Seorang cowok dengan rambut yang agak acak-acakan tengah duduk termenung di sudut kafe. Beberapa kali dia meremas rambutnya dengan gelisah dan sesekali menghirup cappucinonya. Setelah kejadian malam itu, pikirannya terasa berat sekali. Banyak pertanyaan dan tuduhan yang memenuhi kepalanya. Saat Adrian mengungkapkan perasaannya juga bagaimana perasaan Gigi selama ini padanya.
'Aku cinta sama kamu Gi..'
Deg..
Suara itu kembali menghantui pikiran Nue. Berulang kali ia mencoba menghapus suara itu dari kepalanya, tapi tetap saja suara itu menggaung di rongga kepalanya. Sebenarnya bukan suara itu yang membuatnya Nue risau, tapi lebih pada apa jawaban atas pertanyaan itu. Apa jawaban Gigi? Apakah ia menerimanya?
'Kenapa kamu bingung mikirin itu?' tanya sisi hati Nue pada sisi hatinya yang lain.
'Ya.. karena.. Aku ga suka aja, kalau dia sama Adrian.'
'Kenapa kamu gak suka jika Gigi dengan Adrian?'
'Adrian itu cowok!'
'Terus kenapa? Kamu juga cowok.. trus kenapa kamu perhatian banget sama Gigi?'
'Ka..karena... dia adikku..'
'Adik? Setelah apa yang Adrian ungkapkan kemarin, apakah kamu masih ngerasa kalau kamu pantas disebut kakaknya?'
Seketika Nue termenung.
"... no.." gumamnya lirih sambil meremas rambutnya. Ia menundukkan kepalanya seolah ada beban yang sangat berat menimpanya.
'Aku.. sudah jadi kakak yang buruk untukmu Gi.. aku bego.. harusnya aku tahu perasaanmu..'
Kalimat itu terus menggaung di hati dan otak Nue. Terus menggaung dengan kalimat yang sama, hingga Nue benar-benar terlarut ke dalam suara itu dan terpuruk lebih dalam. Hingga akhirnya seseorang memukul meja dan menyadarkannya.
"Hey..! hehe.. kenapa sih...? Kok ngelamun aja..?" gebrak Grace dengan seyum manisnya.
Mata Nue mengarah pada Grace sebentar, tersenyum tipis, lalu kembali menudukkan wajahnya. Grace tampak heran dengan sikap Nue itu, tapi ia justru tersenyum lalu ia berpindah ke kursi di sebelah Nue. Dengan ringan tangannya merangkul Nue dan tangan satunya mendorong pipi Nue mendekat ke arahnya.
"Kamu keliatan makin sexy kalo diem gitu.." bisiknya.
Dikecupnya pipi Nue di tempat itu, otomatis Nue risih dengan sikapnya itu dan berontak.
"Ck, apaan sih Grace.. Banyak orang tahu!" tepisnya dengan sedikit tertahan.
"Hehe... ih, Nunu emang susah banget buat dicium.. Bikin gemes..!" ujar Grace sambil mencubit pelan pipi Nue yang tadi ia cium.
Nue tidak menanggapi rayuan Grace itu. Entah kenapa ia merasa malas sekali untuk menanggapi Grace saat ini. Sebenarnya dia tidak ingin pergi. Ia ingin tinggal di kamarnya dan memejamkan mata untuk menghilangkan semua kepenatan ini. Tapi Grace memaksanya untuk datang di kafe favorit mereka dan menemaninya minum capuchinno.
"Ada apa sih Nu? Kok murung gitu mukanya?" tanya Grace yang sudah mulai melihat tanda-tanda kurang menyenangkan dari Nue.
"Nggak ada apa-apa. Kamu mau pesen apa?" tanya Nue. Ia merasa harus mengalihkan topik daripada harus diam memikirkan jawaban atas pertanyaan Grace itu.
"Ehmm.. Capuccinno juga."
Nue pun memanggil waitress yang kebetulan lewat di depan mereka dan memesankan pesanan Grace. Setelah itu Nue kembali pada posisinya semula, melipat tangan dan termenung di meja kafe. Grace hanya bisa duduk dengan canggung di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hymn of My Heart
Romance❌Cerita repost bertema gay ❌Writer : @ZalaAryadhani ❌Enjoy This Story ❌HOMOPHOBIC DIHARAP MENJAUH