07 - Misi Gagal

259 47 24
                                    

Tepat pukul 14.00 bel sekolah berbunyi. Usai sudah waktu para murid menjalankan kewajiban sebagain pelajar. Para guru mulai keluar dari kelas, disusul oleh murid-murid. Seakan sangat tertekan, mereka semua keluar dari kelas berdesakan. Ingin segera melepaskan penatnya setelah seharian belajar.

Berbeda dengan Shakira, Annie, juga Sasha. Ketiga cewek itu memilih keluar paling akhir. Bahkan Shakira masih tenang memasukkan buku-buku juga peralatan sekolah ke dalam tas.

Tanpa mengatakan sepatah kata. Shakira hanya mendengarkan celotehan dari kedua sahabatnya. Sejak tadi, bahkan masih dalam jam pelajar. Mereka berdua membicarakan tentang Sabian tanpa henti. Seakan hal yang sedang mereka bicarakan itu sangat serius dan penting bagi dunia.

"Tanggapan kamu gimana, Kira?" tanya Sasha di sampingnya.

Tangan Shakira yang hendak memasukkan satu buku itu terhenti. Kemudian menoleh ke arah Sasha dengan raut kebingungan.

"Tanggapan apa?" Sejak tadi dia memang hanya mendengarkan. Namun, ia tidak paham mengapa Sasha meminta tanggapan pada dirinya.

Sasha meraih tas punggung berwarna biru miliknya. Lalu berdiri dari kursi sambil memanyunkan bibir. "Ish, tanggapan kamu soal Sabian yang ketahuan pacaran sama cowok."

Kelas terlihat sudah sepi. Hanya ada beberapa murid yang sedang menjalankan jadwal piket kelas. Setelah memasukkan semua buku dan peralatan sekolah ke dalam tas, Shakira langsung menggendong tas dan berdiri dari tempat duduk. Disusul oleh Annie yang kebetulan duduk tepat di belakangnya.

"Nggak tahu. Itu udah jelas salah sih. Cuman kita nggak tahu kenapa Sabian bisa kayak gitu. Bisa jadi dia gitu karena ada trauma?" Shakira membalas seadanya.

"Atau bisa jadi dia penasaran rasanya pacaran sama cowok?" Annie memberikan jawaban lain yang mengundang tawa Sasha. Sedangkan Shakira hanya bisa menggelengkan kepala.

Mereka kembali membahas tentang Sabian. Tidak. Hanya Annie dan Sasha saja. Shakira memilih mendengarkan.

"Loh kok udah mau sampai parkiran sih? Aku lupa belum ambil thinwall di Mbak Tika." Shakira menepuk dahi karena ceroboh. Beruntung ia mengingatnya saat masih di sekolah. Bisa gawat kalau ia sampai kelupaan.

Annie menggelengkan kepala. Bukan sekali kecerobohan ini terjadi. Sejak mengenal Shakira dan tahu kalau dia menjual risol di Mbak Tika, Annie sudah beberapa kali melihat tingkah ceroboh Shakira karena sifat pelupanya.

Mungkin terlalu banyak ilmu yang diterima Shakira, sampai membuat jadi pelupa. Pikirnya.

"Dasar pelupa," ejek Sasha.

Shakira menggaruk dagu yang tidak gatal. Ia menyengir, menampakkan deretan gigi putih.

"Aku ambil dulu, ya. Kalian bisa pulang duluan aja nggak apa-apa," pamit Shakira membalikkan badan dan langsung berlari kecil. Meninggalkan Annie dan Sasha.

Beruntung kantin sekolah berada di lantai satu. Setelah sampai di depan kantin, Shakira memegangi kedua lutut. Napasnya memburu tidak teratur akibat berlari. Setelah berhasil mengatur napas, Shakira melangkah mendekati stand Mbak Tika. Tak lupa mengucapkan terima kasih pada Mbak Tika.

Shakira melangkahkan kaki sedikit lebih cepat menuju ke parkiran. Ia tidak ingin terlambat dapat ke tempat kerjanya. Sesampainya di parkiran yang sudah sepi, Shakira langsung ke arah motornya terpaskir.

Baru saja ia menyalakan mesin motornya, sebuah tangan meraih tangan kanan. Shakira terkejut saat melihat siapa pemilik tangan itu.

"Anterin aku pulang," suruh Aldino. Terdengar dari nada bicaranya bahwa itu bukan permintaan, melainkan pemaksaan.

"Kenapa harus aku? Kamu kan bawa motor sendiri." Shakira menatap Aldino polos.

"Anterin aku pulang, nanti aku potong utang kamu. Gimana?" Aldino memberikan sebuah penawaran yang menggiurkan bagi Shakira.

"Deal," balas Shakira, mimik wajahnya seketika berseri. Dengan begini, biaya ganti ruginya bisa berkurang.

Aldino menaiki motor Shakira tanpa malu. Perasaan cowok itu juga tak kalah berseri karena bisa pulang bareng dengan sang gebetan. Meskipun bukan dirinya yang memboncengkan. Ya, ini adalah salah satu modus untuk mendekati Shakira.

Perasaan gugup hadir. Ada rasa tidak nyaman dalam diri Shakira ketika memboncengkan Aldino. Apalagi mengingat kejadian waktu istirahat di kelas. Di mana Aldino yang memuji dirinya. Kembali membayangkan saja sudah membuat Shakira merasa malu.

Sedangkan Aldino, cowok yang duduk tenang dijok motor Shakira, terlihat seperti kebingungan untuk memulai percakapan mereka dalam perjalanan. Ini adalah kesempatan emas. Aldino harus menggunakan sebaik mungkin. Setidaknya ada satu informasi tentang Shakira yang ia dapat.

"Shakira, alasan kamu lebih milih bayar ganti rugi dari pada jadi pacarku itu apa?" tanya Aldino tanpa berbasa-basi.

Diam. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Shakira. Hanya ada hembusan angin di tengah jalan. Suara bising dari kendaraan lain seperti menjadi penghalang.

"Shakira," panggil Aldino sedikit mencondongkan badan dan mengeraskan suara. Berharap Shakira dapat mendengarnya.

"Apa?" balas Shakira tetap fokus mengemudi. Sejujurnya ia mendengar pertanyaan Aldino tadi. Cuman ia bingung harus membalasnya apa.

"Habis ini ke arah mana?" Shakira bertanya. Berharap dapat mengalihkan pembicaraan.

Aldino mengarahkan petunjuk arah menuju rumah pada Shakira. Selama itu pula Shakira kembali diam. Seakan menghindari pertanyaan dari Aldino.

Sampai motor yang ditumpangi mereka berhenti di sebuah rumah pinggir jalan, selama itu pula Aldino tidak mendapatkan jawaban dari Shakira. Padahal dalam benaknya, misi ini akan berjalan lancar. Aldino sudah membayangkan bahwa dalam perjalanan mereka akan diiringi gelak tawa. Barang kali itu bisa melelahkan hati pujaannya.

Namun, harapan Aldino punah. Bayangan itu hanya akan menjadi sebuah bayangan saja. Sebab Shakira seperti tidak memberikan akses untuk berbicara dengannya. Aldino hanya bisa menghela napas pasrah karena misinya telah gagal.

"Besok-besok aku yang anterin kamu pulang,"

Shakira menatap Aldino. Apa maksud dari ucapan yang tiba-tiba itu?

"Kenapa bisa gitu?" Shakira masih tidak mengerti. Aldino yang sudah turun dari motor Shakira, mendekati sambil tersenyum manis.

"Dalam waktu dekat 'kan, kamu bakalan jadi pacarku." Aldino menaikturunkan kedua alisnya. Tatap mata hitam itu terlihat sedikit menggoda dengan senyum jail terpampang jelas diwajah Aldino.

Shakira merasa merinding seketika. Pantas saja Aldino mendapatkan julukan buaya, melintarkan kalimat seperti itu saja sangat mudah. Seakan sudah menjadi rayuan sehari-hari.

"Apaan sih, siapa juga yang mau jadi pacar kamu. Amit-amit." Setelah memberikan balasan dari ucapan Aldino, Shakira langsung menancap gas. Pergi dari hadapan Aldino.

Sedangkan Aldino terlihat terkekeh sampai membuat beberapa orang yang berlalu-lalang menatalnya aneh. Ia membalikkan tubuh, melangkah membuka gerbang pintu rumah.

"Semakin kamu lari, semakin aku semangat mengejar kamu, Shakira."

🌙 To Be Continue 🌙

Bab 7 ini pendek ya? Agak gimana gitu juga. Sejujurnya kurang puas sama Bab ini, hehe

Gini nih kalau nulisnya mepet deadline, jadi nggak keburu. Kurang feelnya juga:(

Besok aku perbaiki di Bab 8😘

30 Juli 2024
© temanmeja

Shakira Anak Pertama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang