03. The game has started

254 3 0
                                    

Tumpukan kertas tersusun rapi di depan Kala. Masing-masing teman kelasnya mengumpulkan tugas Pak Jean ke dirinya.  Setelah dirasa semua temannya telah mengumpulkan, Kala meninggalkan kantin dan melangkahkan kakinya menuju ruangan Jean.

Ia ketuk pintu ruangan tersebut, "permisi," ucapnya sambil membuka pintu perlahan.

Betapa kagetnya ia, Jean tengah mengganti baju. Wajah Kala memerah seperti kepiting karena sedang malu. "Maaf, Pak Jean, saya tidak tahu kalau Anda sedang..." Kala memalingkan badannya.

Rasanya sangat malu sekali. Kala berbisik, "Saya sungguh minta maaf, Pak Jean."

Jean tertawa lembut, "Tidak perlu malu, Kala. Saya yang lupa mengunci pintu. Tunggu sebentar." Ujar Jean yang dapat Kala rasakan kalau Jean tengah beralih posisi.

Entah bagaimana wajah Kala saat ini. Sudah pasti akan sangat merah sekali. Tetapi, Kala juga terkejut bukan main melihat bentuk tubuh Jean yang sangat atletis. Perut kotak-kotaknya tercetak jelas dan tubuhnya yang berotot menunjukkan kesan maskulin yang memikat. Kala berusaha memfokuskan pandangannya ke arah lain, mencoba menahan rasa malu yang terus memuncak.

Bagaimana bisa? Pikir Kala. Sosok dosen bernama Jeandra itu yang Kala tahu sudah berumur hampir kepala lima.

Jean telah kembali yang Kala yakini dari dalam toilet. Pandangan Kala kembali tertuju pada Jean yang tengah mengancing kemeja di bagian pergelangan tangan. Meskipun usianya hampir kepala lima, kebugaran dan kekarannya masih terjaga dengan baik. Kala merasa seperti berada dalam situasi yang sangat tidak nyaman.

"Ada apa Kala?" Tanya Jean yang malah mendekati Kala.

"Saya hanya ingin mengumpulkan tugas dari teman-teman sekelas, Pak Jean," ucap Kala, mencoba menjaga kesan profesional.

"Baik, berikan saja ke saya," jawab Jean sambil tersenyum ramah.

Kala menyerahkan tumpukan kertas tersebut kepada Jean. Sementara itu, dalam benaknya, Kala berusaha mengalihkan fokusnya dari situasi canggung tersebut. Namun, melihat senyuman hangat Jeandra membuatnya semakin bingung.

Baru kali ini Kala melihat Jean tersenyum demikian ke mahasiswa.

"Kala," panggil Jean. "Bawa buku ekonomi dari perpus apapun itu ke ruangan saya jam 1 siang ini."

"Buat apa, Pak?" Tanya Kala kebingungan.

"Kamu lupa tempo lalu kamu melakukan kesalahan di kelas?"

Kala meneguk air liurnya dengan susah payah setelah mendengar itu. Tanpa basa-basi Kala segera keluar dari ruangan Jean. Tentunya dengan sejuta sumpah serapah untuk dosennya tersebut.

•●•

"Kok lo milih buku ini sih, Kal?" Narin bertanya sambil menunjuk buku ekonomi yang dibawa Kala dari perpustakaan.

"Tipis, biar gak pusing bacanya. Udah ketebak Pak Jean ngehukum gue buat apaan." Jawab Kala dengan nada suara penuh perasaan tertekan.

Narin menggelengkan kepala, "Gila ya, nasib lo, Kal. Tapi yaudah, gue yakin lo bisa ngatasin masalah ini."

"Paling ntar lo gak lulus matkul ini." Sambung Narin lagi berujung satu geplakan mendarat mulus di pantatnya.

Jam 1 siang telah tiba, dengan malas Kala menuju ruangan Jean. Di ruangan Jean, Kala menemui dosen tersebut yang tampak sibuk menata berkas-berkas di meja kerjanya. Jean mengangkat kepala ketika Kala masuk.

"Duduk," suruh Jean.

Kala duduk dengan hati-hati di sofa yang berada di ruangan kantor itu. Di atas meja terdapat makanan dan minuman. Kala berpikir tampaknya ia mengganggu makan siang Jean. Tapi, Jean tak merasa sedang diganggu, bahkan pria itu memintanya untuk duduk yang berarti Kala harus menunggu Jean.

 Dancing Shadows of Secret Liaisons | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang