02

335 41 6
                                    

Liam menunduk dalam sambil meremas tangannya gugup, tak berani menatap ayahnya didepannya yang menatapnya tajam.

"Liam"

"Ya papi?" Liam menjawab dengan masih menundukkan kepalanya.

"Angkat kepalamu, tidak sopan mengabaikan lawan bicaramu" tegur Off membuat Liam sontak mendongakkan kepalanya menatap Off.

1 detik

2 detik

3 detik

5 menit

Off tak segera membuka pembicaraan membuat Liam semakin gugup.

Pagi ini setelah mereka sarapan tanpa Gun tentunya karena pria mungil itu masih membutuhkan istirahat. Off membawa Liam ke ruang kerjanya, Liam tau ayahnya itu pasti akan membicarakan tentang kelakuan bejatnya. Tapi hingga kini ayahnya itu masih belum membuka suara.

Suara helaan nafas berhasil menyadarkan Liam dari acara melamunnya, ia kembali menatap pada ayahnya yang bersedekap dada sambil terus menatap kearahnya.

"Kau tau kan Liam jika perilakumu kemarin sangatlah salah dan tidak bisa di terima" ucap Off memulai pembicaraan

"Maafkan aku Papi"

"Huh, aku tak membutuhkan maaf darimu. Karena terkadang seseorang hanya tau cara minta maaf saja tanpa mau berubah" sarkas Off

"Tidak Papi, aku janji akan berubah menjadi lebih baik lagi setelah ini. Kau bisa memegang kata-kataku"

Off tersenyum miring, namun setelahnya ia memajukan kepalanya dan menatap tajam pada Liam.

"Bagaimana jika kau tak bisa menepatinya? apa yang akan kau taruhkan?" tuntut Off membuat Liam berfikir keras.

"A-aku--"

Liam terjingkat kaget saat tiba-tiba Off menggebrak meja kerjanya dengan keras. Off berdiri dari duduknya, menumpukan tangannya di meja dan kembali menatap Liam penuh intimidasi.

"Mungkin yang aku dan Daddamu katakan kemarin benar Liam, kami terlalu memanjakan mu dan mungkin kami juga belum cukup baik dalam mendidik mu hingga kau bisa mudah terpengaruh dengan pergaulan bebas diluar sana" kata Off

"Maafkan aku Papi, ini sepenuhnya salahku. Kalian adalah orang tua terbaik yang pernah ada, tolong jangan menyalahkan diri karena ini semua bukan salah kalian" sesal Liam

"Lalu, apa yang harus aku berikan padamu sebagai hukuman atas kelakuan buruk mu ini?" tanya Off

Liam menghela nafasnya sebelum menjawab "Itu terserah pada Papi, aku akan menerima konsekuensi atas perlakuanku"

Liam menunduk, menciptakan smirk di bibir Off.

"Aku akan menyita seluruh fasilitas mu selama ini, termasuk kartu rekeningmu dan uang bulanan yang selama ini selalu kau dapatkan, dan juga mobil serta rumah pemberian kakekmu yang ada di Bangkok"

"Go ahead Papi, i accept it"

Off terkejut saat mendengarnya, tak menyangka bahwa Liam akan menerimanya dengan mudah tanpa protes atau perlawanan.

"Kau tak ingin protes?" tanya Off heran yang dibalas gelengan oleh Liam.

"Aku pantas mendapatkannya Papi" jawab Liam tanpa ragu.

Sebenarnya Liam sudah menebaknya, ia tahu bahwa fasilitasnya kemungkinan besar akan disita oleh ayahnya. Karena ia tahu ayahnya tak suka main tangan jadi tidak mungkin jika ayahnya akan memarahinya dan memukulnya habis-habisan.

"Kau pasti sudah menebaknya kan?" tanya Off yang hanya dibalas anggukan oleh Liam.

"Tapi tebakanmu tidak sepenuhnya benar Liam, karena aku tak hanya menyita fasilitas mu saja"

Finally FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang