Jared benar-benar resign.
Jan Lakis sudah tahu hal itu akan terjadi. Sebagai seorang laki-laki, dia tentu tidak merasa puas sebab merasa belum memberikan pelajaran yang 'berarti' untuk mantan kekasih istrinya itu. Tetapi, di sisi lain, sebagai seorang pria dia tidak perlu ambil pusing lagi. Selama Jared tidak lagi macam-macam pada istrinya, Jan Lakis tidak akan bertindak apapun.
Dia harus bisa berusaha bijak dan dewasa, menekan ego-nya agar tidak kelepasan mengungkit apa yang sudah menjadi masa lalu istrinya. Sebab, Jan Lakis mempercayai Samira Noa sebagaimana wanita itu yang tidak pernah kehilangan rasa percayanya pada Jan Lakis yang pasti akan menerima pernikahan mereka dengan sebagaimana mestinya.
Meski begitu, di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam hati Jan Lakis masih ada kejanggalan mengenai Jared. Latar belakang lelaki itu dan juga 'kebetulan' yang terlalu tidak masuk akal yang berkaitan dengan Jan Lakis dan Samira Noa terlalu aneh, tetapi tampak terstruktur.
Jared adalah mantan personal assistant dan juga mantan kekasih istrinya. Jarak antara Jared menjadi PA-nya dan ketika Jan Lakis dijodohkan dengan Samira bahkan tidak lebih dari dua bulan. Itu artinya, tidak mungkin bila Yan Jati tidak mengetahui bahwa Jared adalah kekasih Samira Noa saat itu ketika pria tua tersebut melakukan screening siapa-siapa saja yang terlibat dalam hidup Samira sebelum ia bersanding dengan putranya.
Apakah Yan Jati memilih menutup mata untuk mengabaikan fakta bahwa Jared adalah kekasih Samira Noa—wanita yang dia jodohkan dengan Jan Lakis—dengan menerimanya begitu saja sebagai PA Jan Lakis. Atau, karena Yan Jati memiliki niat lain yang sampai saat ini belum Jan Lakis ketahui?
"Bos?"
Panggilan Asta yang kedua kalinya berhasil mengembalikan fokus Jan Lakis yang tidak sadar sedari tadi telah melamun panjang. Pria itu mengerjap, baru melihat setumpuk dokumen yang telah tersaji di atas meja kerjanya pagi ini semakin membuat kepalanya penuh.
Jan Lakis mengangkat kepala, menatap Asta yang kini diangkat menjadi personal assistant-nya sementara secara terpaksa. Anak itu juga kelihatannya tidak terima mendapatkan double job seperti itu. Lihat saja, wajahnya sejak pagi tidak seceria biasanya. Tidak jauh berbeda dengan mimik Jan Lakis.
"Bos!"
"Kenapa?" tanya Jan Lakis singkat. Dia menghela napas dan mulai membuka dokumen-dokumen itu satu persatu untuk dibacanya yang sebagian besar membutuhkan bubuhan tanda tangannya sebagai persetujuan.
Dahi Jan Lakis berkerut. Dia kemudian bertanya tanpa melepaskan pandangan terhadap dokumen yang sedang terbuka di hadapannya. "Ini kenapa persoalan resort yang di Sayan bisa naik lagi ke saya?"
Sementara itu, Asta tampak menelan saliva-nya dengan berat. Terlihat sekali sekarang dia tengah gelagapan mendaoat pertanyaan seperti itu. Asta tidak terlalu familiar dengan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dilakoni Jan Lakis dalam bisnis properti seperti ini, meski sebelumnya dia pernah beberapa kali membantu urusan kantor atasannya ini.
Sedikit menggaruk kepalanya yang mendadak gatal karena gugup, Asta mencondongkan tubuh. Melongok isi dokumen yang berisi mengenai persoalan-persoalan resort yang seharusnya sudah ditangani minggu lalu. Bibirnya yang kecil terbuka dan terkatup beberapa kali. Bingung harus menjawab seperti apa.
"Saya kurang mengerti, Bos. Tapi," Asta mengerjap, melihat raut wajah Jan Lakis yang semakin serius dan menyeramkan. Mendadak, dia tergagap, "i-itu berisi profile beberapa architect dari Pak Rayyan untuk pembangunan resort di Sayan, Bos."
"Architect?" Dahinya berkerut keheranan. Jan Lakis semakin tampak tidak senang dengan info yang baru saja dikatakan oleh Asta.
"Meeting kemarin sudah ditentukan siapa arsitek yang bakal pegang projek ini. Kenapa dia masih ngasih rekomendasi arsitek lain lagi ke saya, Asta? Yang kemarin kenapa? Kita sepakat untuk pakai design-nya John Heah. Lalu, apa ini? Keputusan dari mana dia membatalkan arsitek yang sebelumnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CALL ME YOUR WIFE, LAKIS! ✔️
RomanceKehidupan pernikahan persis seperti yang dibayangkan oleh Jan Lakis; sulit, pahit dan menyakitkan. Dengan penggambaran yang melekat seperti itu di kepalanya membuat Lakis sukar menerima perjodohan yang ia jalani. Pria itu begitu skeptis dan dingin t...