Jangan lupa vote sebelum membaca dan tinggalkan jejak di kolom komentar, ya!
HAPPY READING
🌙🌙🌙
Sebuah pintu besar berwarna putih terbuka lebar. Tampak seorang cowok memasuki runahnya dengan wajah penuh lebam di pipi kanan, juga dibibirnya. Entah apa yang telah terjadi padanya di luar sana. Paras tampan itu seketika terlihat memprihatinkan.
Datanglah wanita paruh baya dari arah selatan tergopoh-gopoh saat melihat keadaan putra ke duanya.
"Aldi, apa yang terjadi sama kamu? Kenapa wajah kamu seperti ini? Coba cerita ke Bunda, Nak." Pertanyaan beruntun menyambut kedatangan putranya. Dituntunya Aldi menuju ruang tamu.
Kedua tangan wanita tersebut memegangi wajah putranya. Terdengar suara ringisan saat tangan bundanya tak sengaja menyentuh luka lebam di wajah.
"Sshhh, sakit, Bunda. Jangan dipegang," pintanya menyingkirkan tangan bundanya dari wajah.
"Bentar, Bunda ambil kotak P3K."
Sepeninggalan sang bunda, Aldi tampak merenung. Tidak terbayangkan bahwa dirinya akan menjadi korban salah sasaran amukan warga. Bermula dari seorang ibu-ibu yang berteriak karena dompetnya dijambret, Aldi dan Jean yang pada saat itu berada di TKP langsung saja mengejar.
Naas, niat baiknya malah salah diartikan salah oleh para warga setempat yang mengira bahwa Aldi dan Jean adalah pelaku penjambretan itu. Beruntunglah sang ibu itu langsung menjelaskan bahwa Aldi dan Jean bukanlah pelakunya.
Dahlia, ibunda Aldi kembali menghampiri sambil membawa kotak P3K dan baskom untuk mengompres lebamnya.
"Bunda, Mas Aldi kenapa? Kok mukanya seperti orang jahat." Seorang anak kecil yang tadi datang bersama Dahlia menatap kakaknya sedikit ketakutan.
"Iya, Mas Aldi orang jahat. Jadi, Mas akan makan kamu kalau tidak pergi dari sini, hus hus," usir Aldi sambil mengibaskan tangan kanannya, mengusir si bungu dari keluarganya.
"Bundaa," rengeknya bersembunyi dibalik punggung Dahlia.
"Jangan jailin adik kamu, Mas. Coba kamu ceritakan kenapa kamu sampai seperti ini." Dengan telaten, tangan Dahlia membersihkan dan mengobati luka di wajah putranya. Hatinya sungguh teriris melihat keadaan putra keduanya.
Aldi kembali menceritakan kejadian soal yang menimpanya. Rahangnya mengeras karena merasa jengkel menjadi korban amukan warga. Yah, kebiasaan buruk masyarakat setempat langsung main hakim sendiri tanpa mencari tahu kebenarannya dulu.
Padahal tampang Aldi dan Jean pada saat itu tidak terlihat seperti preman. Hanya karena mengenakan jaket kulit hitam dengan gambar tengkorak dipunggungnya, dianggap sebagai kriminal. Lagi pula, mana ada preman yang setampan dirinya?
"Setelah ini, nggak lagi deh nolongin orang asing di luar sana."
Ditekannya luka lebam dibagian sisi bibir oleh Dahlia setelah mendengar perkataan putranya. "Sshh, Bunda. Sakit ih,"
"Kamu ini, kalau mau menolong orang tuh jangan pandang bulu. Nggak baik." Dahlia memberikan wejangan pada putranya dan hanya dibalas anggukan.
"Sekarang, kamu istirahat sana. Pasti sakit semua, kan, badannya?"
Aldi berdiri dari duduknya. Baru saja kakinya melangkah, seorang pria dewasa bertubuh tinggi datang menghalangi jalannya. Terlihat raut wajahnya khawatir ketika melihat adiknya.
"Wajah kamu kenapa, Al? Kamu berantem lagi?"
Entah mengapa rasanya melihat kakaknya saja sudah membuat darah dalam tubuhnya mendidih. Kepalanya kembali mengingat apa yang dilihatnya tadi di cafe milik kakaknya. Dan sekarang Radit, kakaknya itu malah menuduh dirinya melakukan tindakan kriminal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shakira Anak Pertama [END]
Teen FictionTerlahir sebagai anak pertama itu berat, ya? Itulah pertanyaan yang selalu muncul dalam benak Shakira Adiba. Siswi pintar dari SMA Rajawali itu harus menjadi tulang punggung keluarganya setelah Sang ayah pergi meninggalkan sejumlah utang, sementara...