01. Kala

193 4 0
                                        

Pagi itu terasa berat, setelah mendengar banyaknya teriakan dari kedua orangtuanya di malam hari yang selalu menjadi nyanyian pengantar tidur Kala. Dalam hati Kala masih sama, semoga mereka segera bercerai. Lebih baik seperti itu daripada ia harus menanggung semua kebisingan yang terjadi tiap harinya.

Ia keluar dari kamar tidur, berjalan gontai dengan rambut yang acak-acakan. Belum terkumpul seluruh nyawanya, satu buah gelas keca tepat mengenai keningnya. Rasa sakit itu diiringi oleh suara teriakan dari ayahnya yang berteriak nyaring tepat di hadapan wajahnya.

"Huh." Perempuan itu bangun dari tidurnya dengan nafas yang tak teratur.

Lagi dan lagi, mimpi dari luka yang lama menghantuinya.

Kala mencoba menyingkirkan ingatan buruk itu dari pikirannya. Kenangan yang terus menghantuinya selama 7 tahun terakhir.

Dering ponselnya mengalihkan perhatiannya. Melihat nama sahabatnya tertera disana, tanpa menjawab panggilan tersebut, ia tahu kalau ia sudah terlambat.

Buru-buru tanpa memikirkan apapun lagi, Kala langsung mandi dan bersiap dengan cepat menuju kampus. Kini perempuan itu hidup sendiri. Setelah lulus dari SMA ia memutuskan untuk tinggal sendiri meskipun jarak antara rumahnya dan kampus tidak jauh.

Ketenangan yang selama ini Kala sulit dapatkan telah ia raih setelah memberanikan diri untuk keluar dari rumah. Meskipun awalnya berat karena harus berpisah dari Ibunya.

"Kacau!! Mana Pak Jean lagi." Kala mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak peduli kondisi pengendara yang lain, ia hanya ingin segera cepat sampai di kampus. Untungnya alam mendukungnya, keadaan jalanan Jakarta pagi itu cukup lancar.

Tak perlu harus bergelut dengan lalu lintas padat, Kala tiba di kampus. Ia berlari menuju kelas secepat mungkin. Naas, ternyata keberuntungan tidak berpihak padanya. Seorang pria mengenakan kemeja biru muda itu sudah mulai sesi mengajarnya. Kala hanya bisa pasrah, pasalnya sudah menjadi rahasia umum kalau dosennya ini memang killer. Kala hanya bisa pasrah mendoakan dirinya sendiri karena sudah pasti akan dihukum. Terlebih lagi, ini adalah pertemuan pertama di mata kuliah ini. Sudah pasti Pak Jean itu akan sangat marah.

"Permisi,"  Ucap Kala sopan memasuki kelas. Narin sahabatnya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Kala yang terlambat.

"Nama." Ucap Dosennya itu menghentikan langkah Kala menuju tempat duduk yang kosong.

Kala menghela nafas, "Kala Seraphina Juanda." Jawabnya dengan sedikit bergetar.

Kala menatap dosennya yang kini sedang menatapnya. Ia menunggu apa yang akan diucapkan oleh dosennya itu selanjutnya. Tetapi, Jean hanya diam masih terus menatap Kala diam.

"Pertemua kita kali ini tidak akan lama. Saya cuman akan membahas beberapa peraturan yang harus kalian taati di kelas ini selama satu semester ke depan."

Kala sedikit bernafas lega. Tampaknya kali ini ia akan lolos dari amarah dosen killer ini.

Dengan sangat amat malas Kala mendengarkan ocehan dosennya itu membahasa peraturan. Sudah klise, harus datang ke kelas, mengumpulkan tugas secara tepat waktu. Sebenarnya akan sama saja dengan dosen lainnya. Tetapi, yang membedakan adalah, Jean tidak akan segan-segan memberi hukuman yang bisa berupa project jika melanggar peraturannya. Belum lagi yang mendapatkan acc apapun itu darinya yang amat susah. Ditambah, sangat sulit mendapatkan nilai yang tinggi di kelas Jean. Kalau adapun mungkin bisa dihitung dengan jari.

"Kamu," suara Jean yang mengarah ke arahnya menginterupsi Kala dari lamunan.

"Jadi penanggung jawab mata kuliah ini," sambungnya lagi.

Kala langsung menganga lebar, terkejut mendengar perkataan dari dosennya tersebut. Jean langsung keluar dari kelas setelah mengucapkan itu. Kala masih terbengong dengan keputusan sepihak begitu.

 Dancing Shadows of Secret Liaisons | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang