6. Hanna

880 71 22
                                    

Jeonghan menatap kosong kearah taman belakang mansion milik Seungcheol, pikirannya mengudara entah kemana.

Pemuda itu hanya diam dengan memikirkan bagaimana surai yang awalnya berwarna hitam dan pendek, tolong ingat itu PENDEK!. tidak butuh waktu sampai lima menit, surai itu berubah panjang dan berwarna MERAH!.

Dan jujur saja saat melihat kaca untuk bercermin, Jeonghan mengakui jika wajanya sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan jujur saja saat melihat kaca untuk bercermin, Jeonghan mengakui jika wajanya sekarang. Emm, cantik?.

Kesadaran Jeonghan kembali terengut saat sebuah deheman terdengar dari arah sampingnya. Seungcheol, pria itu berdiri dengan segelas coklat panas ditangan kanannya.

"Chan udah tidur?." Tanya Jeonghan untuk memulai pembicaraan diantara keduanya.

Seungcheol mengangguk setelah meneguk coklat panas miliknya, "chan langsung tidur saat kau keluar tadi."

Jeonghan kembali mengalihkan pandangannya kedepan.

"Jeonghan."

Pemuda itu menoleh,

"Aku tidak tau kau akan percaya atau tidak, mulai sekarang kau dan teman-teman mu tidak akan bisa pergi dari daerah ini. Kalian akan dianggap mati disana."

Jeonghan terdiam saat mendengar apa yang dikatakan oleh Seungcheol, pemuda itu menunduk sebelum memejamkan kedua netranya dengan erat. Kedua tangan Jeonghan bergerak untuk menarik surai merahnya untuk meredakan pusing yang tiba-tiba saja menyerangnya.

Seungcheol yang menyadari itu segera menaruh gelasnya pada pembatas tanpa memperdulikan jika nantinya gelas itu bisa jatuh.

"Jeonghan?, hei kau kenapa?."

Jeonghan tidak menjawab, pusing dikepalanya semakin terasa saat suara yang entah darimana itu terus masuk secara bergilir sebelum semua itu berhasil membuat Jeonghan kehilangan kesadarannya dan menjatuhkan tubuhnya.

Seungcheol dengan sigap menahan tubuh Jeonghan dan membawanya masuk kedalam kamar dengan keadaan panik.

"Jeonghan Kau kenapa?." Lirih Seungcheol dan berjalan keluar dengan sedikit tergesa untuk mencari Junhui.

Jeonghan mengernyitkan dahinya saat suasana asing menjadi pemandangan pertama saat dirinya membuka mata. Sebuah hutan seperti perbatasan.

Jeonghan menatap panik pada kejadian didepan matanya. Dirinya berada ditengah-tengah perang.

"SEUNGCHEOLL." Pekik Jeonghan saat melihat Seungcheol dengan gagahnya berdiri dibarisan paling depan diantara banyaknya pasukan.

Jeonghan semakin panik saat salah satu diantara mereka mulai berteriak

'KALIAN AKAN MATI!, DAN PACK INI AKAN MENJADI MILIKKU.'

Seungcheol tersenyum miring, 'teruslah bermimpi, Hyungwon. Karna selamanya Pack ini akan menjadi milikku.'

Saat Jeonghan akan mendekat, tiba-tiba saja tubuhnya seperti tertarik dan berakhir didalam ruangan yang sangat gelap.

'KALIAN AKAN MATI DITANGAN SEUNGCHEOL!'  Suara itu menggema diruangan gelap itu. Jeonghan menajamkan pendengaran dan penglihatannya. Disana, seorang wanita duduk terikat dengan banyak pria disekitarnya.

"Kenapa kau sangat yakin, Hannie?. Kau tau? Seungcheol sudah aku tumbangkan."ujarnnya dengan sombong.

"Kau jahat Hyungwon." Lirih Hannie,

Hyungwon mengudarakan tawanya. "Akan aku lakukan apapun untuk memilikimu sayang."

Hannie menunduk, "aku bersumpah, suatu hari nanti akan ada orang yang menghancurkanmu, dia adalah aku dengan raga yang berbeda. AKU BERSUMPAH AKAN MEMBUNUHMU DENGAN TANGANKU SENDIRI HYUNGWON!."

Setelah teriakan itu tubuh Jeonghan kembali tertarik, sekarang padangan bunga menjadi pemandangan Jeonghan.

"Hi?."

Jeonghan berbalik saat mendengar suara itu. Wanita dengan surai merah sebahu dengan seekor serigala berwarna putih bersih. Sangat cantik seperti wanita itu.

"Kau?."

Tawa halus terdengar dari wanita itu. "Aku Hannie, maaf sudah membawamu berkeliling tadi. Dan kenalkan ini wolfku Cheonsaa."

"Cheonsaa?."

Hannie mengangguk, "Jeonghan aku tidak menyangka jika kau akan datang ke CaratLand secepat ini. Tapi aku senang, kau langsung bertemu dengan Seungcheol."

Hannie berjalan menuju Jeonghan dan menarik lengan pemuda itu untuk duduk disebuah kursi, tunggu kursi? Bahkan pemuda itu tidak menyadari jika ada kuris disana.

"Jeonghan, aku sudah tau jika kau dan Seungcheol sudah melakukan itu, eyy jangan malu. Mulai sekarang anggap Chan adalah putramu dan Cheonsaa akan terus berada didalam dirimu. Aku adalah kau mulai sekarang." 

Jeonghan mengernyit, "maksudnya?, gua sekarang jadi siluman Serigala gitu?."

Hannie kembali tertawa, "kau sama separtiku dulu. Tapi jangan khawatir mulai sekarang kau dan teman-temanmu akan selamanya tinggal di CaratLand."

Jeonghan membulatkan matanya, "jangan bercanda!."

"Aku tidak bercanda, tenang saja semua orang yang ada dibumi tidak akan menginggat kalian, atau mungkin mereka menganggap kalian tidak pernah terlahir. Teman-temanmu juga tidak akan sendirian, ditubuh mereka akan ada wolf yang menemani mereka. Mereka akan muncul secara bergantian."

"Ini serius?."

"Huum, kalian akan selamanya tinggal disana. Jadi bersenang-senanglah, aku pergi. Titip Seungcheol, Chan dan Cheonsaa okei?."

Baru saja Jeonghan akan berbicara, semuanya manjadi gelap.

Pemuda itu membuka kedua netranya dan memandang sekitar dengan tatapan kosong, hanya sebentar. Sebelum Jeonghan merasakan seluruh tubuhnya panas seolah ada yang akan keluar dari dalam dirinya.

"Shhh."

Seungcheol yang baru masuk itu pun menatap heran kearah Jeonghan yang sedang menggeliat diatas ranjang. Sebelum hidungnya menghirup aroma stroberi hutan bercampur rumput yang sangat segar dan lembut.

Pria itu dengan cepat masuk dan menggunci pintu dan mengguarkan feromonnya agar feromon yang mengguar dari Jeonghan.

Jeonghan mendekat kearah Seungcheol dan menubruk tubuh besar itu.

"Mhhh." Desis Seungcheol saat Jeonghan menubruk labium tebalnya.

Dengan reflek, Seungcheol menahan pinggang Jeonghan agar pemuda itu tidak terjatuh karena Jeonghan yang saat ini bergerak gelisah.

"Panass." Lirih Jeonghan.

Seungcheol memandang pemuda itu dengan sayu. "Aku harap setelah ini kau tidak membenciku Jeonghan."




"BUKANNYA GITU WONWOO ANJING!." Suara Jihoon menggelegar diruang tamu itu.

Berbeda dengan Wonwoo yang tampak santai dengan kepalanya yang kini tersandar pada dada bidang milik Mingyu yang sedang sibuk dengan ponselnya.

Kalian ngga salah baca kok, kejadiannya itu begini,










































TBC / END?

SEKALI LAGI MAAF KALAU UPDATENYA LAMA YA, MAKASIH JUGA KARNA MASIH SETIA NUNGGUIN BOOK YANG NGGA JELAS INI 😘😘

λυκάνθρωπος Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang