Bab 3

4.3K 15 0
                                    

Pagi-pagi sekali Marsha sudah bangun. Ia membersihkan kamar tamu bekasnya dengan Reza bercinta. Saat membersihkan kamar ia teringat kejadian panas yang mereka lakukan tiba-tiba gairah naik dalam tubuh Marsha.

Setelah membersihkan kamar tamu, ia menyiapkan sarapan pagi. Ia mengahangatkan 2 bungkus bakso yang semalam dibelinya. Ia juga memasak nasi. Semua ia hidangkan di atas meja.

Setelah selesai ia kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri. Dan bersiap pergi ke kampus. Marsha mengenakan kemeja berwarna putih dengan panjang lengan di siku dan bawahannya ia mengenakan rok jeans berwarna biru diatas lututnya. Lalu ia memakai sepatu kets berwarna putih.

Saat Marsha sedang sarapan datanglah Andre dari depan ruang tamu. Yang sepertinya ia baru saja pulang diantar temanya. Mas Andre bilang ia habis kongkow-kongkow kecil-kecilan karena temannya berulang tahun.

"Makan apa kamu sha?" Tanya Andre yang baru datang.

"Makan bakso.. ayo mas ikut sarapan." Kata Marsha.

"Bakso Rere beli kemarin?"

"Iya, aku angetin buat kita sarapan pagi ini."

"Pulang jam berapa dia semalam?"

"Jam 11an kali, kalau gak salah."
Kata Marsha berbohong.

"Ya udah mas Andre sarapan gih, aku udah mau berangkat nih.. soalnya tadi Radit telpon udah deket-deket sini katanya."

"Oke hati-hati, ada ongkos gak?"

"Enggak ada.." kata Marsha senyum-senyum mau.

"Ini buat kamu." Andre mengeluarkan 2 lembar uang seratus ribuan.

"Oke, thank mas ku, bye."

Marsha pun menunggu didepan rumah, benar saja belum lama ia berdiri Radit sudah muncul dengan sepeda motornya. Mereka pun pergi ke kampus bersama.

Sesampainya di kampus, sambil menunggu dosen yang datang terlambat. Marsha menceritakan bahwa sekarang ia sudah mempunyai kekasih.

"Emm.. dit."

"Apa?"

"Gue mau kasih tau Lo sesuatu."

"Ngasih tau gue sesuatu? Apaan tuh?" Radit penasaran.

"Gue u-dah pu-nya co-wo..!!" Kata Marsha pelan.

"Apa?"

"Gue udah pacaran dit, Pulang kampus katanya dia mau jemput gue." Kata Marsha senang.

"Ohh.. selamat deh."

"Ihh.. kok Lo kaya gak seneng gitu gue punya pacar dit?"

"Masa sih? Keliatan dari muka gua yah?"

"Iya!! Jelek banget muka Lo!!"

"Gue ikut senang kok kalo sahabat gue udah punya pacar, cuma nanti kita pasti jarang bareng hang out bareng lagi sha."

"Enggak persahabatan kita masih kaya yang biasa dit, tinggal bilang aja sha hang out yok, gua bilang ayok dit." Kata Marsha antusias.

"Ya terserah Lo aja deh."

Selesai kuliah, Marsha cepat-cepat merapihkan tasnya.
"Dit, gue duluan ya? Cowo gue WA udah didepan soalnya." Kata Marsha tergesa-gesa.

"Oke, hati-hati sha, jaga diri Lo jangan sampe Lo di apa-apain sama doi." Pasan Radit.

"Tenang aja dit, bang Rere baik kok orangnya.. kita udah kenal dari kecil dan baru ketemu lagi sekarang."

"BANG?? Berapa umurnya sha? Udah tua? Om-om dia? Lo pacaran sama om-om?" Kata Radit sewot.

"Apaan sih Lo? Dia belum kawin kali.. seumuran sama mas Andre dit. Udah tenang aja, oke gue pergi dulu, bye." Marsha melengos pergi.

Diparkiran kampus. Reza menunggu di dalam mobil. Marsha langsung masuk ke dalam mobil.

"Maaf ya bang, lama ya?"

"Enggak kok sayang, ohh.. ya ini obatnya cepet kamu minum sekarang." Reza memberi sebotol obat yang isi ada banyak pil.

"Oke, aku minum yah." Marsha meminum satu pil. "Terus sekarang kita mau kemana bang?"

"Abang mau ngajakin kamu ke suatu tempat, tapi kayanya kita makan siang dulu deh, udah jam 2 siang nih, Abang belumakan siang soalnya."

"Ohh.. oke kita makan dimana?"

"Yang dekat- dekat sini aja dimana ya?"

" Kita resto Kang Emil aja, gak jauh kok dari sini, makanannya juga enak-enak."

"Makanan Sunda ya?"

"Iya, kenapa Abang gak suka?"

"Suka kok, yuk kesana."

Sesampainya di resto kang Emil.
Reza langsung memesan makanan 2 ayam bakar, udang, cumi-cumi dan ati ampela ayam juga tambahan gado-gado. Mereka pun makan sebelum melanjutkan perjalanan.

Dimobil setelah mereka makan.

"Abang suka sea food ya?"

"Abang suka makanan apa aja, bahkan makan tete sama memek kamu aja Abang suka, doyan malah." Kata Reza senyum menggoda.

"Apaan sih, mulai deh genitnya." Kata marsha malu.

"Gak apa-apa lah kalo genit sama pacar sendiri."

"Iya deh, iya.. terus kita mau ke mana nih sekarang?"

"Ke pantai, kamu suka kan pergi ke pantai?"

"Suka-suka aja sih, tapi aku lebih suka ke puncak.. soalnya udaranya seger, banyak pepohonan, tumbuhan hijau gitu."

"Oke next kita pergi ke puncaknya ya?"

"Iya Abang.."

Sesampainya di pantai.

"Kalau malam indah juga ya bang? Banyak lampu-lampunya, kaya dibali aja."

"Iya bagus kan? Mau mandi?"

"Mandi? Abang aneh aja, masa iya mandi dilaut malam begini, lagi pula aku gak bawa baju ganti, nanti lain kali aja."

"Ya udah kita jalan-jalan dipinggir pantai aja."

Mereka pun berjalan di pinggiran pantai, Reza merangkul Marsha dengan hangat. Mereka saling mengenal pribadi masing-masing.

"Bang, ada sewa tikar tuh.. kita sewa ya, kaki aku udah pegel banget ini jalan terus." Kata Marsha memberi usul.

"Ya udah, yuk ke sana kita sewa tukarnya."

Mereka pun menyewa tikarnya.

"Bang, kok kita cari tempat duduk di tempat ini sih?"

"Kenapa emangnya sayang?"

"Sepi cuma kita berdua."

"Itu disana ada orang, disebelah sana juga, terus disitu ada juga, bukan cuma kita berdua sayang." Kata Reza seraya menunjukkan posisi mereka.

"Iya tau, tapi jaraknya sedikit jauh terus disini juga gelap."

"Ngapain mau deket-deket? Emangnya kita lagi piknik? Kan lagi pacaran, mereka juga jaraknya kan jauh satu sama lain, tempat mereka juga gelap sayang."

"Tapi bang.."

"Udah gak usah tapi-tapi, sekarang Abang mau nenen tete kamu Cha."

"Abang ihh.."

"Kenapa? Abang buka ya?" Reza langsung membuka kancing kemeja yang Marsha kenakan.

Setelah kancing terbuka Reza langsung mendapati apa yang dicarinya masih terbungkus bra merah. Ia pun mengeluarkan payudara Marsha dari bra. Ia memainkannya dahulu, meremas lembut dan memilin ujung puting payudaranya dengan memutar dan menariknya.

Mereka berciuman, ciuman yang menuntut satu sama lain. Saling melumat, saling mengisap.

Reza lalu mengangkat tubuh marsha ke dalam pangkuannya, kini ia berhadapan dengan kedua payudara Marsha. Tanpa waktu lama, Reza langsung melahap payudara Marsha, ia menghisapnya seperti bayi yang sedang kehausan. Sambil terus meremas payudara sebelahnya. Marsha yang begitu candu dengan isapan bibir Reza, ia terus menikmati setiap sentuhan dan setiap isapan pada payudaranya.
Ia mengelus-elus kepala Reza.

 Cinta MarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang