Bar 25 (Tamat)

26K 1.2K 318
                                    

Gedung Soetardjo.

Tangan Gigi kembali terasa sedingin es. Kini ia dan timnya sudah duduk kembali di kursinya masing-masing. Meski ia merasa timnya sudah melakukan yang terbaik, tapi tetap saja, hasil akhir menjadi sebuah pertimbangan untuk menjadi gugup. Ketika Gigi mengangkat arlojinya, waktu sudah menunjukkan pukul 23.56. seluruh peserta lomba sudah memperdengarkan suara-suara merdu mereka. Kini semuanya duduk dengan kaku di ruangan gedung Soetardjo yang dingin. Menunggu pengumuman dari para juri yang kini tengah melakukan rapat.

"Hei.."

"Hei.." jawab Gigi. Dilihatnya Adrian yang duduk di sebelahnya.

"Gimana keadaanmu Gi?"

"Hmm... gak tau Dri... grogi banget.."

Adrian tersenyum kecil mendengar kata-kata Gigi itu.

"Kita udah nampilin yang terbaik Gi.. menang atau kalah, dia pasti akan tetap bangga sama kamu."

"Iya.." jawab Gigi dengan senyum simpul.

Selama ini memang kata-kata itu yang ditanamkan para senior di benaknya. Target menjadi pemenang hanya akan membebani pikiran. Jika kalahpun Gigi merasa tidak begitu peduli. Yang ia inginkan sekarang adalah cepat-cepat meninggalkan tempat itu, pulang dan tidur. Ini sudah lewat dari jam tidurnya. Matanya sudah semakin berat sekarang. Sebuah suara seketika membuat matanya terbuka kembali. Begitu juga dengan peserta lain di ruangan itu, seketika semuanya menjadi tenang.

"Ini adalah saat-saat yang kita tunggu. Mari kita undang para juri untuk menaiki panggung dan membacakan pengumuman juara. Kepada para juri, disilakan." Ujar MC.

Para juri pun datang. Langkah kaki mereka menuju panggung membawakan kesan dingin di sekitar ruangan. Membuat hati para peserta menjadi menciut. Setelah memberikan beberapa patah kata dan evaluasi juri atas penampilan peserta secara umum, juri pun membuka kertas hasil penjurian.

"Harapan tiga..."

Seketika mata Gigi memejam.

'Ya Tuhan... Jangan Harapan Tiga.. jangan Harapan Tigaa.....' bisik Gigi dalam hati.

Bukannya Gigi serakah dan tidak bersyukur, tapi bagi dia, usaha dan jerih payahnya selama ini masih kurang sebanding jika dihargai dengan label 'Harapan Tiga'. Setidaknya Gigi ingin masuk ke dalam tiga besar atau Harapan satu. Perasaan cuek terhadap hasil lomba kini berubah menjadi ambisi

"Nomor urutan... 07"

Barisan yang duduk beberapa baris di depan Gigi bersorak. Tim Sastra termasuk Gigi hanya tersenyum kecil sambil memberikan tepuk tangan. Ternyata tim Fakultas tetangga mereka yang meraih Harapan tiga. 

Selanjutnya dibacakan pengumuman harapan dua. Lagi-lagi Gigi berdoa agar itu bukan timnya. Dan lagi-lagi doa Gigi terkabul. Sebuah barisan yang duduk paling depan bersorak ketika nomor mereka disebut. Kali ini tangan Gigi merapat. Ia berdoa dengan suara keras dalam hati, karena pengumuman harapan satu akan dibacakan.

"Harapan satu, diraih oleh peserta dengan nomor urut..."

"10...10..10... " bisik Gigi yang terus menyebut nomor urut Timnya dalam doanya itu.

"Seee.....belas..!"

Seketika tangan Gigi lemas. Barisan di sampingnya bersorak girang, sementara timnya hanya bertepuk tangan lemas. Pengumuman harapan satu, dua dan tiga sudah dibacakan, apa mungkin tim mereka berpeluang menempati posisi tiga besar? Gigi kembali merapatan tangannya, dan berdoa.

'Juara tiga please.....juara tiga....'

"...dan, yang menempati posisi juara ketiga adalah..."

Hymn of My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang