pake seragam, lo nerawang"

Wajah Sania berubah menjadi merah, gadis itu sangat malu dan dengan cepat meraih sodoran Noela. Memakai hoodie tersebut, seketika aroma buah Stroberry menyeruak memasuki indra penciuman nya.

"M-makasihh" ucapnya terbatas Batah.

Noela mengangguk, gadis berpipi gembul itu kembali menatap Sania. Ditelisiknya raut lugu gadis itu. Gadis yang dulu selalu menempel dengannya namun ia bully , gadis yang selalu melindunginya dulu dari amukan Dylan.

Noela's love Story [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang