Bar 12

12K 873 36
                                    

Kukuruyukk.. Kukkuruyukk..

Suara ayam berkokok terdengar lantang dari speaker ponsel Gigi. Sudah cukup lama alarm itu menjerit-jerit seperti mau disembelih. Akhirnya Gigi mulai risih dengan suara yang menyebalkan itu. Dengan mata masih terpejam, tangannya meraba-raba permukaan kasurnya untuk menggapai ponselnya.

Kkuk..!

Gigi akhirnya bisa membungkam kokok ayam itu. Dengan mata setengah terbuka, ia melihat jam yang tertera di ponselnya.

"Jam 7.00.. uugh.." gerutu Gigi.

Sebenarnya dia masih belum puas dengan tidurnya, mengangat semalam dia tidur terlalu larut, bahkan ia sampai lupa sholat subuh. Namun seketika dia membelalakkan matanya dan bangkit dari tidurnya. Dia baru sadar, kalau saat ini dia sudah berada di kasur, padahal ia masih ingat betul kalau semalam dia tertidur di kursi belajar. Lalu siapa yang membawanya ke kasur?Dilihatnya sekeliling, juga lantai di sekitar kasurnya. Ia pun melompat dari kursinya. Ia menuju jendela besar yang sudah tertutup. Dibukanya jendela itu dan ia melompat ke luar. Namun yang ia cari tidak juga ia temukan.

"Kak Nue mana??" gumamnya pelan.

Dia meniup poninya lalu berbalik dan kembali menuju kasurnya. Ia menjatuhkan pantatnya di kasur yang empuk itu sambil termenung.

'Apa kak Nue yang bawa aku ke kasur?' tanya Gigi pada pikirannya sendiri.

Setelah itu, pikiran-pikiran Gigi mulai melayang ke mana-mana.Apakah mungkin Nue menggendongnya? Bagaimana cara dia menggendong Gigi tanpa membuat Gigi terbangun? Apakah diboyong layaknya pengantin? Lalu, setelah ia merebahkan tubuh Gigi di kasur, apa yang Nue lakukan? Apakah memberinya kecupan? Di dahi? Di pipi? Atau di.... (Gigi nyengir) lalu apa dia juga ikut tidur di samping Gigi, lalu memeluknya seperti guling yang manis?

Seketika wajah Gigi memerah dan nyengir kuda. Dia menggaruk-garuk kepalanya seperti orang bodoh (yes, he is). Namun, senyum di wajah Gigi perlahan memudar ketika muncul dengan heroik frasa 'NGGAK MUNGKIN' dari dalam otaknya.frasa 'NGGAK MUNGKIN' itu makin membesar dan bertambah jumlahnya dengan berbagai macam style word art, hingga akhirnya frasa yang sama itu menimpa kepala Gigi dan membuatnya menunduk.

"Ya.. nggak mungkin juga.." bisiknya.

Gigi termenung di sana, duduk di tepi kasurnya, dengan berkas-berkas sinar mentari pagi menyinari wajahnya yang sedih. Suara 'tik-tik-tik' jam dinding tak henti-hentinya memukul pelan gendang telinga Gigi. Seolah tengah menasihatinya tentang waktu. Gigi pun menoleh ke arah meja belajarnya, tepatnya ke arah laptopnya yang masih terbuka dengan layar gelap.

Jeng, jeng, jeng, jeengg......

Bagai diiringi sebuah orkestra Ludwig Van Beethoven yang menderu-deru bagai badai di samudra, mata Gigi terbelalak dan wajahnya berubah pucat seperti zombie.

"Tugasku~..." decitnya.

Langsung saja ia melompat dari kasurnya dan menjatuhkan dirinya di kursi belajar.

"Apeess..!! gimana bisa lupa??!! Oh iya, ini gara-gara ketiduran..." buru-buru ia menghidupkan laptopnya.Ia menengok ke jam dinding, berharap waktu berjalan 1 jam lebih lambat. Akhirnya jam dinding mengejeknya dengan menunjukkan waktu 07.12, padahal jam kuliah Gigi hari ini dimulai pukul 8.40.

Gigi masih belum mengerjakan tugasnya, mandi, berpakaian, bersepatu dan belum lagi berjalan kaki menuju kampus yang setidaknya butuh waktu 20-25 menit. Wooohhhhh.... Gigi seakan ingin histeris di kamar itu.Laptop Gigi akhirnye selesai booting dan Gigi langsung membuka dokumennya. Jarinya terhenti.

"Sebentar.. Namanya apa? Kan belum aku simpen? Uurrgghhh..." gerutu Gigi.Ia pun berharap pada auto recovery. Tidak tersimpapun bukan masalah sebenarnya, mengingat dia baru menulis identitas dan soal.

Hymn of My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang