Kim Jennie POV
Bau asap rokok, aroma minuman, dan juga kerlap kerlip lampu di Bar. Itu lah yang aku hadapi setiap malam. Terkadang aku membawa nampan, terkadang aku sudah seperti barang yang di pamerkan pada rak pajangan. Atau bahkan aku sekedar bernyanyi sambil memamerkan tubuhku dengan pakaian yang nyaris bertelanjang.
Itulah pekerjaanku, dimalam harinya aku menjadi pekerja di sebuah Bar. Lalu ketika fajar terbit hingga sore, aku berkerja di Toko Bunga. Aku hanya punya waktu tidur 3 jam dalam sehari, waktu luang ketika subuh usai tampil dibar, maka itu lah waktu tidurku. Karena paginya aku harus berkerja lagi. Antara aku disiang hari, dan aku dimalam hari, Itu sungguhlah berbeda. Tak ada yang tahu soal ini. Siapapun itu.
Bahkan ibu ku saja tak mengetahuinya. Perbedana Antara Kim Jennie yang menjadi karyawan Toko Bunga. Dengan Jennie Ruby Jane yang seorang penari klub malam. Kalian tahu ? Jangan berharap ada seseorang yang akan menghargaimu, ketika kau berkerja di tempat yang seperti ini.
Ini adalah tempat dimana para lelaki melepaskan stress mereka, ini adalah tempat dimana para orang gila sedang meluapkan semua kegilaan yang mereka punya. Tempat dimana nafsu dan uang berjalan sejalan dan berbanding lurus. Semakin banyak uangmu, maka akan semakin nikmat nafsumu di urus oleh orang orang di tempat ini. Sudah jelas, tidak ada yang akan menghargai mu disini, karena semua hal yang ada disini adalah benda kesenangan yang bisa dimiliki sesaat karena uang.
Namun, ditempat manapun, semuanya tergantung pada kita. Satu satunya orang ditempat ini yang mampu membuat pengecualian hanyalah aku. Aku akan menari, menggoyangkan pinggulku, membuat semua pendatang di Bar ini ereksi dengan tubuhku yang seksi. Membuat pemilik bar ini bergelimpang uang dari pengunjung mereka.
Asalkan, tak ada satupun orang yang bisa menyentuhku. Aku membawakan banyak uang pada Bar ini. Bar ini ramai karena tarianku. Oleh sebab itu, aku cukup berkuasa untuk mengancam si pemilik Bar dengan ketentuan yang aku buat. Aku tidak akan mau tampil jika pemilik Bar membiarkan ada satupun manusia yang mencoba menyentuhku.
Aku tidak ingin di jual, aku tidak ingin berurusan dengan para lelaki yang menjadi tamunya. Jika mereka ingin melepaskan nafsu Binatang mereka, masih banyak rekan kerjaku yang bisa mereka beli menemani malam mereka.
Karena aku tak akan pernah bisa dibeli. Aku dan Nurani ku, tidak akan pernah bias ditawar uang sebanyak apapun. Dan Bar ini pun hidup dari tarian erotis yang aku lakukan. Mereka akan memenuhi permintaanku karena aku adalah ujung tombak dari pundi pundi uang mereka.
Mesikipun begitu, tak sesekali aku direndahkan. Bahkan ada pebisnis kaya raya, dengan arogan dan lantang menanyai berapapun yang aku mau. Dia bahkan tidak membatasi digit uang yang aku minta, dan juga berapa banyak emas dan berlian yang aku inginkan. Asalkan aku mau menemaninya.
Jawabannya sudah pasti, Aku tidak akan pernah memenuhi nafsu siapapun, karena aku bukanlah seorang pelacur. Aku memang penari erotis, tetapi aku bukan pelacur. Aku memang hidup didunia malam tetapi aku bukanlah wanita kotor. Semua batasnya telah aku garis dengan sangat jelas.
Sebenarnya aku juga bisa mengambil lebih banyak dari sini. Jika aku ingin, aku bisa mendapatkan uang lebih banyak dari para pria yang menggemari tubuhku. Aku bisa dapatkan uang berapapun yang iam ak. Tetapi aku memilih untuk tidak melakukan itu. Ini adalah dunia yang memang menawarkan kesenangan. Tetapi semakin banyak aku meneguk kesenangan itu maka semakin jauh aku terjerumus. Tak ada jalan untuk kembali ketitik awal.
Sekarangpun aku telah terbenam selutut. Jika aku tak tegas, mungkin aku akan terbenam sepinggang, lalu sedada, seleher, dan kepalaku bisa hilang. Begitulah kenyataannya dunia malam, kau akan terus terperosok jika kau tak memegang kendali kesadaranmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Lili of the Valley (TAMAT)
RomansaSeseorang yang berjuang melawan traumanya atas pelecehan yang ia rasakan dimasa kecil, hingga ia saat ini berprofesi sebagai seorang Dokter. Lalisa Manoban, adalah seorang dokter jiwa dirumah sakit Seoul. Namun, suatu ketika ia mendapatkan seorang p...