48. Sayang untuk Elgar✔

86 9 0
                                    

Allo authornim balik lagi, btw partnya ini sedikit mengandung merica.

Langsung aja lah ya, happy reading.

Awas banyak typo dimana mana.

.

°°°°

"Jika ada yang roboh perbaiki bukan diganti" ~Dananta Elgar

°°°°










Natal, mungkin bagi sebagian orang ini adalah hari yang paling ditunggu, tapi tidak bagi Elgar. Ia benci Natal, setidaknya untuk tahun ini, mungkin.

Setelah tanpa sengaja mendengar perkataan Bhanu semalam Elgar berubah menjadi pendiam, bahkan ketika berada didalam mobilpun bocah itu hanya sesekali merespon. Matanya masih menelaah jalanan yang padat.

Pagi ini Wisnu dan keluarga kecilnya pergi ke gereja, kegiatan yang pasti banyak dilakukan ketika Natal dan tahun baru.

"Elgar kenapa? Kok diem aja?" tanya Bhanu sambil menatap adiknya.

Wisnu yang sedang mengemudi sedikit melirik kebelakang, begitu juga Nayara. Kedua nya memang sudah faham akan kejanggalan ini dari semalam, biasanya dimalam Natal Elgar akan ikut tidur dikamar orang tuanya, tapi entah mengapa semalam bocah bermata Boba itu mengurung diri dikamar.

Jika saja hari ini bukan Natal maka sudah bisa dipastikan Elgar akan mengurung diri. Wisnu sebenarnya ingin menanyakan alasan kediaman putra nya ini, tapi ia ingat bahwa sifat dan sikap Elgar 97% mengikuti gen nya. Wisnu tau Elgar tidak akan membicarakan masalahnya jika ada si masalah.

Nayara pun ikut diam walaupun sedari tadi ia selalu memancing Elgar untuk bercerita semuanya, tapi benteng yang dibangun Elgar terlalu kokoh hingga Nayara menyerah dan memilih menunggu Elgar membuka suara. 3% gen yang dimiliki Elgar adalah sifat buruk nya, suka mengurung diri, keras kepala dan tidak terlalu suka menceritakan masalahnya secara spontan.

Mendengar pertanyaan Bhanu malah membuat hati Elgar berdenyut nyeri, kepala Elgar menggeleng pelan "Elgar gak papa" jawab nya singkat.

"Kalo gak papa ayo dong ngomong, biasanya kamu paling berisik" tangan Bhanu mengacak rambut rapih Elgar, biasanya bocah itu akan mengamuk jika rambut rapihnya disentuh.

Sayangnya kali ini Elgar hanya diam dan malah semakin memalingkan wajah membuat Bhanu langsung menjauhkan tangan nya "dek, ngomong dong, kamu kenapa?" tanya Bhanu halus, kali ini nada suaranya sedikit khawatir "jangan diem aja."

Lagi lagi hanya kediaman yang menjadi respon didalam mobil, merasa diacuhkan Bhanu pun ikut mengalihkan pandangan nya keluar jendela, tatapan nya seketika berubah datar.

Nayara menggigit bibir bagian dalam nya, matanya terpejam melihat ruang dingin yang dibangun Elgar. Ini pertama kali bagi Nayara melihat Elgar mendiamkan semua orang, bahkan Bhanu yang notabene nya kakak terdekat sekaligus patner dalam segala kondisi.

Mobil BMW itu berhenti di gereja besar yang sudah dipenuhi para jemaat, suasana Natal tampak kental ketika melihat dekorasi yang terpasang mengelilingi gereja.

Pintu terbuka, mata Elgar langsung menatap Wisnu yang berdiri dihadapan nya sambil membawa kursi roda. Elgar memang tidak diperbolehkan berjalan terlebih dahulu untuk menjaga jahitan didadanya, Elgar anak yang terlalu hiper aktif hingga membuat dokter sedikit ragu memperolehkan rawat jalan, walupun ibunya juga seorang dokter.

Dulu, Elgar hampir saja di operasi saat usianya tiga tahun, Elgar waktu itu masih belum mengerti ketika diajak berkunjung kerumah sakit, hingga ia memasuki ruang operasi dan tertidur dibrankar. Semua perawat mengira ia adalah pasien yang akan di operasi, hingga Nayara memasuki ruangan dan di buat terkejut saat Elgar hampir di suntik obat bius.

Dion Lakeswara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang