Sinzi berlari menuju Nerissa dan Riri usai memarkirkan kendaraannya dengan tak sabaran. Ia sebelumnya lebih sering bersama Awan. Namun semenjak belajar mengendarai motor baru-baru ini, intensitas pergi-pulang bersama adiknya itu pun menjadi minim karena seringnya berkendara sendiri.
Dia lagi berusaha jadi cewe mandiri!
Omongan julid papanya yang bilang 'udah gede kok gabisa bawa motor' membuatnya tersentil hingga semangat untuk menjadi joki abal-abal pun terpacu.
Senyum yang menurut Nerissa sangat konyol langsung muncul di wajah Sinzi saat ia melayangkan tatapan permusuhan. Hari ini, gadis itu membawa Narvel—si kucing mungil—lagi yang ditaruh pada ransel terbuka.
Jari tengah dan telunjuk Sinzi pun teracung sebagai tanda perdamaian. "Janji deh, hari ini Narvel kalem!"
Nerissa menunjukkan ekspresi malas. "Nggak bisa apa, tu buntelan ditinggal di rumah?"
"Nour! Narvel nggak bisa jauh dari mommy-nya."
"Nggak bisa jauh your head! Kucing lo udah tertekan begitu masih bilang nggak bisa jauh?" tuturnya sinis.
"Wahh~ Icha tega banget bilang gitu."
Sinzi kemudian mengangkat sang majikan ke hadapan Nerissa. "Nih tanyain! Ayo miaw bilang sama Aunty Icha kalo kamu emang nggak bisa jauh-jauh dari mommy!"
Nerissa menganga. Ia tak habis pikir, bagaimana mungkin... bagaimana mungkin ucapannya mengenai kucing itu salah! Ia menatap Narvel si majikan dan Sinzi si babu secara sangsi.
"Kalo ucapan aunty bener, just say meong. Kalo salah, berontak ya."
Ih. Benar-benar crazy! Riri membatin seraya mengelus tengkuk karena merinding. Ia sekarang sungguhan takut tertular virus kicrik kicrik mereka, membayangkan saja sudah membuatnya ngewri.
Seseorang Winers alias Readers bertanya, "Kicrik-kicrik itu maksudnya apa?"
Berikut pembahasannya...
Sinzi merasa jumlah kosakata bahasa Indonesia masih jauh dari angka 271 triliun. Untuk itu, ia mencoba menambah kosakata dengan menciptakan istilah baru, seperti "kicrik-kicrik" untuk menggantikan kata "gila." Dalam kamus buatannya, "kicrik-kicrik" adalah sebutan lain untuk menggambarkan seseorang yang sangat tidak waras. Begitu sekiranya, Xixi.
"Icha bentar dulu!" Sinzi menahan sembari menyerahkan paksa Narvel ke dalam dekapan gadis itu. "Riri pinjem kaca cepet!"
Meski bingung, Riri menurut saja tanpa banyak tanya, lantas memberikan apa yang diminta.
"Gimana? Gimana? Apakah jodoh Mingyu ini sudah cantik dan rupawan?" Sinzi bertanya heboh dengan lagak genit saat memperbaiki tatanan rambutnya yang sudah rapi.
Sebenarnya, Nerissa agak menyayangkan kecantikan sang sahabat yang tertutupi oleh sikap menyebalkan, hingga membuatnya malas mengakui secara gamblang. Ia pun menjawab acuh, "Tetep kek anaknya Om Andi."
"Ya gimana? Serius Icha!"
Nerissa menyerah, karena tau Sinzi tak akan berhenti sebelum mendapat pengakuan. Biasa~ sobatnya emang haus validasi, guys. "Ya, ya, ya, mau bilang sok cantik tapi kenyataannya lo emang cantik."
"Riri gimana?" tanyanya lagi.
Tuh, kan...
Riri mengangguk kalem menanggapi. "Ada apaan sih, Zi?"
Sinzi malah merespons dengan senyum malu-malu sambil menggelengkan kepala.
Tak jauh dari mereka, Farrel, Wisma, dan Nathan mendekat. Kini keenamnya berdiri di dekat parkiran, menarik perhatian beberapa murid di sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncanny Girl
Teen FictionSinzi, si paling jadi Mood booster temen-temennya. Kalo ada yang bilang gitu jangan percaya, hoax itu bro. Mana ada mood booster bawaannya kayak bocah kematian? Suka banget mancing emosi orang lain padahal sendirinya emosian. Tapi ya gitu... namanya...