17. Om Cokelat

24 7 0
                                    

"Dewasa itu sifat, bukan umur. Dimana manusia yang bisa memanusiakan manusia."

VOTE ⭐
KOMEN ☁️
AND SHARE ⚠️⚠️
THANKS FOR READING 🥀

17. Om Cokelat

"Arciel mau yang ini, boleh?" Gadis kecil dengan dua kunciran dikepalanya menunjuk berbagai macam jajanan yang begitu menggiurkan dimatanya.

Lihatlah, matanya begitu berbinar memandangi rak-rak yang berbaris rapi cokelat.

"Gak."

"Yang ini?" Tangannya memegang sebatang cokelat Silverqueen, lalu menunjukkan kepada laki-laki disampingnya yang sibuk melihat nota yang diberi Anya-mamanya tadi.

"Gak."

Arcielo kembali meletakkan cokelat tersebut ditempatnya dengan cemberut. Matanya menelisik berbagai macam jajanan cokelat yang membuatnya ingin menangis.

"Satuuu aja, boleh yaa?" Abil mengalihkan pandangannya kearah gadis kecil di sampingnya yang sudah menggenang air mata.

Tangannya mengambil satu cokelat berbentuk payung dengan ukuran paling kecil dan memberikannya pada Arcielo.

"Kecil banget!" protesnya, tak ayal ia menerimanya dengan cemberut.

"Mau ikut ga?" tanya Abil setelah mengambil keranjang.

Arcielo menggelengkan kepalanya membuat rambutnya bergoyang ke kanan dan ke kiri. "Arciel tunggu sini aja," ucapnya lalu membuka bungkus cokelat ditangannya.

"Jangan kemana-mana." Peringatnya.

"Iya." Ucap Arcielo dengan mulut yang comot' dengan cokelat, duduk di lantai yang dingin disamping rak-rak jajanan.

Terlihat seperti anak terbuang sekarang Arcielo. Lihatlah tangan yang lengket dengan cokelat dan mulut yang komat-kamit tak jelas. Matanya mengitari setiap sudut supermarket mencari sosok Abil yang membuat cemberut karena tak kunjung ketemu.

Kaki kecilnya melangkah mendekati lemari es krim dengan berbagai rasa. Air liurnya seperti ingin meleleh melihat es krim es krim itu.

Tangannya yang kecil ingin menggeser pintu lemari itu.

Sreet

Arcielo menoleh kebelakang ketika melihat seorang laki-laki yang terlebih dahulu menggeser pintu lemari itu membuatnya melongo. Ah, tampan sekali.

"Hai adik manis! Mau es krim?" Laki-laki tersebut mengambil satu es krim rasa cokelat dan memberikannya kepada gadis kecil di depannya.

"Nih, buat kamu! Lucu banget sih," ucapnya mencubit pipi tembam tersebut yang belepotan cokelat.

Arcielo tersipu mendengar pujian tersebut. Badannya ia goyangkan ke kanan dan ke kiri dengan senyuman mengembang.

"Ih, gemesnya. Jadi pengen satu," kembali mencubit kedua pipi itu.

"Kamu sendirian disini? Orang tua kamu mana?"

Belum sempat Arcielo menjawab, bunyi telepon membuat laki-laki itu mengalihkan perhatiannya dan menjauh dari sana.

🍒

UCCELLO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang