Friska menenggelamkan wajahnya kedalam lipatan tangannya, tubuhnya benar-benar lemas karna insiden kemarin malam. Padahal ia sudah meminum obat.
Friska masih patah hati, walaupun nama Reza berangsur-angsur hilang dari pikirannya. Tapi tadi saat dia bertemu dengan Reza di lift, hatinya meneriakkan kata sakit. Dan itulah yang membuat move onnya belum benar-benar berhasil.
Lagi pula usaha apa yang telah dia lakukan untuk melupakan Reza? Bahkan usahanya untuk larut dalam pekerjaan malah menambah kegelisahan dirinya kalau-kalau kembali bertemu pandang dengan Reza.
Karna rasa sakit itu muncul jika ia melihat Reza tepat didepan matanya.
Friska ingin teriak, mengapa susah sekali ia melupakan Reza? Yaiyalah, orang baru sehari belajar move on. Bisa karna terbiasa, mungkin karna itulah dia belum bisa move on.
Move on dalam sehari saja tidak akan ada hasil apa-apanya, karna tidak ada suatu hasil pencapaian yang didapatkan secara Instant bukan?
Friska menghembuskan nafasnya berat, faktanya ia lagi-lagi memikirkan Reza. Sudahlah, disaat kondisi seperti ini Friska tak dapat berbuat apa-apa. Mungkin dia akan membiasakan hatinya untuk merasakan rasa sakit.
Karna rasa sakit itulah yang membuatnya untuk tetap bertahan.
Friska memejamkan matanya, kepalanya kembali berdenyut keras. Dan dugaannya memang benar, kedua lubang hidungnya tak henti-hentinya mengeluarkan cairan. Tissue mana tissue?
"Fris." Friska mendongakkan kepalanya dan menatap Bastian kini berdiri didepannya sambil menatap Friska cemas. "Ya?"
"Kamu gak papa? Wajah kamu pucat gitu." Friska menyengir lebar kearah Bastian, sahabat Reza yang dulu mendukung sekali usahanya mendekati Reza. Ah Reza lagi.
"Gak papa kok pak, cuma sedikit pusing sama flu. Saya boleh pulang duluan pak?" Bastian mengangguk menanggapi pernyataan sekaligus pertanyaan Friska. "Ya, tapi mending kamu minta izin dulu sama Reza." Friska mengangguk lemas.
Friska membereskan barangnya lalu berjalan tertatih menuju ruangan Reza, fisiknya sakit dan sebentar lagi batinnya akan ikut sakit.
Setelah mengetuk pintu Friska langsung masuk tanpa menunggu aba-aba masuk dari Reza. "Pak, saya izin pulang awal hari ini." Reza yang tadinya sedang berkutat dengan pekerjaannya kini menatap Friska dengan sebelah alis yang terangkat.
"Kamu gak betah lagi ya jadi asisten saya?" sergah Reza tanpa memperdulikan tatapan kaget Friska. Friska langsung menggeleng keras.
"Bapak ini kenapa sih, saya bukannya gak betah cuma saya lagi kurang fit hari ini." jawab Friska kesal, disaat dia sakit seperti ini apa Reza tidak menyadarinya? Ah iya, Reza 'kan tidak peka.
Reza menghembuskan nafas lega, setidaknya Friska yang sekarang lebih terlihat dewasa daripada Friska yang dulu dia kenal. "Yasudah saya izinkan." Friska mengucapkan terimakasih dan langsung pergi dari ruangan Reza.
Friska menutup pintu ruangan Reza dan saat berbalik ia dikejutkan dengan tubuh tegap seorang pria yang berdiri tepat dibelakangnya. "Anda lagi!!" Friska kesal, dan pria itu malah menyengir lebar.
"Hi Friska."
Tubuh Friska menegang ditempat, kenapa pria ini tau namanya? Friska memicingkan matanya seraya menatap pria itu dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Kenapa?" pria itu menatapny bingung.
"Anda siapa? Kenapa sok kenal sama saya? Bukannya anda orang yang kemarin?" sergah Friska dengan ketus, pria itu kemudian tersenyum tengil yang membuat Friska bergidik geli.
"Saya Ranadrian, salah satu Klien yang tertarik pada anda Nona Friska." Ranadrian menyeringai aneh. Dan saat itu juga kedua bola mata Friska hendak keluar.
"Apa??"
Ranadrian menarik tangan Friska untuk ikut bersama dirinya, Friska memberontak ingin dilepaskan namun Ranadrian hanya mengabaikan semuanya.Karna tujuannya hanya satu, membawa Friska kesuatu tempat.
Dan saat itu, berbagai sumpah serapah terdengar ditelinga Ranadrian. Benar-benar gadis unik.
*
Bintang menatap lurus kearah jalanan ibu kota yang begitu ramai, ia tidak memperdulikan tatapan nanar gadis dihadapannya, mata gadis itu sembab dan memerah.
"Aku minta maap." ucap Bintang tanpa menatap mata gadis itu, gadis yang sudah ia sakiti hatinya karna harapan palsu yang telah ia berikan. Dan saat ini Bintang datang kembali kedalam hidupnya dan hal itulah yang membuat gadis itu semakin terpuruk.
"Jangan datang jika kamu memang ingin menyakitiku. Cukup waktu itu kamu hempaskan hatiku semaumu." Bintang meringis dalam hati, nyatanya kini dia kembali menyakiti hati seorang wanita. Bedanya kali ini dia tak punya perasaan khusus seperti perasaannya pada Bulan.
"Aku minta maap." Bintang tau, gadis dihadapannya pun terpuruk sama seperti Bulan. Karna ditinggalkan kekasihnya, dan sumber semua masalah itu adalah karna Bintang. Bintang yang membuat gadis itu harus melepaskan cinta pertamanya.
Kesalahan yang dia buat sama persis seperti dia datang kedalam kehidupan Bulan dan membuat Bulan buta, pada akhirnya Bulan kehilangan semua yang dia punya dan itu membuatnya merasa bersalah. Dia sadar dialah pria brengsek.
"Kata maap tidak akan mengembalikan keadaan." Bintang memberanikan untuk menatap gadis itu, gadis itu menatapnya tajam walaupun matanya tak henti mengeluarkan air mata. Bintang meringis.
"Kau membuatku kehilangan dia Bintang, karna harapan palsumu! Dan kamu kembali datang kedalam hidupku hanya untuk memperkeruh semuanya! Dasar pria brengsek!!"
Gadis itu memakinya, meneriakinya, dan hal itu mengundang rasa penasaran orang disekitar mereka, Bintang bangkit dan langsung merengkuh tubuh gadis itu, gadis yang kini meronta ingin dilepaskan.
Tapi Bintang tak ingin, saat ini dia akan mempertahankan gadis itu. Dia akan membuat dirinya mencintai dan mengobati luka gadis itu. Dia berjanji, dia akan belajar melepaskan Bulan dan belajar mencintai gadis didalam rengkuhannya saat ini.
"Maapkan aku keyra, maapkan aku." lirih Bintang mempererat pelukannya, tak peduli tatapan orang sekitar dan reaksi Keyra saat ini.
Keyra luluh, membiarkan Bintang memeluknya begitu erat. Keyra lelah, dia sudah lelah dengan semuanya. Hatinya berkata untuk tetap bertahan dan melepaskan, karna kenyataannya hatinya kini terbagi.
Karna melepaskan adalah hal sulit, maka akan ku permudah dengan dirinya. Aku tak peduli bila aku harus memanfaatkannya sekalipun.
TBC
HAAAH, akhirnya bisa juga nulis dengan lancar. Mehehwhe karna kalian aku semangat buat lanjutin cerita ini, terimakasihh banyak. Dan maap jika cerita ini kurang berkenan dan masuk akal, atau amburadul haaha.
Selamat menikmati buat para pembaca dan terutama kak asharliz .
