~ Happy reading~*
*
*"Tiap-tiap Banjar dua kali belok kanan, jalan."
...
"Parade, periksa kerapian, mulai."
...
"Variasi!"
...
"Buset, makin cakep aja suara tuh anak."
Ucap akkanu kagum dengan suara madevan yang terdengar tegas.Begitu pun dengan yang lain, tidak niat sama sekali untuk mengobrol, masing-masing mereka di buat sibuk mengamati madevan yang tengah latihan,
"Ka brisik amat lo dari tadi, kita mau denger suara dantonnya medev bukan suara cempreng nya elo" sembur Safa kepada akkanu yang sejak tadi tidak bisa diam, mengganggu fokus yang lain.
"Tau ah, mending lo beliin kita minum, gue haus nih, ka" sambung gea dengan wajah memelas nya
"Mager gue, beli sendiri sono"
"Udah, biar gue yang beli" sambar badai, lantas segara bangkit, membuat gadis yang duduk di sebelah nya juga ikut berdiri
"Gue ikut, sekalian mau ke toilet. " seka tara yang sudah mengibas-ngibaskan celananya.
"Ayo" ajak badai, anak itu langsung berjalan meninggalkan tara yang berlari kecil berusaha mensejajarkan langkah nya dengan badai.
<•>
Badai tengah menunggu tara yang pergi ke toilet, di tangannya sudah ada dua kresek putih penuh dengan minuman dan berbagai snack untuk teman-temanya
Ocean benar, yang di katakan badai tadi pagi hanyalah sebuah alasan, hatinya tidak mungkin tega mengabaikan Aaruss setelah dia tau kondisinya yang benar-benar membuatnya khawatir, namun tidak ada pilihan, atau orang tuanya yang akan bertindak.
Sejak tadi jasad anak itu memang bersamaa teman-temannya, tapi hati dan pikirannya tidak lain hanya tertuju ke rumah sakit tempat adiknya di rawat.
Meskipun sikapnya selalu terlihat dingin dan tak peduli jika berhadapan dengan Aaruss, nyatanya mereka tak akan pernah bisa mengabaikan ikatan darah."Dubiy... "
Hening.
"Biy.. "
KAMU SEDANG MEMBACA
BAADAI
Novela Juvenil"cinta bukan tentang siapa yang jatuh terlebih dahulu lalu tumbuh, tapi cinta adalah tentang siapa yang memilih jatuh lalu tumbuh meski di jiwa yang rapuh " - KELOPAK TERAKHIR -