08

127 21 2
                                    

Suara dentingan sendok dan garpu terdengar dari arah prasmanan hotel, diiringi tawa riang dan hingar bingar percakapan yang terdengar dari tamu-tamu hotel yang sedang menikmati hidangannya.

Sementara itu, di meja pojok ruangan terdapat 2 pria yang tampak fokus mengamati keadaan sekitar. Dengan Latar belakang jendela kaca besar yang memamerkan taman hijau yang terhampar luas.

"Om, kau lihat meja nomor ke 3 dari depan kita?"

Jayden yang tadinya sedang fokus pada laptop didepannya seketika mengalihkan perhatiannya pada meja yang baru disebutkan oleh Liam.

"Kenapa?"

"Meja itu sudah ditinggalkan sejak 10 menit yang lalu, tapi tak ada seorangpun yang membereskannya" cibir Liam sambil menatap meja didepannya yang masih penuh dengan piring dan sampah yang berceceran diatasnya.

Jayden yang mendengarnya hanya menghela nafasnya pelan, setidaknya pagi ini sudah 6 kali Liam mengkomplain tentang cara kerja staff hotel. Jayden bahkan sudah lelah mencatat semua komplain yang Liam lontarkan.

"Sepertinya busser¹ sedang sibuk membersihkan meja lain, Liam"

Liam sontak menoleh menatap Jayden yang tampak sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.

"Bentar, kau memanggilku apa?" tanya Liam memastikan pendengarannya.

"Liam?" ulang Jayden dengan terheran-heran.

"Oh sekarang sudah berani memanggilku hanya dengan namaku saja?" goda Liam sambil menaik turunkan alisnya.

"Bukankah anda sendiri yang memintanya?" bingung Jayden.

"Kau benar juga" jawab Liam sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Jayden hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan tuannya pagi ini. Tak ingin pusing dengan Liam, Jayden memilih untuk kembali menenggelamkan dirinya pada ribuan kata yang terpampang pada layar laptopnya kini.

"Btw om"

Jayden menghembuskan nafasnya panjang sebelum menjawab tuannya dengan deheman serta senyum yang ia paksakan.

Kali ini apa lagi yang akan ditanyakan tuan mudanya ini?

"Om pernah ketemu sama manajer hotel ini apa belum?" tanya Liam penasaran yang malah mengundang emosi orang didepannya.

"Liam, saya baru pertama kali kesini jadi tentu saja saya belum pernah bertemu langsung dengan manajer hotel ini" balas Jayden berusaha tetap sabar.

"Tapi aku ingin bertemu sekali dengannya, apa kau tau manajer hotel ini orangnya bagaimana? agar jika aku bertemu dengannya aku bisa langsung mengawasinya!" seru Liam sambil mengepalkan tangannya yakin, seolah pria itu sudah siap untuk menghajar manajer hotel milik ayahnya kapan saja.

"Saya tidak yakin tapi jika dilihat dari foto yang terpampang pada dokumen hotel milik ayah anda, seharusnya manajer it---" ucapan Jayden terpotong saat matanya tanpa sengaja menangkap subjek yang sedang ia bicarakan.

Liam yang melihat Jayden terdiam sambil menatap kearah depan sontak mengikuti arah pandang Jayden.

"Siapa?" cicit Liam bertanya ketika ia tau kemana arah pandang Jayden pergi.

"Itu khun Tanaka, manajer hotel ini" gumam Jayden.

Disana, tepat di depan meja prasmanan terdapat seorang pria paruh baya yang tampak berbicara serius pada beberapa pelayan restoran yang berbaris rapi didepannya.

Liam memperhatikan penampilan orang yang berstatus sebagai manajer hotel itu, ia melihat pria itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. Bibirnya tak henti-henti berdecak, entah decakan kagum atau heran.

Finally FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang