16

26 19 1
                                    

"Ketika malam gelap melanda Adarlan, kami sebagai prajurit bagaikan bintang keberanian yang bersinar paling terang akan terus maju dan membela kebenaran."

ִ ֹ ─── 𐘃 ─── ۫ ۪

Distrik Rast, markas besar Pasukan Khusus.

Pagi itu, suasana di area markas besar Pasukan Khusus cukup sibuk. Terdapat beberapa prajurit yang sedang melatih kemampuan mereka dengan semangat yang tinggi. Ada pula yang sedang mengangkat topik pembicaraan penting.

"Kita akan menangkap monster itu dan menyelidiki mereka, seperti pendapat anda beberapa hari yang lalu," jelas Mirko.

Mirko membenarkan posisi duduknya dan menaruh kedua tangannya di meja. "Kita pernah mendirikan kamp di salah satu hutan yang ada luar tembok, kan? Lebih baik kita memanfaatkan kamp itu untuk penyelidikan monster," usul Mirko.

Frederick mencermati kata-kata Mirko, dia mengingat kamp yang pernah dibangun untuk misi pengintaian penyihir. "Ide bagus," jawabnya singkat.

Frederick menatap lama mata Mirko yang duduk di depannya, dia berpikir sejenak. "Kapan kita akan melakukannya?" tanya Frederick.

"Secepatnya."

"Kita akan menjelaskan misi ini kepada regu anggota Pasukan Khusus yang akan ikut dalam hal ini, lalu sesegera mungkin melakukannya," lanjut Mirko.

"Regu saya akan ikut," cetus Frederick.

"Tentu."

Terdapat sedikit jeda dari Mirko, dia memikirkan sesuatu dan menghela nafas sebelum berkata, "Siang atau sore nanti, kita akan berkumpul di ruangan itu."

"Kita akan membahasnya lebih rinci di ruangan yang biasa kita gunakan untuk membahas strategi dan rencana perang. Saya masih memiliki beberapa pekerjaan yang belum selesai. Percakapan ini saya akhiri" ungkap Mirko, lalu menatap beberapa lembar dokumen penting yang tersusun rapi di mejanya.

"Baik, saya akan pergi sekarang," pamit Frederick sebelum berdiri dari kursi, lalu membelakangi Mirko. Dia segera berjalan keluar dari ruangan Mirko.

Mirko memfokuskan dirinya pada tugasnya kembali, mengurus beberapa dokumen penting setelah merencanakan misi penelitian monster bersama Frederick.

ִ ֹ ─── 𐘃 ─── ۫ ۪

Matahari bersinar silau dengan sangat terang. Sinarnya begitu terang sehingga warna-warna seakan memudar di bawah terik matahari. Udara terasa kering, dan angin panas sesekali menyapu tanah, membawa debu ke udara. Bayangan menjadi langka di bawah sinar matahari yang tak kenal ampun. Cuaca panas menciptakan siluet panjang di atas permukaan yang terbakar matahari.

Atmosfer di ruangan yang berukuran 6x4 itu cukup tegang dan sunyi, hanya terdengar suara Mirko. Beberapa prajurit duduk di kursi kayu yang telah disediakan. Dengan pandangan serius, mereka fokus ke depan, memperhatikan Mirko sebagai pemandu dalam misi ini.

"Seperti yang kalian tahu, monster hijau ini telah muncul dengan misterius dan membuat umat manusia di Adarlan kebingungan. Saya yakin kalian sudah tahu betapa mengerikannya mereka."

Mirko menghela nafas. "Untuk mengetahui monster itu lebih lanjut, kami memutuskan regu Fyodor, regu Frederick, dan regu Nikita ikut serta dalam kegiatan penyelidikan ini."

Di depan mereka, terdapat peta Pulau Avalon yang menempel di dinding. Mirko menunjuk gerbang timur dengan jari telunjuknya.

"Pertama, kita akan pergi ke Distrik Gravelhod dan menuju wilayah luar dari gerbang timur. Setelah cukup jauh dari tembok, kita akan membentuk formasi yang kita gunakan seperti ekspedisi beberapa minggu yang lalu. Namun, karena ada regu yang tidak ikut, kita akan sedikit mengubah posisinya nanti."

"Regu Frederick berada di barisan belakang. Regu Fyodor berada di barisan paling dalam, kalian yang akan membawa gerobak dan perlengkapan. Sementara regu Nikita berada di garda depan."

Mirko memindahkan telunjuknya ke salah satu simbol hutan pada peta. "Kita akan menuju ke hutan ini."

"Di hutan ini terdapat kamp yang pernah dibangun oleh Pasukan Khusus saat melakukan misi mengintai penyihir. Kita akan meneliti monster di area itu."

Mirko menurunkan tangannya dari peta itu. "Kita sebisa mungkin harus menghindari kontak dari monster. Lalu dengan cepat menuju ke hutan itu. Jika sudah dekat dan hampir mencapai hutan, regu Frederick akan memancing monster itu pergi ke arah lain agar mereka tidak memasuki hutan, Regu Fyodor dan regu Nikita akan masuk ke hutan dan mengamankan area hutan."

Frederick berdiri di samping Mirko, menyilangkan kedua tangannya dan menatap para prajurit dengan tatapan tajam, tiba-tiba memikirkan sesuatu.

"Bagaimana jika hutan itu sudah dikuasai oleh monster?" sela Frederick, membuat para prajurit lainnya berpikir hal yang sama seperti dirinya.

"Kecil kemungkinan. Mereka lebih sering berkeliaran ditempat terbuka," jawab Mirko.

Frederick mengangguk singkat kepada Mirko. "Baik. Silahkan dilanjut," ujarnya.

ִ ֹ ─── 𐘃 ─── ۫ ۪

Suasana di lapangan markas besar Pasukan Khusus dipenuhi ketegangan. Para prajurit sibuk memeriksa perlengkapan mereka, memastikan bahwa segala sesuatunya dalam kondisi terbaik. Senjata diperiksa, perbekalan dicocokkan, dan seragam dirapikan dengan penuh kebanggaan.

Komandan Mirko berdiri di depan pasukan yang berbaris, memberikan arahan dengan suara lantang. "Hari ini, tugas kita adalah menangkap monster yang telah membuat kekacauan. Kita akan menggunakan keahlian kita, dan pastikan semuanya berjalan lancar. Jangan lupakan pelatihan dan pengetahuan yang kita miliki."

Para prajurit mendengarkan dengan serius, semangat perjuangan terpancar dari wajah-wajah mereka. Beberapa saling berbicara dengan penuh semangat, mengasah kepercayaan satu sama lain.

Eve dan Matilda berbaris bersebelahan. Matilda menoleh ke Eve dan mencondongkan tubuhnya. "Di misi ini kita harus tetap kembali hidup-hidup, siap?"

Eve tersenyum kecil. "Tentu saja, itu harus."

"Namun, tak perlu berharap seperti itu. Lagipula, kita seorang prajurit yang siap mati untuk tanah air, kan?" lanjut Eve.

"Ya ... aku tahu."

Di luar markas, kuda-kuda diikat, menunggu untuk membawa prajurit ke lokasi ekspedisi.

Prajurit Pasukan Khusus melintasi pintu gerbang besar yang berada di timur, memasuki wilayah luar Adarlan yang.

"BENTUK FORMASI!"

Mereka membentuk formasi yang ditentukan, siap untuk menghadapi segala hal di wilayah luar ini.

Suara kuda yang menghentakkan kaki dengan keras dan cepat terdengar kasar. Ketiga regu bergerak dengan hati-hati, menghindari area-area yang mungkin berbahaya.

Area ini merupakan tempat terbuka yang minim pepohonan, beberapa monster berkeliaran disana.

Mirko, memimpin di depan regu Nikita, memberikan arahan secara tegas. "Ingat, kita harus menghindari pertempuran sebisa mungkin, kecuali memang benar-benar terpaksa melawan. Tetap waspada dan bersiaplah untuk segala kemungkinan."

Prajurit Pasukan Khusus merespons dengan penuh dedikasi, mata mereka memandang ke dataran yang datar dan penuh misteri, siap untuk menghadapi apa pun yang mungkin muncul.

Dalam misi ini, mereka menghindari pertarungan sebisa mungkin dan terus melaju mengikuti suar berwarna hijau yang ditembakkan oleh signal flare milik Mirko untuk menentukan arah laju barisan.

Mata tajam Mirko berusaha mengambil jalur yang aman. Dia terus mengamati dari arah mana saja monster itu datang. Kuda mereka melaju diatas kecepatan rata-rata, agar monster yang mengejar, tidak dapat meraih mereka.

Setelah setengah jam mereka terus maju dan berada di area luar, kurang satu kilometer lagi mereka bisa mencapai hutan. Ini saatnya ...

"REGU FREDERICK! SEGERA PANCING PERHATIAN PARA MONSTER KE UTARA!" perintah Mirko dengan suara kerasnya.

Dendam Eve Pada Penyihir [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang