10. Cari Cara.

27 5 0
                                    

Ugh…

Ezzen membuka matanya, melihat atap-atap yang asing. Perlu beberapa saat setelah dirinya bangun memperoses apa yang terjadi. Mendapati dirinya tidur di sofa yang empuk, lalu ada selimut hangat milik seseorang.

Dia melirik ke belakang. Di sana, terdapat Hiratsuka yang sedang tertidur pulas di kasurnya yang hanya ditutupi baju lab putih. Melihat itu, senyuman muncul di wajahnya dan ia menggelengkan kepalanya.

Wanita ini…

Dengan perlahan dan tenang, ia mendekati kasur lalu memberikan selimut pada Hiratsuka yang tertidur.

Padahal jelas-jelas dia tak punya selimut lain. Sok sekali memberikannya pada orang lain.

Kemudian, Ezzen memutuskan untuk membasuh wajahnya agar lebih merasa segar di pagi hari yang cerah ini. Dia merapihkan penampilannya walaupun tetap mengenakan pakaian yang sama. Setelah itu, dia pergi ke balkon untuk bersantai.

Tentunya, dia ingin melakukan meditasi lagi. Pemandangan dan suasana Kota di depannya memang terlihat menakjubkan. Meskipun masih pagi hari, banyak sekali orang-orang yang sudah memulai aktivitas mereka masing-masing.

Tapi di Chiba rasanya agak santai tak seperti di Tokyo.

Prefektur Chiba adalah tempat yang masih berada di wilayah Tokyo, tapi lumayan jauh dari pusat Tokyo itu sendiri. Jadi terdapat perbedaan signifikan dari Tokyo yang memang sangat padat akan orang-orang.

Apartemen Hiratsuka berada di Chiba, tapi seperti yang dikatakan olehnya kemarin bahwa dia punya urusan pergi ke Tokyo. Ezzen penasaran soal itu, tapi dia menghilangkan rasa penasarannya dan hanya bersyukur karena dipertemukan dengan Hiratsuka.

Fiuh…

Ezzen fokus bermeditasi. Dirinya terus berusaha mengendalikan energi spiritual serta Mana di sekelilingnya. Jumlah Mana yang besar, ditambah dengan energi spiritual, sudah jelas menimbulkan masalah dalam hal mengendalikannya.

Ini mengingatkannya pada kejadian kemarin dimana sepatunya lah yang menjadi korban akibat kekuatannya sendiri.

Bahkan, dia sendiri tidak bisa mengukur seberapa kuat dirinya sekarang saking fokusnya berlatih. Kakeknya memang mengajarinya beberapa teknik berguna dan hebat, tapi sebagian besar dihabiskan untuk melatih kekuatan spiritualnya.

"Apa yang sedang kamu lakukan?"

Membuka matanya, dia melirik ke arah Hiratsuka yang berada di belakangnya.

"Kamu sudah mandi?" Tanya Ezzen.

"Ya, tentu saja. Aku akan pergi bertugas.. menjadi Guru."

"Ah, begitu ya. Aku baru ingat soal itu."

"Jadi… Kamu.. sedang meditasi?"

"Ingin melakukannya juga?"

"Sayangnya waktuku tidak banyak." Kata Hiratsuka sambil mengeringkan rambut hitamnya yang panjang menggunakan handuk.

"Karena aku harus bekerja, kamu bisa membawa kunci cadangan. Siapa tahu kamu ingin keluar sesekali."

"Kamu terlalu percaya padaku. Bisa saja aku mencuri barang-barang di Apartemen ini."

"Jika kamu memang berniat melakukannya, pasti tidak akan bilang terlebih dahulu."

"Hehh. Iya, sih. Tapi jangan salah.. aku bisa saja benar-benar mencuri semua yang ada di sini."

"Kalau begitu, aku akan mencarimu dan orang tuamu untuk bertanggung jawab kalau kamu sudah melecehkan seorang wanita ini. Ngomong-ngomong, di depan Apartemen ini punya banyak CCTV jadi sudah bisa menjadi bukti." Kata Hiratsuka sambil tersenyum licik.

The Greatest of All ( Crossover )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang