-14- Kalingga dan Rasa Ini

419 37 7
                                    

Kalingga menatap lapangan sekolah di depan nya. Belum mulai saja Kalingga sudah merasa takut dengan cobaan ini, rasanya Kalingga ingin bolos mata pelajaran olahraga sekarang tapi apalah daya Kalingga yang guru olahraga nya sebelas dua belas seperti presiden Korea Utara.

Kalingga tidak takut dengan olahraga atau mata pelajaran nya, tapi dia lebih takut dengan hal yang pasti dia alami. Kalingga tidak ingin menyusahi banyak orang.

Pemuda Jogja itu tersadar dari lamunannya setelah tepukan di bahu nya yang di sengaja oleh Satya, "Semangat! Lo pasti bisa!" Ucap Satya menyemangati temannya.

"Tenang, Ling. Ada aa Jaya disini!"

Kalingga tersenyum kepada dua teman nya. Dan Jaya membalas tatapan sinis Satya, "Apa lo liat liat?!"

Olahraga kali ini belajar tentang lari estafet dan untungnya Jaya dan Kalingga satu tim, yaa.. setidaknya Jaya bisa membantu nya kalau tepar, bukan?

"Selanjutnya, kelompok buto ijo. Yang pertama itu ada Yedam, Kalingga Jake, terus Jayandra Putra dan bla bla bla.."

Pemilik nama berikut langsung berkumpul untuk lari estafet selanjutnya. Lari di lapangan seluas 4.050 meter persegi sudah seperti lari di lapangan bola.

Ketika waktu sudah semakin bertambah Kalingga dengan cepat berlari sekencang mungkin, meskipun napasnya terengah engah tapi dia tak gentar agar sampai ke garis pos.

Di depan sana ada Jaya yang sudah mengulurkan tangan nya untuk Kalingga.

Semua objek di sekitar Kalingga terasa terhenti. Begitu sampai di pos Kalingga memberikan benda pergantian itu ke Jaya, "Nice, Jay!"

Kalingga berjalan lunglai ke pinggir lapangan sambil menetralkan napasnya, ujung baju lengan nya ia tarik untuk mengelap keringat yang terus menerus keluar dari pelipisnya.
Rambut nya basah seperti di guyur hujan, tubuh nya panas seketika.

Satya dengan cepat menghampiri kawan nya yang baru saja dia kenal 1 bulan itu, "Lo gapapa?" Tanya nya dengan khawatir.

"Gwejh im fine!"

Meskipun mendapat balasan dari Kalingga rasa cemas nya belum hilang bagaimana tidak? wajah Kalingga pucat pasi berbeda dengan tangan Oke yang mewakilkan keadaan Kalingga.

"Serius?"

Kalingga mendengus dengan pertanyaan Satya, kepalanya mengangguk, "Dua rius, Sat."

Kalingga duduk di rerumputan hijau dengan rasa lelah yang belum sepenuhnya menghilang. Ia mendongak ke langit yang cukup mengabu, awan redup menutupi sebagian cahaya matahari tepat di kepalanya.

Kalingga menutup matanya merasakan tetesan air dari atas yang jatuh sedikit demi sedikit.

Tes..

Tes..

Tes..

Dagu yang tadi mendongak langsung menunduk. Suara Satya terdengar memberi tahu nya, "Ling, darah!" Kalingga langsung menutup hidung nya dan berlari ke toilet.

Dengan susah payah ia bersihkan semua darah yang mengalir deras dari hidungnya, baju olahraga Kalingga sudah penuh dengan bercak darah. Umpatan demi umpatan keluar dari mulut Kalingga, sudah ia duga pasti akan seperti ini.

Tubuh nya lemas seperti tidak di beri makan 3 hari. Pandangan nya memudar dan kunang kunang, pusing menjalar di seluruh kepala Kalingga.

Kalau saja Satya tidak menangkap nya pasti dia sudah terkapar di lantai.

"Tuhkan, gue bilang juga apa! Harusnya lo izin aja tadi." Jaya memprovokasi sambil merampas handphone Kalingga untuk mendial nomor di kontak Kalingga satu persatu.

Kalingga dan Jingga Biru | JEJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang