"Gue gak masuk kelas Pak Jean. Lagi sakit." Kala menelpon sahabatnya Narin dengan suara yang memelas.
"Turun aja deh, Kal. Lo tuh udah telat mulu, mana bego kalau ditanya. Minimal rajin turun deh. Ntar lo kena mental sama Pak Jean."
Enggan merespon Narin lebih lanjut, Kala langsung memutuskan panggilan sepihak. Kala langsung berguling-guling di ranjang. Ia masih terbayang bagaimana dirinya melakukan hubungan intim dengan dosennya tersebut.
Sementara Kala berbaring di ranjang, matanya menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang kacau.
"Enak banget, tapi laki orang."
Kala menggumamkan kalimat itu dengan nada yang bergetar. Ia merasa terjebak dalam kebingungan yang sulit diurai. Tanpa bisa menyingkirkan bayangan peristiwa tersebut dari pikirannya.
Dasar Kala, malu-malu tapi mau banget sebenarnya.
Dirasa kelas Jean telah selesai, Kala melajukan mobilnya menuju kampus. Ia hanya tidak masuk di kelas Jean saja. Meskipun ia masih gugup untuk ke kampus, tetapi mau tidak mau karena tidak ingin absen di kelas lainnya.
Benar apa yang dikatakan Narin. Kalau tidak pintar setidaknya rajin untuk masuk kelas.
Setibanya di kampus, Kala langsung melihat Jean sedang berbicara dengan beberapa mahasiswa. Hatinya berdegup kencang. Ia merasa ada mata yang menatapnya, dan ketika ia menoleh, mata Jean bertemu dengannya.
Buru-buru Kala langsung menjauh. Ia masih belum siap bertemu dengan Jean.
Masuk ke kelas selanjutnya, Narin terkejut melihat Kala yang berhadir. Ia pikir sahabatnya itu tidak akan berhadir seharian penuh.
Narin memandang Kala dengan tatapan heran, "Eh, lo gak sakit lagi?"
"Siapa yang bilang gue sakit?" Jawab Kala meledek.
"Ngaco lo, Kal. Capek gue lama-lama temenan sama lo."
Kala hanya terkekeh melihat respon Narin yang sudah tak habis pikir dengan kelakuannya. Tak berselang lama, dosen yang lain pun datang dan perkuliahan di mulai.
Kala mencoba untuk fokus menyerap materi meskipun otaknya masih membayangkan bagaimana gagahnya Jean menggaulinya.
Desahan Jean masih terngiang-ngiang di telinga Kala. Buru-buru Kala mengalihkan pikirannya. Ia sadar apa yang ia lakukan bersama Jean itu adalah kesalah besar. Makanya dari itu, ia menghindar dari Jean karena takut kalau dirinya malah jatuh semakin dalam.
"Temui saya di ruangan."
Kala menghembuskan nafasnya membaca satu buah pesan teks masuk dari Jean. Sangat malas sekali membalas pesan tersebut, Kala terus berusaha mengabaikannya.
Perkuliahan telah selesai, Narin mengajaknya untuk makan siang di luar kampus. Kala menyetujui ajakan Narin. Tanpa menaruh rasa khawatir sedikitpun, saat menuju ke parkiran tak sengaja ia berpapasan dengan Jean.
Narin dengan polosnya menyapa pria tersebut terlebih dahulu. Jean hanya tersenyum tipis membalasnya.
"Eh Kala," panggil Jean. Kala berpura-pura tidak mendengarnya dan ingin terus melanjutkan perjalanannya. Tapi berbeda dengan Narin, ia langsung menghentikan langkah sahabatnya itu dan menyiku lengan Kala untuk merespon Jean.
"Kala ada yang mau saya bicarakan sebentar terkait perkuliahan. Hanya saya dengan PJ mata kuliah saya." Ucap Jean menekankan setiap katanya.
Meskipun kepo, Narin terpaksa pergi lebih dulu menuju mobil miliknya.
Kala menghela nafas, berusaha menteralkan perasaannya.
"Kita bahas di ruangan saya."
"Gak. Disini saja, Pak" tolak Kala tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing Shadows of Secret Liaisons | 18+
FanfictionCerita ini mengisahkan perempuan bernama Kala yang terperangkap dalam labirin cinta yang rumit. Di antara dua pilihan, ia harus memutuskan untuk mencintai seseorang yang seharusnya menjadi miliknya atau mempertahankan cinta yang telah ia rebut dari...