15. Understanding

102 4 0
                                    

Sudah beberapa hari belakangan ini Kala tak bertemu Jean sama sekali dan bahkan tak berkomunikasi sedikitpun. Masih sama seperti hari biasanya, Kala berkuliah dengan tenang. Hanya tugas-tugas dari dosen yang memberatkan. Di semester ini tak ada mata kuliah yang diampu oleh Jean, sehingga membuat ia semakin jarang bertemu dengan Jean kalau di kampus.

Suatu hari, ketika Kala keluar dari kelas, dia melihat Sean dan Marcellino melambai ke arahnya dari kejauhan. Narin, yang sudah lama menjalin hubungan dengan Marcellino, dengan senang hati memeluknya. Meskipun Kala dan Sean telah memulai hubungan yang lebih intim, mereka masih merasa malu-malu di hadapan teman-teman mereka.

Setelah sapaan ringan dan tawa di antara mereka, Sean mengajak Kala untuk bergabung dengan mereka di kantin. Di sana, obrolan santai dan canda tawa terus mengalir. Sean dan Marcellino berbagi cerita, dan Kala terlihat lebih bahagia.

"Double date pertama kita mau di mana nih?" tanya Narin dengan antusias, menunjukkan kegembiraannya mendengar bahwa Kala dan Sean resmi berpacaran.

Marcellino tersenyum dan berpikir sejenak sebelum menjawab, "Bagaimana kalau kita mencoba restoran di Langham. Sekalin tuh ehem ehem."

Dasar memang Marcellino, otak ngeras. Teman-temannya sedang berbicara, Kala terfokus ke lain. Ia melihat Jean sedang berbicara dengan rekannya di depan kantin.
Seketika dada Kala terasa sakit, Jean benar-benar tidak memperdulikannya.

Kala mencoba menyembunyikan perasaannya di depan teman-temannya, tetapi rasa sakit itu sulit untuk diabaikan Ia bergabung kembali dalam obrolan mereka, tetapi pikirannya tetap melayang ke Jean.

Tak tahan lagi, Kala berdiri dari duduknya, "ada yang mau gue urus ke Administrasi, bentar ya guys." Kala membereskan barang-barangnya.

"Aku temenin, Kal." Sean bersiap tetapi tangannya ditahan kekasihnya. "Aku sendiri aja. Mau sekalian kelas juga bentar."

Kala berjalan menuju ke dalam gedung, bukan ruang administrasi tetapi melainkan ruangan Dekan. Ia mengetuk dulu pintu ruangan Jean, takut ada yang memergoki kalau ia berlaku tak sopan. Perlahan Kala membuka pintu ruangan tersebut, Jean tengah menerima tamu dari mahasiswa lain.

Melihat itu, Kala meminta maaf mengganggu dan langsung menutup kembali pintu tersebut. Ia tak menunggu, Kala memilih untuk ke dalam toilet, dadanya semakin sesak. Pertahanannya hancur, luntur sudah air mata yang ia coba tahan-tahan.

Melihat Jean setelah sekian lama membuatnya ia sadar, kalau ia begitu merindukan Jean, tetapi Jean juga begitu menyakitkan

"Nanti saya ke apart kamu malam ini."

Baca Kala pada sebuah pesan yang baru saja masuk di ponselnya. Dia membalas pesan dengan campur aduk antara kegembiraan dan ketidakpastian, "Baik, aku tunggu."

Malam itu, Kala duduk di sofa ruang tengahnya menunggu Jean yang berjanji untuk datang. Sunyi sekali, hanya ada satu cangkir teh yang sudah dingin menemani Kala.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, langkah kaki Jean masih tak terdengar. Kala beranjak ingin ke kamar, tetapi tiba-tiba terdengar suara seseorang memasukkan pin di pintu apartemennya.

Pintu terbuka menampilkan Jean dengan pakaian kasualnya. Tak ada senyuman yang biasanya menyapa, eskpresi Jean begitu tegang menatap tajam Kala.

Kala kembali duduk di sofa, bersiap sudah membahas semua konflik yang terjadi di antara mereka.

Jean memilih duduk di seberang Kala, menyibak senyawa ketegangan di antara mereka. Suasana hening seolah menggantung di udara, dan Kala akhirnya memutuskan untuk membuka percakapan.

"Ada banyak hal yang terjadi," ucap Kala dengan nada lembut, mencoba meredakan ketegangan. "Aku merindukanmu, tapi rasanya juga sakit melihatmu. Kita perlu membicarakan semuanya."

 Dancing Shadows of Secret Liaisons | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang