-10- Tolong Singgah Lebih Lama

469 33 2
                                    

Langit cerah yang membawa ceria kini berubah menjadi awan kelabu yang menampung rintik rintik hujan dan siap turun membasahi bumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit cerah yang membawa ceria kini berubah menjadi awan kelabu yang menampung rintik rintik hujan dan siap turun membasahi bumi. Gumaman doa yang teredam dalam kesunyian Gereja menguar dari kurva milik pemuda kembar.

Jingga hanya berharap satu dari tuhan, jika Yogyakarta membawa Sabiru kembali kesana ia mohon untuk dirinya ikut serta. Karena membayangkan hidup nya tanpa Sabiru saja sudah tak sanggup, mereka adalah dua insan satu jiwa, Tumbuhan saja tak bisa hidup seperti air bagai dirinya yang tak bisa hidup tanpa kakak kembar nya itu.

Ketika tautan itu sudah terlepas, doa yang Jingga pinta mungkin sudah terkirim kepada Tuhan.

Manik gelap yang bercahaya bintang itu melihat sang kakak yang tengah berdiri di depan pintu Gereja dengan sepasang headset di kedua telinga nya.

Jingga mendekati Sabiru, "Ru, ayok berangkat. Nanti keburu hujan." Titah nya.

Sabiru yang merasakan tepukan di bahu nya melepas headset nya itu dan mengembalikan nya ke saku celana. Dia menoleh ke atas, di mana langit kelabu tanpa matahari yang mengintip.

Kedua nya melanjutkan perjalanan menuju rumah Jingga, sesuai apa yang di kata Sabiru

Begitu sampai di rumah bergaya Amerika yang sayang nya sama seperti deretan rumah lainnya. Sabiru menyelonong masuk, "Njir, Ru. Kayak rumah sendiri aja," sindir Jingga.

Sabiru terkekeh, "emang rumah sendiri, kan?" Jawabnya.

Sabiru mengikuti Jingga menuju kamar nya di lantai dua. Rumah ini berbeda sekali dengan rumah Sabiru yang bisa di bilang seperti rumah miliarder, walaupun tempat dan rumah Jingga cukup besar nyatanya, rumah ini berkesan hangat karena tak terlalu besar seperti rumah Sabiru.

Sabiru suka setiap kali warna putih tulang yang menjadi dinding ini di jodohkan dengan warna biru tua, dan aksen coklat, seperti sekolah Jingga dan Sabiru dulu.

Sabiru terpesona kala di suguhkan kamar Jingga yang penuh akan warna oranye. Dia terkekeh, sudah tak heran bagi Sabiru kalau Jingga begitu menyukai warna oranye.

"Masih suka warna oranye ternyata," Celetuk Sabiru melihat adiknya yang sedang menge-charge handphone nya.

"Jingga mana yang gak suka warna jingga?" Sahut Jingga di sana.

Perhatian Sabiru kini penuh pada meja belajar yang di penuhi buku buku fisika, juga.. di penuhi foto foto polaroid yang tertempel di dinding.

Mulai dari polaroid awal Jingga dan Sabiru balita hingga di mana keduanya berpisah, lalu lanjut dengan foto Jingga sendiri.

Tangan kekar milik Sabiru mengambil Foto kecil dirinya dan Jingga, yang bertuliskan '2004'.

Betapa imut nya mereka saat itu, Sabiru jadi ingat kala itu adalah ulang tahun mereka yang ke empat tahun. Saat itu cuaca sedang tak bersahabat dengan mereka, sebab hujan deras mengguyur Jogja. Jingga menangis karena tak jadi pergi ke pantai sesuai rencananya, muka memerah dan sembab Jingga mengundang gelak tawa Sabiru karena menurut nya wajah Jingga lucu sekali.

Kalingga dan Jingga Biru | JEJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang