"Kita memang hidup dimalam yang sama. Namun dengan kegelapan yang berbeda"
-Petir Zho RagazzaVOTE ⭐
KOMEN ☁️
AND SHARE ⚠️
TANDAI JIKA TYPO ❤️06. Perkara celengan
Rintik hujan mengenai atap dengan bunyi yang nyaring. Semilir angin dingin di pagi hari membuat Abil malas untuk menyentuh air.
"Mandi ga, ga mandi, mandi ga, ga mandi!" kiranya mengambil keputusan akhir. Setelah selesai menggosok gigi dan mencuci muka, rasa malas untuk mandi menghampirinya. Dinginnya air membuatnya mengurungkan niat untuk mandi.
Abil kembali ke kamarnya berkemas untuk pergi sekolah. Ia keluar dari kamar dengan baju olahraga tidak lupa jaket berwarna army yang selalu dikenakannya. Setelah selesai ia mengeluarkan motornya dari dalam rumah.
Abil memandangi rintik hujan yang mulai mereda sesekali ia juga melirik kearah jam tangannya. Walaupun tidak mandi, ia tetap harus tampil macho. Seperti menggunakan minyak rambut dan juga parfum milik Timur yang ia ambil kemarin.
Punya temen kayak Timur lumayan enak, parfum tinggal ambil pemiliknya gak bakalan tau.Abil mengendarai motornya. Awan hitam sudah mulai memudar dengan gerimis yang tidak begitu kuat.
Setelah menempuh perjalanan tidak begitu lama akhirnya ia sampai di gerbang dengan plang yang bertuliskan Sma Bakti Jaya. Sekolah dengan fasilitas yang memadai.
Abil melangkahkan kakinya menuju kelas dengan tas yang terselempang dipundak kirinya. Terlebih dulu ia telah meletakkan motornya diparkiran yang juga terdapat motor anak-anak Arsenik.
Hari sabtu tidak belajar, hari ini biasanya hanya diisi senam dan bermain basket, voli dan juga futsal.
Abil memasuki kelas yang tampak hening. Didalamnya hanya ada satu orang laki-laki dengan kaca mata bundar. Namanya Gading, Gading rakassa. "Dimana yang lain?" tanya Abil kepadanya.
Gading hanya mengangkat bahunya acuh. Ia kembali membaca buku di tanggannya dengan judul Harry Potter, buku yang lumayan tebal, yang membuat Abil sakit mata sebelum membacanya.
Abil menuju kantin, satu-satunya tempat yang akan menjadi tujuan akhirnya. Ternyata benar disana sudah ada inti Arsenik, tapi— tunggu, disana terlihat Rafi terduduk dilantai dengan air mata!
Abil mengernyit memandang kearah Petir yang mengedikkan bahunya. Ia mendekat dan duduk disalah satu kursi. "Kenapa lo?" tanya Abil melihat kearah Rafi yang mengusap hingusnya dikerah baju olahraga.
KAMU SEDANG MEMBACA
UCCELLO (On Going)
Teen Fiction{USAHAKAN FOLLOW, VOTE, KOMEN AND SHARE ⚠️⚠️ AZAB TIDAK BERBAU} "Akhir takkan pernah bahagia karena bahagia takkan pernah berakhir" -Ababil Bintang Bimantara °°••°°••°°••°°••°°••°°••°°•• Tidak banyak, hanya mengisahkan tentang Ababil Bintang Bimanta...