~Happy reading~
Kreekk... Pang!!!
Sungguh, kejadian itu terjadi dalam durasi sangat singkat, bahkan sebelum ke empat orang di depan sana menyadari benda apa yang mendarat tepat di kening salah satu dari mereka hingga membuat tubuh nya terhuyung keras ke belakang badai lebih dulu menawarkan ancaman menarik pada ke-empat berandal yang kini terlihat panik
Mereka saling pandang dangan raut bertanya-tanya, lalu menoleh ke arah badai yang sudah mengeluarkan ponsel dari dalam saku guna menunjukan beberapa deretan angka yang tertera di layarnya kepada para berandalan yang semakin di buat bingung
"Lima detik dari sekarang jika kalian masih berdiri di hadapan gue, maka hanya butuh sekali klik untuk menyambungkan panggilan ke 86,dan kalian akan di hukum atas tuduhan mengganggu serta membahayakan penggunaan jalan" gerutu badai berusaha menjelaskan nasib hidup mereka selanjutnya jika dia benar-benar melakukan apa yang di ancamkan nya
Ke-empat pemuda itu kembali saling tatap, terlihat masih meragukan ucapan badai.
"Lima.. " anak itu mulai menghitung mundur.
"Empat.."
"Tiga.. " keempat pemuda itu bergerak gusar, mulai mayakini ucapan badai.
"Dua! "
badai semakin mengeraskan suaranya, membuat nyali para berandalan itu semakin ciut ketika suara anak itu menghentak kuat terdengar bak seruan pimpinan kopassus di telinga mereka,
Ke empatnya memilih mundur saat menyimpulkan bahwa sosok di depan mereka tidak sedang main-main sekarang, terlihat jelas dari sorot nya yang menajam, serta rahangnya yang mengatup rapat, terlampau ngeri untuk di abaikan.
Badai memang sedang tidak bercanda saat mengatakan tentang ancamannya,
Sekali klik itu sungguhan bukan hanya omangan belaka untuk sekedar menakut-nakuti.Bahkan saat si pemuda tadi meremuk dan melempar kaleng minuman ke salah satu dari mereka dengan netra yang menyorot tajam itu pun baru pertama kalinya lentera menyaksikan aura berbeda dari badai selama pertemuan mereka
Para berandalan itu benar-benar pergi menyisakan lentera dengan kekhawatiran yang bertambah saat luka di punggung tangan badai bukannya semakin mengecil namun malah sebaliknya, ruam merah menyebar sampai ke pergelangan tangannya saat ini, bahkan tara juga bisa merasakan suhu panas yang mulai menyulut di tubuh temannya itu
Badai segera menyuruh tara bergegas setelah sebelumnya dia sempat menolak tawaran tara yang mengajaknya mampir ke klinik untuk memeriksa luka bakar di punggung tangannya itu
Badai benar-benar mengantar tara sampai tujuan, lalu pemuda itu kembali berjalan ke arah toko,karna terlalu fokus dengan tara yang akan di ganggu tadi membuat pikirannya sedikit nge blang, dia melupakan mobilnya yang masih terparkir di sana.
Hampir pukul 22.30, langit mulai mengeluarkan suara gemuruh tanda sebentar lagi akan turun hujan, untung saat ini badai sudah sampai di pekarangan luas kekediaman keluarga blix, setelah memasukan mobil nya dia langsung beranjak menuju kamar mengabaikan ocean yang sempat bertanya tentang makan saat di ruang tv,
Anak itu langsung membaringkan tubuh di kasur saat di rasa seluruh kulitnya nyeri hingga menembus tulang, mata nya memejam berusaha menstabilkan deru napas agar lebih mudah menetralisir rasa sakit yang mendera
![](https://img.wattpad.com/cover/356698341-288-k97700.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAADAI
Teen Fiction"cinta bukan tentang siapa yang jatuh terlebih dahulu lalu tumbuh, tapi cinta adalah tentang siapa yang memilih jatuh lalu tumbuh meski di jiwa yang rapuh " - KELOPAK TERAKHIR -