-9- Mama

406 34 1
                                    

Satu arah dengan semilir angin, sinar hangat dari sang surya memporak porandakan jiwa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu arah dengan semilir angin, sinar hangat dari sang surya memporak porandakan jiwa. Ketika Tuhan sedang menyusun tentang materi materi hidup bagi nya, siapa yang bisa menunda.

Jingga berdiri merentangkan tangan nya di pembatas sungai, taman ini begitu hangat dengan simfoni gemericik sungai. Dari ujung ke ujung mereka berjalan menyusuri taman ini.

Benjamin mengajak Jingga pergi ke taman dan sempat membelikan nya 1 cup ice cream, layaknya seorang ayah dan si kecil, Jingga terheran saat itu. Seolah di bawa tuhan menyaksikan kaset dvd usang yang di setel kembali setelah sekian lama, benar, dia merasa kembali ke saat dia dan Atmaja saat itu.

"Om, kenapa om tiba-tiba ingin jadi papa saya? Om tahu, kan? Bahwa Mama bukan wanita yang hidup sendiri melainkan ada saya, dan saya belum sepenuhnya move on dari masa lalu."

Benjamin menoleh dan tersenyum hangat, "Tentu, Jingga. Saya gak tau apa yang terjadi pada saya. Kadang.. saya rindu mendiang istri saya, saya rindu setiap sambutan dari bilah kata nya ketika saya sampai di rumah, Mama kamu.. Kasandra, membuat saya seolah kembali ke masa itu. Dalam pandangan pertama kami memang sudah merasakan kehangatan dari tubuh kami masing masing, saya butuh pendamping di hidup saya, saya gak mau terkurung dalam zona nyaman. Kami saling mencintai dan menginginkan lebih,"

"Memang gak mudah untuk mu, Jingga. Saya tau masa lalu Kasandra, dan bagaimana dia bercerai dengan Papa kamu. Tapi, Jingga. saya yakin dan saya janji bakal menjaga Mama kamu, dan menjadi pendamping hidupnya, saya yakin akan mengisi kekosongan sosok ayah di hidup kamu."

Jingga tertawa, "Huh, bahkan saya baru pertama ketemu Om. Gimana saya yakin sama Om bahwa Om adalah yang tepat buat saya?"

"Saya yakin bakal jadi ayah untuk kamu, Jingga. Saya akan memberi kamu kasih sayang seorang ayah yang belum kamu rasakan selama empat belas tahun, Saya akan menyayangi kamu seperti saya menyayangi anak saya dulu. Saya juga akan memberi kehangatan keluarga yang kamu rindukan." Yakin Benjamin. "Saya emang gak bisa janji, tapi saya akan berusaha memenuhi kebutuhan kamu, Jingga."

Jejak kaki berdiri di tengah mereka,
Itu Sabiru.

"Mungkin, Tuhan ingin memberi kasih sayang seorang ayah untuk adik saya. Tapi, ini terlalu cepat, Om. Kami saja masih sering teringat dengan masa lalu. Maaf kalau terkesan ikut campur.. tapi saat ini kehidupan saya dan Sabiru masih terikat keluarga."

Mereka berdua menoleh ke belakang berdiri bahu tegap berbalut jaket denim hitam dan garis wajah tampan tak beda jauh dengan Jingga.

"Ah, om! Ini–"

"Saya tau, kamu pasti Sabiru kakak kembar Jingga, Kasandra pernah bilang ke saya." Potong Benjamin

"Salam kenal, om. Tuhan baik banget. Udah temuin saya sama Jingga setelah sekian lama." Celetuk Sabiru. "Tapi sekarang keadaan ini canggung, saya dan Jingga gak bisa leluasa berdua seperti dulu. Dan kami tau alasan nya.."

Kalingga dan Jingga Biru | JEJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang