12

1.3K 142 8
                                    

Yuwin, jaemin, renjun, Yuto, wooseok, Giselle dan Samuel makan malam bersama.  Bahkan jaemin hanya menatap dengan datar dia juga mengeluarkan aura yang sangat gelap karena tak mau di ganggu.

"Jaem?" Dia hanya menatap datar kakak sepupunya itu.

"Matamu santai saja. Aku ingin bertanya soal sesuatu padamu."

*Nanti saja temui aku di ruang kerja, dilantai dua. Kau tahu kan?"

"Ne." Ucap Samuel yang memang sudah biasa dengan sikap datar adik sepupunya itu.

Beberapa menit kemudian, makan malam telah selesai, Giselle pergi untuk menonton televisi,yuta dan Yuto pergi ke taman belakang untuk berbincang, winwin Renjun dan wooseok membereskan barang kotor bekas makan mereka.

"Renjun?"

"Iya imo?"

"Kau kuliah pada fakultas apa?"

"Kedokteran imo."

"Wah, kau dapat beasiswa?"

"Ne, dan kata Daddy aku akan dimasukkan ke salah satu universitas tanpa jalur beasiswa, karena Daddy mengatakan kalau aku menggunakan beasiswa, akan sulit nantinya."

"Aaa, apa karena pekerjaannya? Dia pasti tak mau meninggalkan anaknya yang menggemaskan ini bukan?" Ucap wooseok.

"Benar, yuta Hyung sangat menyayangi renjun, aku sangat bersyukur." Ucap winwin.

"Ah, tea nya sudah siap." Ucap winwin kembali.

"Biar aku yang antarkan pada Daddy dan samchun."

"Makasih sayang."

"Sama-sama Mama." Ucap renjun dan diapun langsung membawa nampan dengan dua gelas tea itu.

Di taman belakang.

"Hyung?"

"Kenapa?"

"Bagaimana rasanya karena kau pada akhirnya akan menikah juga."

"Menyenangkan. Apalagi melihat anaknya, aku jadi sangat senang sekali. Anak itu sangat ceria dan aku merasa rumah dingin ini akan hangat dengan kedatangannya."

"Aku juga merasakannya Hyung, setidaknya jaemin mungkin juga akan sedikit mencair."

"Mungkin saja. Aku merasa bersalah karena dia menjadi sepertiku."

"Hyung benar juga." Lalu keduanya melihat renjun mendekat dan tersenyum..

"Ini tea untuk Daddy dan samchun.'

"Makasih renjun-ah ." Ucap Yuto dan renjun hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Istirahatlah, kau pasti lelah nak. Kau baru saja kembali sore dengan jaemin."

"Ne Daddy." Ucap renjun tersenyum lalu diapun kembali kedalam.






Di ruang kerja.

Jaemin menatap datar kakak sepupunya itu.

"Aku ingin bertanya soal Mark."

"Aku tak terlalu dekat dengannya." Datar jaemin.

"Apa menurutmu bagus bekerja dengan Mark?"

"Tidak juga, mungkin akan banyak wanita saja. Kenapa?" Datar jaemin mengingat kalau harus mengerjakan sesuatu Mark pasti akan menyiapkan wanita penghibur, membuatnya kesal dan malas bertemu dengannya.

"Kalau begitu tak usah."

"Kenapa? Kalian berteman bukan? Harusnya kau percaya pada temanmu bukan?"

"Berteman boleh, tapi kalau untuk pekerjaan, aku tak akan melakukannya sama sekali " datar Samuel. Jaemin hanya menatapnya saja.

"Dan lagi, aku rasa kau nyaman dengan adanya adik tirimu." Jaemin. Lantas menatap tidak bersahabat sama sekali.

"Maksudku calon adik tirimu."

"Bukankah aku harus menerimanya dengan baik?"

"Aku sangat mengenalmu Na Jaemin. Kalau kau menyukainya lebih baik cepat katakan. Kalau kau sampai kehilangannya akan sangat berbahaya. Dan lagi, kalaupun kalian menikah, tak akan ada masalah karena kau bukan anak kandung samchun. Dan lagi aku yakin hanya dia yang bisa mengusik dan memahami mu."

"Jangan mengurusi urusanku." Datar jaemin.

"Aku tak melakukannya. Aku hanya mengatakannya saja. Karena sepertinya banyak yang menyukainya di luaran sana. Dan tak menutup kemungkinan aku juga akan menyukainya bukan?" Ucap Samuel datar lalu diapun keluar. Jaemin yang mendengarnya lantas mengepalkan kedua tangannya, ntah kenapa dia sangat tak suka dengan perkataan Samuel.





































🔜🔜🔜🔜🔜

Step Brother (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang