DUNIA PERTAMA✨(5)

2.1K 151 0
                                    

Kini Navarro sedang duduk di halte bus dekat sekolahnya menunggu om Juan menjemputnya.

"Kemana sih om Juan, lama banget, padahal kan aku pengen cepet-cepet rebahan di kasurku tersayang." Gumam Navarro kesal.

Saat dia sedang mengotak-atik Hp nya dia mendengar sebuah motor berhenti di depannya.

Tinn...

Navarro pun menoleh dan dia lihat di depannya ada Askara yang sedang duduk manis di atas motornya.

"Loh, kak Aska belum pulang?" Tanya Navarro heran.

"Belum. cepat naik, aku antar kamu pulang." Jika teman-temannya tau kalo Askara berbicara menggunakan aku-kamu pasti mereka shock berat.

"Gak usah kak, nanti ngerepotin, bentar lagi om Juan juga pasti jemput Varro." Jawab Navarro menolak.

"Tidak menerima penolakan." Ucap Askara penuh penekanan.

Navarro sempat melihat ke atas dan sepertinya hujan akan segera turun, mungkin lebih cepat sampai jika dia diantar oleh Askara menggunakan motor.

"Yaudah deh kak." Setelah itu Navarro pun mendekat kepada Askara, Askara memberikannya helm, entah dorongan dari mana, tiba-tiba Askara langsung memakaikan helm yang akan dia berikan kepada Navarro.

Navarro pun langsung menaiki motor sport milik Askara, lalu dia berpegangan pada ujung jaket yang di pakai Askara, Askara pun tidak mempermasalahkan itu lalu dia langsung menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.

Navarro tidak sadar jika Askara tidak membawanya ke jalan menuju mansion nya, setelah beberapa menit mereka sampai di sebuah mansion yang asing di mata Navarro. Navarro pun bingung, kemana Askara membawanya.

"Kak ini dimana? Ini kan bukan mansion Varro." Ucap Navarro bertanya.

"Ini mansion ku, sebentar lagi akan hujan, jika aku mengantarmu ke mansion mu kita akan kehujanan, jadi aku membawamu kesini, nanti aku akan antarkan kamu pakai mobil saja." Jelas Askara panjang lebar, Navarro hanya mengangguk saja sebagai jawaban.

Benar saja, saat baru memasuki pintu masuk mansion hujan pun turun dengan derasnya. Navarro melihat seorang wanita dengan perempuan kecil yang berusia sekitar 7 tahun sedang duduk di ruang tamu sambil melihat kartun di televisi.

"Bunda, Abang sudah pulang bunda." Ucap anak kecil itu sembari menunjuk-nunjuk Askara.

"Eh, Abang udah pulang, itu siapa bang?" Tanya bunda Askara sambil melihat Navarro yang ada di sampingnya.

"Ini temen Abang Bun." Jawab Askara seadanya.

"Sejak kapan kamu punya temen imut kayak dia? Perasaan temen kamu nyeremin semua." Ujar bunda Askara.

"Sejak kemarin." Jawab Askara singkat.

"Yaudah sini kamu duduk dulu nak." Ucap bunda Askara kepada Navarro.

"Kamu duduk dulu sama bunda, aku mau ke kamar ganti baju." Bisik Askara kepada Navarro, Navarro hanya mengangguk saja lalu berjalan mendekati Bunda Askara lalu menyalimi tangan bunda Askara.

"Sini duduk." Bunda Askara menepuk tempat di sebelahnya, lalu Navarro duduk di sebelah bunda Askara.

"Nama kamu siapa?" Tanya bunda Askara lembut.

"Nama saya Navarro Tante." Jawab Navarro sambil tersenyum manis.

'kayak pernah dengar.'

"Ehm... Kalo boleh tau siapa nama panjang kamu?" Tanya bunda Askara.

"Navarro Keandra Madhavan, Tante." Jawab Navarro.

Deg!

"K-kamu Navarro anaknya Luna sama Bara?" Tanya bunda Askara memastikan.

Navarro kaget saat nama kedua orang tuanya di sebut oleh bundanya Askara. "I-iya, kok Tante tau?" Tanya Navarro.

Saat mendengar jawaban dari Navarro, bunda Askara pun langsung memeluk tubuh mungil Navarro dengan erat.

"Ini bunda sayang, ini bunda Sena, bundanya Kean." Ucap bunda Askara sambil menangis.

Perlahan sebuah ingatan masa kecil Navarro pun memasuki pikirannya.

"Bunda, kak Aska nakal, kak Aska habisin biskuit Kean."

"Bunda, ayo bantu Kean buat kue untuk ulang tahun mama."

"Kak Aska tolong ambilin Kean buku itu, Kean nda nyampek."

"Kak Rara, Kean buat gambar wajah kakak."

"Kak Rara, ayo buat kue bareng mami."

"Ayah, papa gak mau beliin Kean ikan itu, nanti ayah beliin Kean ya."

"Papi, ayo mancing bareng sama kak Aska."

"Kean mau bantuin papa cuci mobil."

Mata Navarro berkaca-kaca, bibirnya mulai melengkung ke bawah. "Huwaaa! Bunda." Navarro langsung membalas pelukan Bunda Sena.

"Maafin bunda ya sayang, bunda gak bisa nemenin kamu waktu itu, opa kamu selalu halangin bunda buat ketemu kamu, maafin bunda sayang, maaf." Ucap bunda Sena.

"Maafin bunda gak bisa nemenin kamu buat melewati masa sulit itu, kamu kuat sayang, kamu hebat bisa bertahan." Lanjut bunda Sena.

Askara yang baru saja turun dari tangga bingung kenapa bundanya memeluk Navarro? Kenapa mereka menangis?

"Bunda." Panggil Askara pelan.

Bunda Sena pun melepas pelukannya lalu menatap Askara. "Aska, dia Kean, Kean nya kita." Ucap bunda Sena lirih.

Askara pun terdiam, jantungnya berdetak kencang, matanya sedikit berkaca-kaca, dia pun langsung mendekat dan memeluk Navarro erat.

"Kean dari mana saja, kak Aska sudah mencari mu bertahun-tahun ini, kak Aska rindu Kean, kak Aska gak bisa tanpa Kean, Kean jangan pergi lagi ya." Ucap Askara sembari menangis.

"Varro gak mau di panggil Kean, jangan panggil Kean." Ucap Navarro heboh sambil memukul-mukul dada Askara brutal.

Askara pun melepas pelukannya lalu menangkup pipi Navarro, Askara menatap Navarro dalam. "Jangan panggil Kean, jangan panggil Kean, jangan panggil Kean." Ucap Navarro sambil terus memukul dada Askara.

"Tenang, Varro tenang, hei tatap mata kak Aska, Varro." Ucap Askara lembut, sekarang dia paham kenapa Kean mengganti nama panggilannya ke Varro.

"Kak Aska gak akan manggil Varro seperti itu lagi, sekarang Varro tenang dulu ya, tenang." Ucapnya sambil memeluk Navarro lagi.

Perlahan Navarro pun mulai tenang, lalu dia membalas pelukan Askara dengan erat, Askara mendengar dengan jelas isak tangis Navarro di dalam pelukannya.

"Di sini ada kak Aska, sama bunda, Varro gak usah takut ya." Ucapnya sembari mengelus punggung Navarro yang bergetar.

Tidak lama kemudian Askara merasa tidak ada pergerakan dari Navarro, saat dia melihat Navarro ternyata sudah tertidur di dalam pelukannya.

Bundanya pun menyuruh Askara untuk membawa Navarro ke kamarnya untuk tidur, pasti Navarro lelah setelah menangis seperti itu. Dan akhirnya Askara menuruti perintah bundanya untuk membawa Navarro ke kamarnya, dia menidurkan Navarro di kasurnya dengan pelan dan lembut seolah Navarro adalah barang yang rapuh dan mudah pecah.

Setelah Askara menidurkan Navarro di kasurnya, dia menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuh Navarro sekaligus menghangatkannya, Askara menatap wajah Navarro lama lalu setelah itu mencium kening Navarro pelan.

"Tidur yang nyenyak, Varro." Ucap Askara berbisik, lalu meninggalkan kamarnya.

.
.
.
.
.

Makasih yang udah mau baca🤗

Sampai jumpa di chapter berikutnya(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

Love you(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍)

Time Travel With The System[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang