*Tuhan tidak menjanjikan langit selalu biru. Bunga selalu mekar, dan mentari selalu bersinar. Tapi ketahuilah bahwa dia selalu memberi pelangi di setiap badai, tawa di setiap air mata, dan jawaban dari setiap doa.*
-Puputmput159
*Jakarta Kamu Dan Restu*
Sesuai perkataan keluarga Al Muftar kemarin, bahwa mereka akan pergi ke rumah kediaman aisyah untuk meminta restu. Dan terbukti sekarang mereka semua datang.
Seluruh santriawan dan santriawati sempat heran sebenarnya, karena aisyah dan keluarga Al Muftar akan kembali pergi bersama dan satu mobil kembali dengan keluarga ndalem. Bahkan sahabat aisyah sendiri pun menanyakan hal itu, tapi aisyah menjawabnya dengan mengatakan bahwa dia tidak tau dan hanya di suruh kiyai untuk ikut dengan mereka.
Di sini, di sebuah rumah yang luas dan megah, yang di kelilingi dengan warna yang dominan putih dan bersih yang berhasil menambah kecantikan sendiri untuk rumah orang tua aisyah. Aisyah meremas baju dengan kuat karena takut, bahkan tangan yang satunya lagi mengenggam erat tangan umi nyai.
"Ada apa kamu kesini lagi hah! Udah sadar atau bagaimana"sindir abang aisyah dengan ketus.
"Apa bisa tolong dengarkan penjelasan kami terlebih dahulu"ujar kiyai.
"Silahkan!"ketus abang aisyah.
"Mohon maaf jika sebelumnya kami menganggu waktu anda semua. Tapi tujuan kami kesini, hanya ingin mengantarkan aisyah untuk menyampaikan sesuatu hal yang penting"ujar kiyai.
"Katakan aisyah! Omongan apa lagi yang ingin kamu katakan kepada kami"ujar sang abang yang masih ketus, sedangkan kedua orang tuanya masih diam tidak mengeluarkan satu kata pun. Bahkan keluarga inti Al Muftar pun sampai di buat geleng geleng kepala melihat sikap abangnya aisyah.
Aisyah menenangkan hatinya terlebih dahulu, menarik nafasnya dan mulai berbicara.
"Ayah, bunda, dan abang. Aisyah datang kesini hanya ingin meminta doa restu kalian, karena aisyah akan me--ni--kah sebentar lagi"ucap aisyah sedikit terbata karena takut.
Deg
Keluarga aisyah membisu di tempat duduknya. Setelah setahun ini mereka tidak bertemu, kenapa harus mendapatkan kabar bahwa aisyah akan menikah. Mereka pura pura tidak peduli dan bodo amat.
"Terus kami harus apa? Terserah kamu lah, karena kamu bukan bagian dari keluarga ini lagi semenjak pergi dari rumah. Ingat itu aisyah!"ujar pedas sang abang.
Sedangkan aisyah mulai berkaca kaca. Aisyah sebenernya sakit hati, niat hati ingin meminta restu tetapi keluarganya tidak peduli bahkan tidak menanyakan kabarnya sedikitpun. Bunda fatim dan umi nyai menguatkan aisyah dengan mengengam erat kedua tangannya.
"Tenang saja bang, aisyah ingat kok. Aisyah kesini hanya menyampaikan itu saja, dan aisyah harap kalian akan datang ke acara penting aisyah nanti"ujar aisyah di sela sela tangisannya.
Mereka semua hanya terdiam ketika mendengar perkataan dari aisyah. Ketika mendengar suara langkah kaki, mereka melihat ke arah suara dan betapa terkejutnya. Ternyata...
"Loh bagas"
"Ardhi"
Ucap mereka berdua bersamaan, dan langsung membuat mereka semua yang ada di sana saling pandang tanda tidak paham dengan situasi sekarang ini. Bahkan aisyah sendiri tiba tiba ngeblenk pikirannya.
"Jadi kamu ayah dari anak yang akan jadi suami putri saya?"Tanya ardhi ayah aisyah.
"Iya, kenalin dia putra pertama aku namanya fathi. Yang perusahaannya di amerika itu, kamu ingat kan?"Tanya gus bagas dan ayah aisyah menganggukan kepala.
Ternyata ayah aisyah dan ayah gus fathi saling kenal, karena mereka dahulu adalah teman dari mereka masih duduk di bangku SMA. Bahkan berteman baik sampai sekarang, apalagi mereka rekan bisnis jadilah hubungannya makin erat dan di tambah bentar lagi akan jadi besan.
Usut punya usut, ternyata ayah gus fathi dan ayah aisyah mereka semasa SMA dulu pernah membuat janji bersama. Yang mana jika salah satu di antara mereka memiliki putra dan putri, maka mereka harus di jodohkan nantinya. Dan ternyata janji itu akan segera terpenuhi karena mereka memiliki putra dan putri.
Kiyai penasaran perihal tentang masa lalu yang mereka tega mengusir aisyah waktu itu, dan kiyai pun menanyakannya kepada mereka. Bunda aisyah setelah sekian lama, akhirnya mau membuka suara dan menceritakan apa alasan mereka melarang aisyah waktu itu untuk memakai cadar dan gamis.
Fallsback
Aisyah kecil ketika itu sedang bermain di sebuah taman yang tidak jauh dari rumah. Tetapi tiba tiba ada yang memberikan aisyah kecil permen, karena aisyah kecil saat itu tidak tahu apapun dan masih polos, lantas aisyah pun memakan permen itu yang notebane nya di dalam permen itu sudah di beri racun oleh perempuan yang menutup wajahnya dengan cadar dan memakai gamis.
Ketika memakan permen itu, aisyah kecil tiba tiba muntah dan kejang kejang. Orang orang yang sedang duduk di taman di buat terkejut dengan keadaan aisyah, sehingga mereka mengabarkan keluarga aisyah yang waktu itu rumahnya tidak terlalu jauh dan mereka mengenal baik keluarganya.
Ayah dan bunda aisyah ketika sampai di taman pun terkejut dan langsung membawa aisyah kecil ke rumah sakit. Dan untungnya mereka tidak telat membawa ke rumah sakit waktu itu, karena jika telat semenit saja, maka nyawa aisyah sudah tidak bisa terselamatkan. Maka dari itulah keluarga aisyah selalu trauma dan merasa benci kepada seseorang yang memakai pakaian seperti itu. Karena selalu mengingatkan mereka akan masa lalu.
Fallsback on
Setelah menjelaskan masa lalu kelam itu, kiyai pun menjelaskan bahwa itu adalah pelajaran bagi mereka dan salah satu teguran untuk mereka agar tidak meninggalkan anak kecil bermain sendiri.
Mereka pun sadar akan hal itu, dan mereka akan coba memulai menerima aisyah kembali. Keluarga aisyah akan mulai mendekatkan diri kepada Allah, bisa jadi itu juga sebagai bentuk tegurannya karena selama ini keluarga aisyah sudah jauh dari sang pencipta.
Dan bunda aisyah akan memulai memakai hijab serta gamis mulai sekarang. Aisyah tentunya senang, dan bersyukur akhirnya doa yang selama ini ia panjatkan, di kabulkan oleh sang maha kuasa. Ia bahkan sudah menangis sesenggukan karena merasakan kebahagiaan tiada tara.
"Maafin bunda ya nak, mungkin memang benar apa yang di katakan oleh semuanya. Bunda hanya takut terbayang masa lalu, dan sekarang imbasnya sama kamu"ujar sang bunda dengan raut wajah menangis.
"Maafkan ayah ya nak, ayah yang seharusnya bisa membimbing kalian. Tapi ayah adalah sosok pemimpin yang tidak becus, sosok ayah yang tidak baik dan sosok suami yang tidak patut untuk di contoh"sesak sang ayah yang menundukkan kepalanya.
Sedangkan abang aisyah hanya diam dan tidak mengeluarkan satu katapun kepada aisyah. Abang aisyah pun sebenernya menyesal atas segala kelakuannya, tetapi dia gengsi untuk meminta maaf kepada aisyah.
"Bunda dan ayah tidak perlu meminta maaf, aisyah sudah memaafkan semuanya kok. Aisyah minta maaf sama bunda gara gara masa lalu aisyah waktu itu, bunda sekarang jadi trauma"ujarnya yang merasa bersalah.
"Hiks, hiks, tidak apa apa nak. Bunda sayang sama aisyah, makanya bunda lakuin ini buat kamu. Maaf ya bunda sempat menutupi hal ini"tangisnnya dan mereka bertiga berpelukan, tanpa abang aisyah yang hanya melihat hal itu dengan wajah datar.
"Sudah sudah lebih baik kita sekarang lanjutkan tentang pernikahan anak kita"ujar gus bagas dan mereka semua menganggukan kepala, serta aisyah mengusap air mata sang bunda dan bunda aisyah tersenyum melihatnya.
Setelah itu mereka berbincang-bincang dan memutuskan akan membuat tanggal pernikahan seminggu lagi, pernikahan akan di gelar di pesantren dan semua sudah di setujui semua pihak.
Acara perniakahan tentu akan megah, karena menyatukan antara perusahan nomor satu dan perusahaan nomor tiga yang terkenal di kota B. Sudah tentu akan megah bukan? yang berdatangan pasti banyak, ntah itu rekan bisnis gus fathi, ataupun rekan bisnis dari kedua orang tua dari masing masing pihak keluarganya.
#Sejahat jahatnya kita, dan sekecewa apapun kedua orang tua kita kepada kita, mereka adalah tempat pelindung ternyamanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ujian Aisyah[End]
Teen Fiction📌 FOLLOW SEBELUM BACA📌 Menceritakan tentang sosok wanita yang di uji dengan jalan hijrahnya, di usir dari rumah hanya keinginannya yang tidak seberapa, hingga berakhir ujian itu datang silih berganti menghampiri. Wanita itu bernama Aisyah Hana Sal...