"Iiihh kok susah banget sii?! Kenapa coba harus belajar MTK? Kan kalkulator udah ada. Harus banget gitu otak gue yang sekecil tai bunglon ini dipaksa mikir? Nyusahin banget deh lo MTK!"
Keluhan yang baru saja menguar tersebut bercampur dengan suasana kelas yang kini cukup ramai.
Tiada hari tanpa mengeluh. Yep! itulah selogan dari Sinzi Narvelly. Beruntung saja guru matematika hari ini tidak di depan mereka untuk mengajar. Jika tidak, pasti gadis itu sudah didepak keluar seperti sebelumnya.
Nerissa menggeleng tak habis pikir mendengar omelan gadis di sampingnya. Karena mereka tengah akur, maka dari itu, ia dengan kebaikan hatinya memberi petuah, "Yaelah, ngapain repot-repot mikir, Zi? Palingan juga nanti dikasi contekan sama Farrel. Slow aja udah, gue aja nggak ngerjain." Hehe
Sinzi menyipitkan mata seraya berdecih ala karakter dalam drama. "Neo micheosso? Gini-gini gue harus bisa MTK biar tau jarak dan persenan gue berjodoh sama Kim Mingyu berapa. Gue juga nggak mau ngikutin jejak sesat lo. Haram!"
Nerissa ikut berdecih dengan rasa malas yang terpancar nyata dari gerakannya.
"Iya Zi iya, terserah lo aja. Tapi minimal sadar lah kalo persenan lo jadi pacar Mingyu tuh minus 0,001 persen." Ia memegang kedua bahu sang sahabat agar memerhatikannya dengan benar. "So, sadar diri aja ya sayang sebelum lo gila."
Ia kemudian memberikan tepukan ringan di kepala gadis itu yang kini menampilkan ekspresi cemberut.
Sinzi menyingkirkan tangan Nerissa dengan bibir kian mengerucut, lalu kembali mencoret-coret kertas secara asal.
"Ah, Icha mah nggak asik. Moga aja elo yang gak jodoh sama Hyung Jaehyun."
"Dih, lo mah gitu ya sama gu--
"Emang," potong Sinzi cepat sebelum keluhan dari Nerissa berlanjut. Kini ia fokus beradu dengan soal-soal bertabur angka di atas kertas putihnya.
Betapa gemasnya Nerissa sekarang, gemas ingin menguncir bibir itu. Untung stok sabarnya sudah diisi.
Meja di hadapan mereka digebrak tiba-tiba, mengakibatkan Sinzi yang tengah serius mengangkat bahu saking terkejut. Gadis itu mendelik sebal tatkala wajah Farrel muncul dengan cengiran konyol.
Ia sangat ingat akan dirinya yang didepak keluar dari kelas akibat pemuda ini. Sebenarnya tak benar-benar kesal, kok. Tapi karena congor Farrel yang membeberkan kenyataan bahwa ia bermain ponsel, menyebabkan rasa dongkolnya tak dapat terhindarkan. Ditambah lagi, ambekan tak jelas pemuda itu sampai mengabaikannya kendati telah dibujuk, mengakibatkan Sinzi semakin kesal.
Bungkusan putih Farrel letakkan di atas meja, namun Sinzi tidak menghiraukan.
"Nih makan."
Sampai satu bungkusan roti isi cokelat yang telah terbuka ia sodorkan, baru wajah mendung itu berubah cerah.
"Oh my god, Hyuuung! Makasi~"
Jeritan kursi yang ditimbulkan Nerissa mengalihkan perhatian mereka. Sinzi melirik pada gadis yang kini telah bangkit dari tempat duduk dan mulai merapikan barang belajarnya tersebut.
"Icha mau kemana?"
Nerissa menyahut tanpa melirik sedikitpun. "Gue laper. Mau nyusul Riri ke kantin."
"Itu Farrel bawa banyak, ambil aja."
Farrel menyetujui ucapan Sinzi, namun Nerissa menggeleng.
"Gue lagi kepengen makan bakso." Usai memasukkan buku pada kolong meja, Nerissa mencubit sekilas pipi Sinzi. "Gue pamit dulu, ya, Ji."
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncanny Girl
Teen FictionSinzi, si paling jadi Mood booster temen-temennya. Kalo ada yang bilang gitu jangan percaya, hoax itu bro. Mana ada mood booster bawaannya kayak bocah kematian? Suka banget mancing emosi orang lain padahal sendirinya emosian. Tapi ya gitu... namanya...