بسم الله الرحمن الرحيم
Jangan lupa senantiasa bersholawat kepada Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam
اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Tandai bila typo.
HAPPY READING 💗
______"Khansa!!" panggil seseorang dari ruang tamu.
"Iya bentar mii."
"Cepet bisa nggak sih!!"
"Kenapa mi?" tanya seseorang yang baru saja tiba di ruang tamu.
"Siapin minuman sekitar 10 orang sama cemilannya," perintah wanita berusia sekitar 30 tahun.
"Buat apa mi?" tanya orang itu.
"Nggak usah banyak tanya bisa? Cepet siapin terus nanti kalau ummi panggil, kamu kesini lagi sambil bawa apa yang ummi minta, paham?!!" titah Salwa Salsabila dengan nada tinggi.
"I-iya paham mi."
"Ya udah sana buruan," perempuan itu kembali kedapur untuk menyiapkan apa yang Salwa minta.
"Kayanya bakal rame deh, buat apa coba ummi minta buatin minuman sebanyak ini?" monolognya.
"Khansa Lutfiannisa!" teriak Salwa.
"Iya mi sebentar," Khansa membawa pesanan ibunya ke ruang tamu.
Sesampainya diruang tamu, ternyata sudah ramai rombongan ibu-ibu. Mungkin arisan atau menggosip berjamaah. "Masya Allah, nak Khansa repot-repot," celetuk salah satu ibu-ibu.
"Mboten repot bu," balas Khansa dengan tersenyum manis. (Tidak)."Masya Allah senyumnya, mau jadi menantu ibu nggak nduk? Anak ibu ganteng lho," tawar ibu-ibu yang lain.
"Sama anak ibu aja, ganteng juga kok terus pinter."
"Khansa pastinya nggak bakal mau lah bu-ibu, dia shalihah terus penghafal Quran. Pastinya nyari yang shalih, paham agama dan penghafal Quran," Khansa hanya menanggapi dengan senyuman."Selamat menikmati ibu-ibu, saya kebelakang dulu," pamit Khansa kepada para tamu.
Setibanya di dapur, Khansa langsung membereskan dapur yang sangat berantakan. Sudah biasa bagi dirinya melakukan hal seperti ini, membereskan rumah, memasak dan semua seharusnya dilakukan oleh ibunya, dirinya sudah terbiasa. Ibunya sudah tidak mau melakukannya semenjak ditinggal suaminya atau ayah Khansa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ning Kembar
Teen Fiction" Kepergian tidak selalu bermakna kehilangan, maka menguatkan hati ketika ditinggalkan merupakan sebuah keharusan. " " Terkadang lebih baik merelakan dan biarkan Tuhan yang menentukan. " " Merelakan bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan begitu saja...