1. Birthday

1K 130 39
                                    


✧•••//01\\•••✧

Bab pertama diawali dengan kondisi pagi cerah nan ceria, bermula dari lorong sekolah yang damai bersama tiga gadis manis. Dua di antaranya merupakan perusuh yang kini asyik menikmati setiap bait lagu "Jikjin" dari Boy Grup korea selatan bernama Treasure. Sedangkan satu lainnya hanya menanggapi santai, tak seheboh dua temannya.

Saat tiba pada bait rapp, Sinzi dengan percaya diri mengambil alih. "Yow! Noye gero jikjin saranghae michim. Naneun yeyo haneun sa da biki."

"RRAA," Nerissa dan Sinzi kompak memekik.

"Dongae bonjjok noye naye banjjok. Na neon bushin ma eme heollyeo!"

"YYAA!" sahut Nerissa heboh.

"Nan yeo gwen chana dareum," sambung Sinzi, seolah tenggelam dengan tiap bait yang dinyanyikannya.

"BRRAHH"

"Nan hopsi nae balgeorum."

"BRRAHH." Nerissa si suporter tentunya tidak mau kalah.

"Kimi dai jobu neon goyang haejyo eojul su opjanna."

"WASSUP!"

"I'm right back. Banga sweroul cock back. Plain Jane get hijacked, don't like me? Then tell me how you like--"

"Loh kok jadi 'how you like that'?" Sinzi tiba-tiba berhenti seraya menyentak lengan Nerissa, temannya, ketika menyadari kekeliruan dalam lirik yang dia nyanyikan.

"Aww! Asu koe!" Nerissa mengumpat sambil menatap Sinzi dengan sinis. Sudah salah mengeja lirik, sekarang adik buangan Asahi itu semakin bertindak semena-mena, bahkan sekarang lengannya diayun-ayunkan heboh.

"Ihh lanjutannya apaaa?"

Sinzi membubuhkan usaha lebih untuk menemukan potongan lirik yang tepat. "Eojul su opjanna WASSUP! I'm right... back?"

"Ihh Icha gue lupa liriknya! Gimana ini? Pokoknya gara-gara lo, sih, tadi yang sebut-sebut bra."

Ha? What the--

A to the S to the U. Anjing!

Nerissa mengelus dadanya, berusaha sabar. "Lo sehari kaga usah mancing emosi bisa?"

"Mana ada gue mancing? Lo-nya aja yang emosian."

Balasan tak acuh Sinzi semakin membuat Nerissa gemas, hingga ia nyaris ingin melayangkan cubitan. Namun, mengingat hari masih pagi, ia menahan diri untuk tidak melakukannya.

Dari arah berlawanan, segerombol pemuda kian dekat ke arah mereka yang hendak menuju kantin.

Suasana hening tadi sedikit lebih riuh didominasi bisikan-bisikan tipis serta sapaan pagi dari perempuan yang terpukau oleh kelima pemuda tersebut.

"Aak! Ya Tuhan... Gue kira cowo kayak mereka cuma karangan penulis aja, tau-taunya malah ada selusin di depan mata," bisik gadis berambut ikal dan diangguki setuju temannya.

Dimulai dari paling kiri, Wisma. Salah satu pemuda yang menjadi objek kekaguman tersebut dengan sengaja mengacak lalu merapikan surainya, tak lupa senyum manis sebagai pelengkap.

Lalu Putra, yang di sebelah kanan Wisma hanya membalas sapaan pagi mereka ala kadarnya.

Lain hal dengan I Made Nathaniel, biasa di panggil Nathan. Pemuda dari Bali yang menetap tinggal di kota—yaitu di tempat sekolahnya kini—hanya menanggapi tak niat sapaan-sapaan heboh yang menembus earphone merahnya.

Lalu Hilmi, pemuda berkulit putih yang merangkul pemuda tampan lainnya, membalas sama ramahnya sapaan para gadis. As usual, Hilmi selalu ramah.

Dan terakhir, Farrel. Pemuda yang dirangkul Hilmi tak beda jauh seperti reaksi Putra.

Uncanny GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang