11. Thai

158 3 0
                                    

Kala terbangun di pagi hari dengan lagi-lagi pemandangan Jean yang tengah memeluknya dengan erat. Tanpa baju, lengannya kekar, tertidur pulas dengan rambut acak-acakan, sungguh pemandangan yang begitu indah menurut Kala. Ia begitu memandang takjub pria itu, sungguh tak sesuai dengan umurnya, Kala jadi salah tingkah sendiri.

Dengan hati yang berdebar, Kala berusaha meraih ponselnya yang tergeletak di meja kecil di samping tempat tidur. Sejenak, ia melirik jam dinding dan menyadari bahwa waktu terus berlalu tanpa ampun.

Menggunakan keahliannya yang terlatih, Kala dengan hati-hati melepaskan diri dari pelukan Jean tanpa membangunkannya. Ia melangkah ke kamar mandi dengan hati-hati, takut Jean terbangun.

Setelah mandi, Kala kembali ke kamar, menemukan Jean masih terlelap. Ia mengamati wajah pria itu dengan cermat, menggerutu, kenapa ia harus lahir terlambat? Jarak umur mereka terpaut jauh, tetapi Kala yakin kalau dari penampilan mungkin orang mengiranya mereka hanya terpaut beberapa tahun saja.

"Kalau tau bakalan ada cowok kayak gini, dari bocil gue langsung temuin lo," ujar Kala berbicara sendirian.

"Ketemu siapa?" Jean tiba-tiba berbicara membuat Kala terkejut dan tersipu malu.

Jean tersenyum penuh pesona, masih setengah terlelap tapi sudah cukup sadar untuk menangkap gumaman Kala. "Pasti orangnya ganteng banget jadi bikin kamu salah tingkah kayak gini," goda Jean dengan senyumnya yang memikat.

"Apaansih!" Kala merasa pipinya semakin memanas. "Gak usah banyak omong ya! Aku masih marah sama kamu!"

Jean membuka mata sepenuhnya, menatap Kala dengan sorot mata penuh kehangatan. Rasanya ia ingin memakan Kala lagi meskipun sampai larut malam mereka bergemul dengan banyak gaya. Jean tak pernah merasa puas atas tubuh Kala yang begitu membuatnya terus mendesah meelukan kenikmatan.

"Kamu mau ke luar negeri? Deket sini aja biar gak ribet Visa, mau?" tawar Jean tiba-tiba. Kala seketika ingin melompat tapi ia lagi mode marah dengan Jean.

"Sayang?" panggil Jean karena Kala tak meresponnya.

"Aku mau Thailand." Kala kesenangan sekali.

"Gak usah packing sayang. Beli disana aja, sama palingan kamu juga bakalan jarang pake baju." Goda Jean lagi.

Kala memukul kecil lengan Jean. Keduanya saling tertawa. Meskipun Kala masih marah, kehangatan di antara mereka terasa sulit untuk diabaikan.

Hari itu juga mereka langsung berangkat ke Thailand, mereka mengambil penerbangan di jam malam. Kala sangat bersemangat, Jean memesan first class, ini pertama kalinya ia menaiki pesawat first class.

Mereka tiba di Thailand dengan semangat yang membara. Kala terpesona oleh keindahan tempat tersebut, dan Jean sibuk mengatur segala detail perjalanan mereka. Mereka tidak memilih Bangkok tetapi melainkan Phuket.

Di hotel mewah mereka, Kala dan Jean menikmati pemandangan pantai yang menakjubkan. Sesaat setelah tiba, mereka memutuskan untuk menjelajahi sekitar, menikmati keunikan budaya dan keindahan alam Thailand.

Malam itu, mereka menemukan sebuah restoran tepi pantai yang romantis. Di bawah langit bintang, Kala dan Jean menikmati hidangan lezat sambil berbagi tawa dan cerita. Perlahan-lahan, suasana hati Kala menjadi lebih ringan, dan ia mulai melupakan kejadian yang lalu.

Jean mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam saku celananya. Sebuah liontin berkilauan terpampang di dalamnya. Dengan senyum lembut, Jean menyodorkan kotak itu ke Kala.

"Buat kesayangan," ucap Jean dengan tatapan penuh kasih.

Kala membuka kotak itu dengan penuh antusiasme, dan matanya berbinar melihat liontin cantik di dalamnya. "Jean, ini indah cantik banget!"

 Dancing Shadows of Secret Liaisons | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang