5. Sakura, Sasuke, And Hinata

2.3K 184 21
                                    

"Benarkah?!"

"Ya, aku mendengarnya. Kematian Naruto adalah kesalahan teman satu timnya yang perempuan. Gadis itu bertindak sesuka hati yang membuat Naruto kehilangan nyawanya."

"Oh, Astaga. Benar-benar tak berguna!"

Sakura mengentikan langkahnya di tengah-tengah perjalanan menuju rumah sakit kala telinganya tak sengaja mendengar sekelompok orang bergosip di depan sebuah kedai dango.

Sakura meremas kantong yang ia bawa, kemudian menutup matanya sejenak. Ini bukan pertama kalinya ia mendengar ini, di sepanjang jalan tadi ia telah mendengarnya, dengan berbagai versi cerita.

Dua hari setelah pemakaman Naruto, beredar desas-desus tentang penyebab kematian Naruto adalah karena Sakura. Gosip itu menjadi hangat, nyaris semua orang di Konoha membahasnya.

Tak hanya bergosip, beberapa orang-orang yang ia lewati juga terang-terangan menatapnya tak suka. Tidak perlu ditanya apa alasannya, karena Sakura cukup mengerti.

"Ini semua memang salahku," ujar Sakura. Untuk kesekian kali menyalahkan dirinya.

Sudah dua hari ini ia tak bertemu Sasuke, satu hari Sakura hanya mengurung diri di kamar, dan baru pagi ini Sakura memberanikan dirinya untuk keluar dari rumah. Namun, ketika ia keluar ia malah mendapati dirinya menjadi bahan gosipan.

Sejujurnya ia ingin tahu kabar Sasuke, namun pertemuan terakhir mereka tak begitu mengenakan. Tapi, karena ini sudah dua hari, mungkin saja Sasuke melunak sedikit padanya, bukan? Sakura berharap.

"Sudahlah, sebaiknya aku melakukan apa yang masih bisa aku lakukan." Sakura menggelengkan kepala merah mudanya, kemudian ia memaksa dirinya untuk tetap semangat. "Yosh, ayo ke rumah sakit kemudian memeriksa kesehatan!"

Sakura menarik kakinya kembali, berjalan menjauhi orang-orang yang menggosipkan dirinya.

°•°•°

Sakura melangkah dengan langkah ringan di jalan yang ramai, namun tiba-tiba matanya tertarik oleh aroma sedap dari Ichiraku Ramen. Ia terhenti, memandang kedai Ramen Favorit Naruto itu dengan sendu.

"Ichiraku Ramen?" Di sana tampaknya cukup ramai, Sakura menyipitkan matanya dan saat itu pula ia mengenali beberapa orang di sana, meski orang-orang itu posisinya membelakanginya.

Langkahnya membawanya ke depan gerai ramen yang ikonik itu, dan segera terlihat wajah-wajah akrab di dalam. Di meja-meja di sekelilingnya, teman-temannya dan ninja lainnya sedang menikmati hidangan lezat.

Ada Shikamaru, Lee, Ino dan Sai duduk bersebelahan. Di depan mereka Ada Shino, Kiba, dan Hinata. Di samping Hinata ada ... Sasuke. Sedangkan Tenten dan Choji juga ada di sana, berada di meja terpisah namun masih dekat.

"Sakura-chan?" Lee adalah orang pertama yang menyadari kehadiran Sakura, pemuda dengan pakaian serba hijau itu berdiri dari duduknya.

"Duduklah di sini, Sakura-chan," ujarnya mempersilahkan Sakura duduk. Berhadapan langsung dengan Sasuke.

Sakura tak banyak bicara, ia duduk kemudian menatap satu persatu wajah temannya. Beberapa dari mereka menunjukkan ekspresi yang tidak antuasias, biasa saja terkesan cuek. Tidak seperti biasanya.

Bahkan Ino yang biasanya akan meneriakinya "Jidat Lebar" saja hanya diam. Namun Sakura berusaha memakluminya karena ini masih suasana duka.

Untuk beberapa waktu tak ada yang membuka suara, sampai akhirnya Tenten bangkit dan mendekat pada Sakura. "Sakura, maaf menanyakan ini. Tapi ... Apakah gosip yang beredar itu benar?"

Sakura mendongak menatap Tenten, ia terkejut mengenai pertanyaan yang Tenten ajukan. Kemudian Sakura memutar lehernya, menatap kembali satu persatu wajah teman seangkatannya yang tampak menunggu jawabannya.

Tatapan Sakura kemudian beralih menatap Sasuke, pemuda itu tampak cuek. Sejak tadi ia hanya diam, terkesan acuh tak acuh dengan kehadiran gadis berambut gulali itu.

"Aku ...." Sakura meneguk ludahnya. "Ma-maaf, itu karena kelalaian ku, Maaf." Sakura menundukkan kepalanya dalam-dalam, lagi dan lagi rasa bersalah menyeruak ke dalam hatinya, mengoyak lukanya yang menganga.

Luka mendalam karena rasa bersalah.

"Maaf tidak akan mengembalikan Naruto-kun."

Deg

Sakura mengangkat kepalanya, mata hijaunya menatap pada yang baru saja berbicara. Di sana, di samping Sasuke, Hinata menatap Sakura dengan tatapan dingin yang tak pernah Sakura bayangkan.

Suasana berubah menjadi tegang.

Namun tatapan dingin yang Hinata berikan berubah menjadi butiran air mata disusul dengan isak tangis. Yah, tetap saja Hinata adalah gadis lemah lembut.

"A-aku sedang hamil, Kehidupan yang sedang tumbuh di dalamku adalah bagian dari Naruto-kun, dan sekarang mereka tidak akan pernah bertemu untuk selamanya."

Sakura mematung mendengar ucapan Hinata, terkejut mendengar berita bahwa Hinata hamil. "Hinata, aku... aku tidak tahu." Ini adalah kabar mengejutkan, Sakura tak pernah mengetahui ini sebelumnya.

"Dan sekarang, aku akan menghadapi ini tanpa Naruto-kun dan anak ini akan tumbuh tanpa sosok ayah yang akan menjaganya." Tangis Hinata pecah, ia tersedu-sedu di samping Sasuke.

Sakura masih mematung di tempatnya, seolah-olah tubuhnya terpaku di atas kursi ini. Perasaan bersalahnya semakin mendalam, ia telah membuat Hinata dalam kondisi yang buruk.

Brakk!

Suara gebrakan meja terdengar, dengan gerakan kaku Sakura memutar kepalanya. Semua teman-teman yang ada di sana juga sama, menoleh pada siapa yang menggebrak meja. Sasuke.

"Kau dan bayimu, aku yang akan menjaganya!"

Mengejutkan. Semua teman-temannya, termasuk Sakura, terkejut dengan tindakan dan pernyataan mendadak dari Sasuke. Suasana menjadi tegang, dan mereka saling pandang dengan ekspresi yang mencerminkan campuran antara kebingungan dan penasaran.

"Apa maksudmu, Sasuke?" Shikamaru yang sejak tadi diam membuka suara.

Sasuke menghembuskan nafasnya kasar, kemudian melirik Hinata. "Itu adalah permintaan terakhir Naruto, aku akan melakukannya."

Gadis Hyuga itu menatap Sasuke tak percaya, tak percaya bahkan di akhir hayatnya Naruto masih berusaha menjaganya dan bayinya. Hal itu membuat tangisan Hinata yang sempat terhenti kembali pecah. "Te-terima kasih."

Sakura terdiam, semua orang kini fokus pada tangisan Hinata, menghibur gadis bermata Byakugan. Sakura menatap Sasuke sekali lagi, tapi pemuda Uchiha itu tampak sibuk menepuk-nepuk pelan kepala Hinata. Hal yang tak pernah Sasuke lakukan padanya.

Sakura menahan air matanya, hatinya terasa hancur saat melihat Sasuke dengan penuh perhatian pada Hinata. Dia merasa terabaikan, kesedihan merayap dalam benaknya karena kehadiran Sasuke yang lebih fokus pada Hinata dan bayinya.

Walaupun mereka semua mengalami kehilangan yang sama, Sakura merasa seperti Sasuke telah memilih untuk berada di samping Hinata, meninggalkannya sendiri dalam kepedihan. Dalam bisu, dia menyaksikan pemandangan yang menyakitkan, dihadapkan pada realitas bahwa hubungan mereka telah bergeser dengan perubahan yang tak terduga.

Sakura tersenyum pedih kemudian tanpa membuang waktu lagi ia bangkit dan keluar dari kedai Favorit Naruto tersebut. Tak ada yang mencegah atau menegurnya, semuanya sibuk dengan Hinata.

Dengan hati yang hancur, Sakura berlari menjauh dari sana. Air mata tak terbendung membanjiri pipinya, dan tangisannya terbawa oleh hembusan angin. Sakura merasa terpisah dan terluka, kepedihan yang mendalam meresap dalam setiap langkahnya.

Semua terlah berubah.

TBC

Jangan Lupa untuk Vote dan Komentarnya ya( ˘ ³˘)♥
Komentar kalian bikin semangat lohh.

Sakura: Musim Semi Di Dalam Kaca ✓ [ SasuSaku ] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang