Bab 8

3.4K 8 0
                                    

Wajah mereka mendekat dan hidung mereka saling bersentuhan. Mereka saling menghirup nafas satu sama lain, seperti menahan untuk berciuman. Ini membuat jantung Marsha dag dig dug tak karuan, dadanya pun naik turun bahkan nafas mereka begitu cepat.

Bibir pak Gani pun mengecup pelan dan singakat bibir Marsha tapi begitu intens maupun sebaliknya. Kecupan singkat itu kini durasinya lebih lama dan lebih lembut karena mereka saling melumat lembut bibir satu sama lain, saling berpaut lidah, saling menjilat. Mereka terbakar gairah panas. Mereka saling terhipnotis satu sama lain.

Bahkan saat berciuman, tangan pak Gani cepat dan aktif membuka setiap kancing kemeja yang Marsha kenakan, 3 kancing bagian atas telah lolos terbuka, dan langsung menampakan belahan payudara Marsha yang besar dan montok, karena Marsha hanya mengenakan bra berwarna hitam saja tanpa ada pakaian dalam yang menutup payudaranya itu sehingga memudahkan tangan pak Gani untuk menelusup masuk dan mendapatkan apa yang ia incar..

Sambil terus berciuman tak segan ia terus memainkan payudara sang mahasiswi.
Dan kejadian ini hanya beberapa menit terjadi, karena tiba-tiba ada seseorang yang mengetok pintu ruangan itu.

Tok.. Tok.. Tok..

Tok.. tok.. tok..

Dengan sigap mereka tersadar dan cepat-cepat merapihkan keadaan mereka saat itu. Sebelum orang yang ada di depan pintu itu masuk.

Pak Gani pun mulai membuka dish Marsha dan mempelajari tugas yang ia buat dengan Marsha yang berdiri di samping kirinya.

"Selamat siang.."

"Siang." Jawab pak Gani dan Marsha masih membenarkan penampilannya saat itu.

Mendengar ada orang lain di dalam ruangan, orang tersebut pun masuk ke dalam ruangan itu. Ternyata orang tersebut adalah satpam yang membawa sebuah paket dari kurir untuk dosen yang lain.

"Permisi pak dosen, saya hanya mau mengantarkan paket di ruangan ini." Kata satpam tersebut.

"Atas nama siapa pak yang punya paket itu?" Tanya pak dosen.

"Ibu Lidia pak." Jawab satpam.

"Ohh.. ibu Lidia, ibu Lidia gak masuk pak hari ini.. paketnya taro di dalam ruangannya aja, bapak buka pintu yang ada di ujung sebelah kanan itu, taro paket di mejanya, besok saya sampaikan pada beliau pak." Terang pak Gani.

"Ohh.. baik pak." Satpam itu pun mengantar paket tersebut ke ruangan yang dimaksud lalu pergi kembali.

" Sudah pak."

"Sudah pak dosen, kalau begitu saya kembali ke pos jaga dulu."

"Oke pak."

Setelah satpam itu pergi, suasana pun semakin canggung di antara mereka berdua.
Pak Gani pun mengecek tugas Marsha kali ini dengan serius.

"Ohh.. nama kamu Marsha?"

"Iya pak."

"Ini udah hampir selesai kok."

"Iya pak, tinggal sedikit lagi tapi saya semalem ketiduran."

"Ya udah, saya periksa tugas kamu disini saja, tunggu saya copy dulu."

"Jadi gak usah di print pak?"

"Gak usahlah."

"Terima kasih pak, kalau begitu saya boleh permisi pak?"

"Emm.. ya boleh."

Marsha mengambil dishnya dan setelah itu pergi meninggalkan ruangan tersebut. Jantungnya masih shock atas kejadian tadi. Tapi jujur ia sangat senang, walaupun hanya sesaat ia bisa merasakan ciuman suami beristri.

"Duhh.. keluar juga akhirnya, jadi salting banget setelah kejadian ciuman itu, ternyata begini rasanya ciuman sama suami orang. Ya ampun masih kebayang lagi sama bibirnya yang lembut jilat bibir gue, tangannya yang kekar ngeremes payudara gue, mimpi apa gue semalam, jadi pelakor.. jadi pelakor deh gue." Batin marsha.

Di depan kampus, Marsha telah memesan taksi online, sebenarnya ia ingin pulang menumpang motor Radit tapi ternyata, Radit sudah ada janji sepulang kampus menjemput Riana sang kekasih, mereka ingin ngedate katanya.

Tiba-tiba saja ada sebuah mobil Range Rover hitam berhenti tepat di depan Marsha. Dan membuka kaca jendela mobilnya. Dan tidak lain itu adalah pak Gani.

"Marsha.." panggil pak Gani dari dalam mobil setelah kaca jendela terbuka. Dan Marsha merunduk melihat siapakah seseorang yang berada di dalam mobil Range Rover hitam yang memanggilnya.

"Pak Gani?? Ada apa pak?" Jawab Marsha.

"Ngapain disitu sendirian? Nunggu jemputan pacar kamu?" Tanya pak Gani.

"Pacar? Bukan pak.. saya nunggu taksi online, tadi saya udah pesan tapi belum datang-datang padahal saya liat di aplikasi jaraknya Deket." Kata Marsha menjelaskan.

"Kami mau pulang atau kemana?" Tanya pak Gani kembali.

"Mau pulang pak." Jawab Marsha.

"Rumah kamu arah ke mana emangnya?" Tanya pak Gani.

"Jalan Proklamasi pak." Jawab Marsha.

"Ohh.. ya udah bareng saya aja, kita searah."

"Tapi pak, saya udah terlanjur persen."

"Udah batalin aja, ayo cepet naik." Kata pak Gani langsung membuka pintu mobilnya. Karena rasa tak enak, Marsha pun masuk ke dalam mobil pak Gani. Marsha pun langsung membatalkan pesanannya.

Dalam perjalanan pak Gani membuka pembicaraan.

"Jadi beneran kamu belum pacar Marsha?" Tanya pak Gani penasaran.

"Belum pak, kenapa sih bapak gak percaya?"

"Jelas saya gak percaya, wanita secantik, semanis, sepintar bahkan sesexy kamu masa sih hari ini belum punya pacar?" Kata pak Gani memuji.

"Kalau cantik, manis dan sexy.. ya pahamlah saya. Pak Gani bisa liat dari fisik saya.. tapi pintar? Emang saya pintar pak? Pak Gani aja baru satu kali ngajar dikelas."

"Dari hasil tugas kamu, tugas itu beda dari mahasiswa lainnya, out of the box gitu, dari kata per kata atau kalimat per kalimat." Jelas pak Gani.

"Maksudnya pak?"

"Ya tulisan itu tulisan kamu, bukan nyalin kalimat dari google atau buku, kaya hasil karya kamu aja kalau saya baca. Jadi saya kasih nilai kamu A+" Marsha tersanjung di puji.

"Tapi pak kejadian yang di ruangan itu, bukan berarti saya minta nilai bagus pak, apalagi pujian dari pak Gani, gak sama sekali kok, semuanya pure saya gak sengaja, saya minta maaf ya pak, saya..."

Tiba-tiba pak Gani memberhentikan mobilnya dipinggir jalan. Untung bukan jalan raya umum, tapi jalan yang begitu sepi dan luas.

"Jujur Marsha, kalau saya pribadi.. saya berterima kasih, kamu sudah membangunkan hasrat saya yang selama ini terpendam, bahkan saya hampir lupa bagaimana rasanya terangsang oleh gairah seperti tadi karena, saya tipekal laki-laki yang tidak sembarang dengan seorang wanita." Terang pak Gani.

"Dengan istri pak Gani?"

"Sebenarnya, saya terpaksa menikahinya.. orang tua saya memiliki hutang yang cukup besar kepada keluarga istri saya, dan saya harus membayarnya dengan menikahinya, sedangkan saat itu dia sudah hamil oleh kekasihnya tetapi dia tidak mau bertanggung jawab. Karena takut malu mereka meminta saya untuk bertanggung jawab sebagai bayar hutang keluarga kami saat itu." Terang pak Gani.

"Jadi anak perempuan kembar itu bukan anaknya pak Gani?"

"Bukan, itu anak dari pacarnya. Selama kami 3 tahun menikah saya tidak pernah sedikitpun menyentuhnya, pegangan tangan saja jarang, kalau ada pertemuan-pertemuan dengan keluarga atau kerabat saja, karena kami pun ada perjanjian pernikahan hitam diatas putih, dan hanya saya dan dia yang tau."

"Perjanjian seperti apa itu pak?"

"Bahwa pernikahan kami hanya berlangsung selama 5 tahun, setelah itu saya akan menceraikan dia."

 Cinta MarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang