Sedang santai-santainya berjalan menuju kelas seraya menikmati sandwich, lengan kiri Sinzi tiba-tiba ditarik oleh seorang gadis berseragam sempit, dengan tiga pengikutnya mengekori yang juga berseragam sama ketatnya. Entah kemana ia akan diseret, Sinzi hanya pasrah. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, ia bisa menendang layaknya om Bruce Lee. Xixi
Mereka membawa Sinzi ke sebuah ruang kelas sepi. Salah satu dari empat gadis yang menyeretnya bertugas menjaga pintu, sementara tiga gadis lainnya memojokkan Sinzi ke tembok.
Sinzi meneliti wajah para gadis itu. Salah satunya maju mendekat, tampak dengan wajah bulat, mata sipit, dan bibir tipis. Hidungnya tidak terlalu mancung. Ia melanjutkan analisanya, menyusuri fisik ketiga gadis tersebut hingga berhenti pada bagian dada yang tampak lebih menonjol dibandingkan hidung mereka.
"Ow wow," celetuknya.
Gadis berwajah bulat mengernyitkan dahi kala melihat Sinzi, sontak menjauhkan diri seraya bersedekap dada saat menyadari ke mana arah pandang gadis itu. "Liat apaan lo?" tanyanya sinis.
Sinzi mengabaikan dan beralih pada gadis lain. Badannya sedikit berisi dengan perut yang tidak seramping yang lain.
"Wow," tuturnya lagi, mengambil gigitan pada roti lalu mengunyahnya santai.
Ketularan Wisma yang suka memandang cewe semoq. Eit, gaboleh ya!
"Tunggu sampai Kak Mei datang. Abis lo!" salah satu gadis berbando yang menyeretnya tadi memperingatkan.
Sinzi melirik mereka dengan ekspresi pura-pura terkejut dan kagum, lalu berkata, "Wah? Kalian babu Meimei, ya? Dibayar berapa, sih? Gue kan mau juga~"
Tiba-tiba, pintu terbanting dengan keras membuat semua orang di ruangan menoleh, termasuk Sinzi. Mengakibatkan balasan yang hendak dilayangkan gadis berbando menjadi terhenti seketika.
Ketiga gadis yang mengurung Sinzi mundur, memberi ruang bagi gada yang baru saja bergabung, yaitu Meilina untuk maju. Tatapan tajamnya menunjukkan ketidaksukaan yang jelas pada Sinzi.
"Lo jauhin Aeki! Aeki tunangan gue! Punya gue! Dan selamanya akan tetap begitu, jadi lo jangan berani-beraninya ngedeketin dia."
Sinzi menatap bingung, ia seperti melihat bocah aneh yang suka memojokkan gadis lain hanya karena pemuda yang disukainya lebih menyukai gadis yang dilabraknya.
Ia masih memproses dengan mulut terbuka kecil dan kening yang sedikit mengernyit. Oh... ternyata tunangan Meimei dan bukan sugar daddy. Tapi reaksi gadis itu terlalu berlebihan sih katanya. Ew ew
Sementara itu, amarah Meiliana kian berkobar saat teringat akan pertengkarannya dengan Aeki tempo lalu.
"Stop gangguin gue. Gue udah punya orang yang gue suka."
"Tapi kita udah tunangan--"
"Gue nggak peduli. Lo lupa? Kalo gue udah punya orang yang gue sayang, pertunangan gue sama lo bisa gue batalin kapan aja," tukas Aeki, tak sudi jika menyebutkan kata kita.
Meilina menggeleng kuat. "Itu nggak bener! Aku tau kamu boong! Cewe yang kamu maksud itu cuma sekadar cewe lewat kan?"
Aeki terkekeh sinis. "Kalau gue beneran suka sama Sinzi, mau apa lo?" jawabnya tanpa pikir panjang.
"Stop nyebut nama cewek lain di depan aku!" sergah Meilina. Ia tahu itu bohong, karena Aeki merupakan individu baru di tempat tinggalnya, tak mungkin semudah itu menaruh rasa pada orang asing, terlebih lagi pada gadis semacam Sinzi. Kecuali, mereka telah saling mengenal sejak lama.
Nada suara Aeki menjadi sedikit lebih tenang, "Sejak awal gue udah nyuruh lo nyerah, Mei. Tapi Lo keras kepala mertahanin gue yang bajingan."
"Gue--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncanny Girl
Teen FictionSinzi, si paling jadi Mood booster temen-temennya. Kalo ada yang bilang gitu jangan percaya, hoax itu bro. Mana ada mood booster bawaannya kayak bocah kematian? Suka banget mancing emosi orang lain padahal sendirinya emosian. Tapi ya gitu... namanya...