14

1.9K 85 0
                                    

Assalamualaikum para reader ku yang cantik manis bohay dan rajin menabung 😘😘

Kalau ada Typo langsung kasih tau ya beb, jangan diem aja lu kek dia yang gak pernah bales perasaan gue, hiks!/plak

Vote dan komentar nya ditunggu loh beb, kalau gak kasih....

Gue santet online lu pade!/plak

So, selamat membaca😘

....

Malam harinya, saat Evara menginap di rumah Zayan, setelah mendengarkan omelan Nina di ruang tamu. (Malam sebelum chapter 13) 

Di malam hari, disaat semua orang tertidur dengan lelap mengistirahatkan tubuh dan otaknya lalu mulai menjelajahi mimpi yang indah. Seorang gadis dengan baju tidur bergambar tiga beruang sedang saling bertumpuk, kini sedang duduk di kasurnya sambil menatap tajam benda persegi yang baru saja dia dapatkan.

Pikirannya sedari tadi kacau saat memikirkan apa yang harus dia lakukan. Kini keadaaan nya sedang dalam kondisi gawat darurat alias krisis. Otaknya sedang dalam keadaan mentok alias jalan buntu. Dia tidak bisa berfikir tenang.

Saat sedang asik berperang dengan pikirannya, gadis yang tak lain adalah Evara itu tersentak kaget saat ponsel yang dihadapannya berdering.

Air wajah Evara seketika keruh saat melihat nama orang yang memanggilnya. Seketika dirinya panik gak karuan!

Bagaimana ini!!!

Evara yang panik, seketika langsung terdiam sambil meringis sakit, tak sengaja menyenggol luka pada kakinya.

Sialan!

"Tenang Ara, tenang... Jangan panik," batinnya memenangkan, seraya menarik nafas dalam lalu menghembuskannya pelan, dirinya harus tenang, agar akting drama yang bakal dia lakukan nanti berjalan dengan lancar.

Dengan tangan yang sedikit gemetar, Evara mengangkat telepon genggam nya dan menjawab panggilan dari kakak super cerewet sedunia yang dia rindukan.

Evara berdehem sebentar, lalu menjawab, "Hallo kak?"

"...... "

Tidak ada jawaban di seberang sana membuat raut wajah gadis itu semakin keruh, debaran jantung nya semakin tak karuan, teringat dingin mulai membasahi keningnya.

B-bagaimana ini!!!

"Evara Thalia Putri."

Evara tercekat saat mendengar suara dingin Naya, menelan saliva pelan lalu meringis. Apakah dirinya kalah sebelum berperang membuat drama klasik supaya Naya yang di sana tidak khawatir dengannya.

Apa Naya sudah tahu semuanya?

"Iya kak? Kenapa? Kangen ya sama aku~" ujar Evara menggoda. Berusaha berfikir positif bahwa kakaknya ini masih belum mengetahui keadaannya.

"Apa kamu benci dengan kakak, Ara?" suara Naya murung.

Mendadak kening gadis itu berkerut bingung, "Hah? Benci? Maksud kakak apa?"

"Hiks, benar kan... Kamu benci kakak!" 

"Loh, loh... Kok malah nangis, kakak kenapa, hm? Kenapa kakak bilang aku benci kakak?"

Evara memijit pangkal hidungnya, kepalanya mendadak pusing saat Naya tidak menjawab dan malah suara tangisan kakaknya semakin parah. Apa yang dia khawatirkan dari tadi, tiba-tiba lenyap entah kemana saat mendengar pernyataan konyol Naya yang entah dapat dari mana.

My Busy StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang