09. Holiday

106 4 0
                                    

Hari-hari telah dilalui, hubungan Kala dan Jean  semakin intens. Hampir setiap hari, apalagi di akhir pekan, Jean pasti meluangkan waktunya ke apartemen Kala, baik untuk bermain api maupun sekedar melepas penat. Bermacam alasan telah Jean berikan ke istrinya agar bisa berduaan dengan Kala.

Bunga tak menaruh curiga sedikitpun, ia sangat mempercayai Jean. Apalagi Jean yang memiliki dua pekerjaan semakin membuat Bunga yakin suaminya itu amat sibuk. Bunga juga tak sempat untuk menaruh curiga pada Jean, sebagai seorang designer membuat Bunga juga memiliki segudang pekerjaan.

Padahal sesibuk-sibuknya Jean, ia selalu akan meluangkan waktunya untuk orang terdekatnya. Tetapi, waktu luang itu kini bukan untuk Bunga lagi tetapi, untuk kekasih gelapnya, Kala.

Hari ini hari terakhir UAS semester 3 Kala. Kala duduk di antara buku-buku dan catatan kuliahnya. Meskipun hari terakhir UAS, namun tegang masih menyelimuti pikirannya. Jean, yang tahu betapa pentingnya hari ini, telah memberikan dukungan padanya sepanjang persiapan ujian.

Jean duduk di samping Kala, memberikan senyuman dan kata-kata semangat. "Kamu pasti bisa, sayang."

Ya, Kala sudah semakin berani, kini saja ia tengah berdiam diri cukup lama di dalam ruangan Jean. Teman-temannya tidak ada yang curiga dengan Kala. Sebab setelah keluar dari ruangan Jean, Kala pasti akan menangis atau marah-marah seolah disakiti oleh dosennya itu. Kalau begitu, siapa yang akan curiga?

Kala cukup baik membuat branding dengan sangat membenci Jean.

"Lima belas menit lagi mulai. Aku ke kelas dulu ya. Bye." Kala mencium pipi Jean lalu langsung bergegas keluar ruangan.

Setelah selesai menyelesaikan UAS terakhirnya, Kala dan Narin sangat bernafas lega. Urusan IP belakangan, yang penting semester ini sudah selesai. Marcellino langsung berlari membelah hiruk pikuk koridor FEB yang ramai mendatangi Narin.

Marcellino tersenyum dan berkata, "sayang..." Marcellino berteriak nyaring.

"Ayo ngewe," ujarnya lagi berbisik di telinga Narin tapi masih dapat Kala dengar dengan jelas.

Narin memukul lengan pacarnya itu, Marcellino tertawa melihat reaksi pacarnya. Ia sangat suka menjahili Narin seperti ini.

Sean turut bergabung setelah itu. Memang Sean dan Marcellino tidak bisa dipisahkan bagaikan sudah tertempel perekat.

"Ke rumah Marcell yok, Kal. Ngadem disana." Ajak Narin.

"Ya lo ngadem, gue kepanasan denger lo berdua."

Marcellino dan Narin tertawa mendengar pernyataan Kala.

"Banyak omong ayok dah gas." Marcellino langsung menarik lengan Kala dan Sean untuk mengikutinya.

Kala terdampar di rumah Marcellino bersama Narin dan Sean. Mereka sedang menyantap Pizza dan Spaghetti. Di rumah Marcellino, suasana semakin ceria dengan canda tawa teman-teman.

Memang benar kata orang, kalau laki-laki sudah bergosip, bahan gosipnya sangat ngeri. Kala dan Narin sampai menganga mendengar spill the tea oleh Sean dan Marcellino. Memang dunia ini tak ada yang sempurna.

"Ayo ngewe sayang," Marcellino tak tahu malu, tiba-tiba ia berkata demikian.

Serentak Sean, Kala, dan Narin melihat ke selangkangan Marcellino. Benar saja, milik pria itu sudah tegang, entah sejak kapan. Narin sangat heran dengan pacarnya ini.

Mereka berdua akhirnya memutuskan untuk masuk kamar meninggalkan Sean dan Kala yang masih di ruang tengah. Keduanya terlihat canggung, belum lagi ditambah suara hasil pergulatan cinta Marcellino dan Narin yang terdengar sampai luar.

 Dancing Shadows of Secret Liaisons | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang