8. Ini Tak Terduga!

32 5 1
                                    

Sialan.

Aku memang berterima kasih, sih.

Tapi yang benar saja, dong!

Kau tidak memberikan tumpangan untuk kembali ke rumah. Cucumu ini dalam kesulitan sekarang! Aku lelah!!

Ayah juga…

Dimana orang itu?!

Apa dia sibuk bekerja sampai-sampai melupakan putranya yang tampan ini?!

Azashiro Ezzen yang sudah tumbuh besar dan semakin tampan mirip seperti Ayahnya, dia sedang mengeluh dalam perjalanannya menuju rumahnya. Pasalnya, Kakeknya sama sekali tak memiliki niat untuk meminta seseorang mengantarnya ke rumah atau bahkan memberinya uang sepeserpun.

Apalagi Ayahnya… Ezzen sudah lama tak berjumpa dengan orang tuanya itu. Memang Ayahnya mengatakan kalau akan melatihnya, tapi sebagian besar justru ia habiskan bersama Kakeknya saja. Entah sudah berapa tahun mereka tak bertemu lagi.

Jadi, Ezzen benar-benar harus menempuh perjalanan jauh hanya dengan berjalan kaki. Padahal dia sudah lelah dan baru saja ingin beristirahat.

"Huft. Yasudah, deh."

Ezzen berjalan justru menuju ke hutan. Di sana, ia sedikit merenggangkan ototnya dan membuat ancang-ancang berlari.

Apa boleh buat, kan. Padahal aku ingin beristirahat sejenak.

Sejumlah energi melapisi tubuhnya, dan entah bagaimana tanah yang dia pijak menjadi retak seolah tertekan benda bermassa ribuan ton. Mulutnya bergerak mengucapkan sesuatu yang tak bisa dimengerti, bahkan seakan tak bisa didengar jelas oleh telinga.

Lingkaran sihir tercipta di atas kepalanya, lalu secara perlahan turun ke bawah dan memberikan tubuhnya energi kehijauan. Hanya saja, dengan semua ini dia merasa tak yakin akan sesuatu.

Apakah aku akan sampai di Tokyo..?

Dia sudah memperkirakan jarak tempuh antara tempatnya sekarang dan Tokyo. Karena memang agak jauh, jadi dia menggunakan Sihir untuk membantu atau meringankan tubuhnya agar dirinya bisa sampai dengan cepat dan tepat.

Aku hanya perlu melompat, kan.

Baiklah.

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

"Sial. Untung saja aku bawa sandal."

Seorang remaja laki-laki sedang berjalan dengan wajah kesal. Itu adalah Ezzen yang sudah sampai di Tokyo dengan cepat dan selamat, tapi sayangnya sepatu satu-satunya yang ia punya tidak selamat dalam perjalanan.

Akibat tidak bisa memperkirakan kekuatannya sendiri, dia merusak sepatunya sampai tak berbentuk pada saat mendarat di tanah.

Aku baru ingat kalau setiap latihan, aku selalu tak mengenakan apapun sebagai alasnya. Apa ini alasan Kakek menyuruhku agar tidak mengenakan sandal atau sepatu? Dia juga menyuruhku latihan di luar.

Semuanya masuk akal.

Kalau aku tahu, dari awal aku akan menggunakan sihir agar sepatuku setidaknya bisa bertahan!

Dia terus berjalan ke tempat-tempat yang ia kenali dulu. Sudah lama dia tak menyusuri jalan-jalan tersebut. Rasanya sangat nostalgia, tapi juga begitu banyak yang berubah di sini.

The Greatest of All ( Crossover )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang