13 - Cemburu

173 56 43
                                    

Jam dinding di sebelah lukisan sudah menunjukkan pukul tepat sembilan malam. Artinya, waktu Shakira menjadi tutor Kaluna sudah selesai. Hanya dua jam saja waktu yang diberikan oleh Dahlia. Walaupun begitu, belajar dua jam lebih baik dari pada tidak sama sekali. Apalagi bagi bocah kelas 6SD. Mau belajar di malam hari aja sudah sangat baik.

Buku-buku yang berserakan di atas meja, dirapikan oleh Shakira menjadi satu. Kemudian memasukkan alat tulis ke dalam tempat pensil. Shakira tersenyum kecil saat melihat Kaluna yang menguap saat memasukkan buku pelajarannya ke dalam tas. Dahlia datang dari arah kanan mendekati mereka sambil membawa kantong kresek.

Dahlia membelai puncak rambut si bungsu lembut. "Adek, tidur di kamar langsung, ya. Pamit sama Kak Kira dulu sana."

Kaluna menggosok kedua mata. Menghilangkan rasa kantuk. Lantas berdiri dan mendekati ke Shakira. "Makasih Bu Guru, sampai ketemu besok." Tangan kanan Shakira mengelus lembut rambut Kaluna.

Setelah berpamitan dengan Shakira, Kaluna menjauh, bergegas menuju ke kamarnya yang berada di lantai ke dua. Tubuhnya terhuyung ke kanan dan kiri karena terlalu mengantuk. Dahlia menggelengkan kepalanya saat melihat si bungsu. Lalu, menyerahkan kantong plastik pada Shakira.

"Tadi Tante beli makanan kelebihan, ini buat kamu, Kira." Ada sedikit rasa ragu dan tidak enak saat menerima makanan tersebut. Meskipun begitu, Shakira tetap menerima dan mengucapkan terima kasih.

Shakira berpamitan pada Dahlia. Namun, sesaat kemudian Dahlia memanggil Aldino. Perasaan Shakira berkecamuk saat Aldino datang mendekati Dahlia. Kepalanya langsung menunduk saat kedua mata mereka bertemu saling pandang. Padahal tadi Aldino yang merasa malu, tapi kini malah Shakira.

"Kenapa, Bun?"

Dahlia memandang Shakira sekejap. "Kamu anterin Shakira pulang, ya. Udah malam gini nggak baik kalau pulang sendirian. Apalagi perempuan."

Mendengar hal tersebut, kepala Shakira langsung mendongak. Menggeleng dengan cepat. "Nggak perlu, Tante. Lagian aku bawa motor sendiri dan udah biasa kok pulang sendirian," tolak Shakira.

"Kan aku bisa ikutin kamu dari belakang. Itu lebih aman. Kamu nggak takut kalau kena begal?"

"Kamu do'ain aku kena begal?" Shakira sedikit merasa kesal. Bisa-bisanya Aldino menakut-nakuti dirinya.

Aldino menggelengkan kepala. Bagaimana bisa dia mendoakan gebetannya agar dibegal? Terlebih, Aldino merasa tenang kalau dirinya yang mengantarkan Shakira pulang sampai rumahnya dengan selamat. Meskipun hanya mengikutinya dari belakang.

"Bukan gitu. Kan dari kemarin lagi banyak berita yang kena begal. Aku cuman mau pastiin kalau kamu sampai rumah dengan selamat," jelas Aldino.

Dahlia yang sejak tadi hanya tersenyum mendengarkan perdebatan kecil itu, kini membuka suara. "Betul kata Aldi, Kira. Tante cuman khawatir sama kamu. Jadi, mulai besok biar Aldi yang temani kamu pulang, ya? Kalau perlu Aldi yang jemput kamu buat ke sini."

Logikanya menyuruh Shakira untuk menolak. Namun, perasaan dan mulutnya tidak sejalan dengan Logika. Shakira mengangguk menyetujui hal tersebut. Tentu saja disambut perasaan senang oleh Aldino. Karena dengan begitu, Aldino satu langkah bisa lebih dekat dengan Shakira.

Shakira dan Aldino melangkah keluar. Mimik wajah Shakira terlihat murung. Berbeda dengan Aldino yang sangat senang. Baru saja Shakira menyalakan mesin motornya. Sebuah motor tak asing datang memasuki halaman rumah Aldino. Shakira memandangi lekat punggung orang tersebut. Saat sebuah helm terlepas dari kepalanya, kedua mata Shakira membulat mengetahui siapa orang dibalik helm hitam itu.

"Mas Radit?" Shakira reflek memanggilnya Radit. Suaranya yang sedikit keras itu terdengar sampai ditelinga Radit dan Aldino.

Radit melempar senyum manis. Melangkah mendekati Shakira. Berbeda dengan Aldino yang mengeluarkan ekspresi kebingungan. Berbagai pertanyaan terputar jelas dikepalanya. Salah satunya, bagaimana bisa Shakira dan Radit saling mengenal?

Shakira Anak Pertama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang