°bumi milik Ara.2°

702 115 16
                                    

✧༝┉˚*❋ ❋*˚┉༝✧

~
~
~
~

Fiony beranjak segera menuju ke arah Ara, pasienya ini sungguh sungguh menepati ucapanya kala itu, terhitung hampir 4 bulan ini kondisi Ara mulai membaik.

Ara menjadi pasien yang penurut kepada Fiony, ia melakukan segala kemo, terapi dan cek up nya ia juga meminum obat nya dengan rutin, tak pernah mengeluh soal sayur serta makanan nya yang hambar.

Tentu itu semua Ara lakukan jika hanya bersama Fiony, Fiony merasa harus exstra sabar menghadapi Ara yang semakin manja kepadanya , ia juga sesekali mengunjungi pasien pasien lainya.

"Ara..."

Fiony memanggil Ara yang tengah berdiri di pembatas kaca lantai 2 rumah sakit, Ara sepertinya sedang melihat lihat para manusia berlalu lalang.

"Tante.... ! Gimana Ara udah sembuhkan?"

"Ara udah bosen jadi anak baik " cemberut Ara

"Baru juga 4 bulan"

Fiony berdiri di samping Ara, kedua tanganya Ter pangku di pembatas kaca itu, mata sipitnya menatap ke arah lantai satu, rupanya kegiatan ini cukup menarik.

"Ishhh 4 bulan itu lama loh"

"Jadi kapan Ara boleh sekolah?!"

Fiony menggerlying malas lihat lah kepala batu itu! Penyakit yang bersarang di otak nya bisa saja membuat nyawa gadis itu Melayang!

Tapi sayang sekali otak kecil Ara tidak berfungsi untuk memikirkan keadaan dirinya! Sejak Ara ingin atau mendapatkan semangat hidupnya

Gadis kecil itu selalu merengek kepada Fiony untuk mencari tau lebih dalam tentang Chika, Yap.. gadis yang Ara temui waktu itu.

"2 bulan lagi tanpa drop"

"AAAKHHHHHH....... tante lamaaaaaaaaaaa"

"Heh... Ini rumah sakit Ara jangan teriak teriak!"

-ˋˏ✄┈┈┈┈

Di sebuah lapangan basket terdapat gadis jangkun yang mendribel bola basketnya, ia berulang memantulkan bola nya, mata cokelatnya memfokuskan pada jaring di atas tiang.

Ia tengah mengasah kemampuan lemparan nya, dengan jarak 5 meter antara dirinya dan juga ring itu, saat ia merasa siap kedua tangannya menggenggam bola dan siap untuk melempar kan bola itu.

Shuuutp..

Dring

Dug dug...

Bola masuk ! Gadis tadi melompat kegirangan tangan nya mengepal keudara, merasa senang akan peningkatan nya.

Bola yang di biarkan menggelinding itu menuju ke arah gadis yang sedikit pendek dari gadis jangkun tadi.

Gadis itu tersenyum saat bola basket itu mengenai ujung kaki nya, ia mengambil bola basket itu dan mulai berjalan ke arah gadis jangkun itu.

One Shot / CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang