11

181 21 6
                                    

"Jika saya jelek, lalu kenapa anda ingin jadi pacar saya?"

Liam membulatkan matanya kala mendengar pertanyaan Jayden, pipinya memerah karena malu dan tiba-tiba saja ia menguap lebar, tangannya bergerak menutupi mulutnya dengan sedikit canggung. Matanya melirik ke arah jam tangan di pergelangan tangannya, seolah-olah sedang memeriksa waktu.

"Eh ngomong-ngomong om udah makan siang apa belum? aku laper nih" tanya Liam dengan cepat tanpa memberikan jeda dari setiap kata.

Jayden yang menyadari bahwa Liam gugup pun sontak menundukkan kepalanya, diam-diam tersenyum di sana.

"Anda lucu, Liam" bisiknya pelan, suaranya terdengar lembut dan sedikit menggoda.

"Kenapa anda gugup? saya hanya bercanda." Jayden mengangkat wajahnya, matanya menatap Liam dengan penuh arti.

"Dan lagipula, saya juga belum makan siang" lanjut Jayden.

Liam terdiam sejenak, menelan ludahnya dengan gugup. Pipinya yang sudah memerah semakin merona, dan ia bisa merasakan panas menjalar hingga ke telinganya.

Liam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, seolah-olah ingin menyembunyikan rasa malunya. "Kalau gitu mending kita langsung ke restoran hotel aja" Sambil berkata begitu, Liam berbalik dan berjalan cepat menuju pintu.

Sangat jelas jika Liam ingin menghindar dari tatapan Jayden yang membuatnya semakin gugup. Sedangkan itu, Jayden yang masih berdiri ditempatnya hanya bisa terkekeh pelan, menggeleng-gelengkan kepala sambil mengamati Liam yang beringsut menjauh.

Sepertinya menggoda Liam akan menjadi hobinya mulai sekarang.

~~~

Sedangkan itu, mobil Off dan Gun melaju santai. Mereka sudah mengunjungi dua hotel hari ini, dan kini mereka sedang dalam perjalanan menuju hotel ketiga yang akan menjadi tempat persinggahan mereka.

Gun duduk nyaman di kursinya sembari menyandarkan kepalanya pada bahu lebar sang suami. Mengabaikan jika kini mereka satu mobil dengan Luke dan Namtan, namun Gun memang tak pernah sungkan menunjukkan sifat manjanya pada sang suami di depan orang lain.

"Papii"

"Iya, baby?" tanya Off, tangan kirinya bergerak mengelus kepala Gun, sedangkan tangan kananya sibuk men scroll tab yang sedang ia pegang.

"Apakah kita akan ke Phuket juga?" tanya Gun penasaran.

"Tidak, karena disana sudah ada Liam jadi menurutku aku tak perlu datang kesana. Lagipula aku juga tidak ingin merusak rencana Liam dengan kedatanganku yang tiba-tiba ke hotel" jelas Off yang membuat Gun kecewa.

"Tapi aku sangat merindukan Liam" kata Gun terus terang.

"Sabar ya, kita akan menemuinya lain kali"

Gun terdiam, jari-jarinya bergerak menelusuri ujung lengan jas Off, memainkan kancing-kancing yang menghiasi manset itu.

Terdengar helaan nafas Off, ia tahu betul jika kini suaminya itu tengah merajuk padanya. Namun mau bagaimana lagi? dari awal Off sudah mengatakan pada Gun bahwa perjalanan kali ini adalah untuk memeriksa beberapa hotel miliknya, namun sepertinya Gun berpikir bahwa Off juga akan mengunjungi hotel miliknya di Phuket.

"Kau mengirimi Liam uang?" tanya Off mengalihkan pembicaraan.

Gun sontak menegakkan badannya, menatap Off dengan tatapan terkejut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Finally FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang