Adit pulang ke rumah melihatku yang sudah tertidur lalu pergi ke atas tanpa membangunkan ku kali ini Adit akan tidur dia atas mungkin, Adit menyelimuti tubuhnya menghadap ke arah balkon rumah seraya menahan sakit hati yang begitu dalam tak terasa air mata mulai berjatuhan dari mata Adit.
"Gue kira Lo yang terbaik"
Ucap Adit menahan sesak yang ia rasakan."Ternyata gue juga bisa ngerasain sakit hati yang sesakit ini karna Lo"
Ucap Adit masih terus menangisi dirinya, aku terbangun ini sudah jam setengah 9."Adit belum pulang, iih tuh anak bikin khawatir aja tiap hari pikasebelen pisan"
Ucapku khawatir sekaligus kesal, aku kemudian naik ke atas, saat hendak membuka pintu ternyata pintu sudah di kunci dari dalam."Di dalem siapa?adiiit? Adit udah pulang? Yaudah kalo Adit mau tidur di atas gapapa syila tidur di bawah aja"
Ucapku turun kembali ke bawah, pagi tiba seperti biasa aku persiapan untuk memulai pagiku yang cerah hari ini, kebetulan juga baju masih ada di bawah bekas kemarin aku istrika setelah itu aku kembali ke atas untuk menggunakan bedak dan haslin saat aku membuka pintu, pintu terbuka aku fikir Adit mungkin sudah terbangun dan sengaja membuka pintu agar aku tak mengganggunya ketika ia tidur."Dah di buka ternyata"
Gumamku pada diriku sendiri, aku masuk kemudian sedikit menggunakan riasan di wajahku, ku lihat Adit yang masih tertidur di tutupi oleh selimut, lalu menghampirinya terlihat wajah Adit yang pucat disana aku mengecek tubuh Adit tubuhnya cukup panas aku terus meraba kening dan leher Adit disana."Aduh panas, apa jangan-jangan ini pengaruh operasi?"
Tanyaku pada diriku sendiri cemas, Adit terbangun melihatku yang saat ini duduk di depannya matanya terbuka cepat terkejut."Astagfirullah syila! Lo ngapain disini?"
"Abis persiapan apa gitu?"
Tanya balikku Adit melihat ke arah pintu yang berada di belakangnya."Kok Lo bisa masuk?"
"Orang gak di kunci coba"
Jawabku Adit menepak jidatnya keluh."Keknya bekas semalem gue pipis"
Gumam Adit."Hah apa?"
Tanyaku pada Adit yang mendengar ucapan Adit samar-samar."Gak!, Yaudah Lo mau ngapain?"
"Bangunin Adit lah, Salim"
Ucapku menyodorkan tangan."Yaudah sana pergi"
Usir Adit padaku, aku melihat mata Adit yang cukup sebam aku duduk kembali lalu melihat wajah Adit dekat."Kamu abis nangis?"
Tanyaku pada Adit, wajah Adit sedikit terkejut disana."Anjir mata gue pasti bengkak bangsat lah"
Ujar Adit dalam hati."A a a apaan sih Lo gue gak kenapa-kenapa cepetan sana kuliah"
Ujar Adit mendorong badanku, aku melihat Adit bingung lalu melihat lagi ke arah Adit."Iah iah aku kuliah"
Ujarku saat aku sudah sampai pintu aku melihat ke arah Adit, begitupun Adit yang melihatku pergi menatapku yang berhenti di depan pintu bingung."Yahahahahahah nangis uuu uuuu"
Ucapku mengejek Adit lalu pergi meninggalkan Adit, Adit menatapku membelalakkan matanya tak percaya aku mengejeknya ini adalah balas dendam ku ketika Adit malah mengejekku ketika aku melarangnya pergi kala itu."Syilllaaaaa!!"
Teriak Adit melempar satu bantal ke arahku namun tak kena, aku keluar dengan hati yang gembira."Tumben pagi-pagi dah lawak hidup aku"
Ucapku tak habis fikir lalu mulai pergi ke kampus, hari ini hanya ada satu dosen jadi setelah dosen selesai aku langsung pulang ke rumah."Asalamualaikum"
Ucapku membuka pintu rumah melihat ruang tamu kemudian ruang santai semuanya bersih aku melihatnya cukup bingung."Tumben bersih?"
Gumamku pada diriku sendiri, aku ke atas melihat Adit yang terbaring tubuhnya di bungkus dengan selimut yang cukup tebal, aku menghampiri Adit khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR YANG TERPILIH
RomanceMuhamad Adit rahendra anak tunggal dari keluarga yang berkecukupan, namun memiliki kehidupan yang terbilang buruk club' malam,geng motor adalah tempat dimana kebahagian menurutnya di dapat, namun semua juga bukan karna kemaunnya itu terjadi karna ke...