Chapter 03

48 9 0
                                    

~~~HAPPY READING, READER~~~

♡♡♡♡♡

Jangan lupa vote

Tinggalkan komen dan saran

[Chapter 03- Hipertensi Pulmonal]

---

Flashback off

*Author PoV*


"Lo hebat, Zel. Keputusan yang lo ambil itu tepat banget. Seandainya Bu Risma tetap nggak dengerin perkataan lo, mungkin Bu Indri udah nggak ada sekarang," ujar Alva, menatap Zelva dengan kekaguman yang tak bisa ia sembunyikan.

  Zelva hanya tersenyum tipis, menyembunyikan keraguannya sendiri. "Hari itu gue cuma beruntung, Al. Karena malam sebelumnya gue sempet baca-baca buku kakak gue," ucapnya pelan, sambil menyesap vanilla latte yang kini mulai mendingin di hadapannya.

 Karena malam sebelumnya gue sempet baca-baca buku kakak gue," ucapnya pelan, sambil menyesap vanilla latte yang kini mulai mendingin di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Suasana di kafe yang tadinya dipenuhi canda tawa mereka mulai mereda saat makanan tiba. Mereka mulai menikmati hidangan masing-masing dalam diam, sesekali Alva menyuapi Zelva dengan nasi goreng yang ia pesan, mencoba memecah keheningan dengan gerakan kecil.

 Mereka mulai menikmati hidangan masing-masing dalam diam, sesekali Alva menyuapi Zelva dengan nasi goreng yang ia pesan, mencoba memecah keheningan dengan gerakan kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana menjadi hening, hanya terdengar dentingan sendok dan garpu.
Namun tiba-tiba, sesuatu berubah. Zelva melepaskan sendok dari tangannya, yang jatuh dengan suara "PRANGGG" tajam ke lantai, memecah suasana tenang kafe.


"Zelva!" pekik Alva, wajahnya langsung berubah panik saat melihat tunangannya yang tampak pucat, napasnya tersengal-sengal, dan tangan kirinya mencengkeram kuat dadanya. Zelva mulai menggigil, tubuhnya bergetar hebat.

  "Zelva, lo kenapa? Hei, liat gue!" Suara Alva gemetar, tangannya dengan cemas menangkup pipi Zelva, yang kini mulai kehilangan fokus.

KenopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang