WARNING : PART INI PART PALING GARING DAN PENDEK YANG AKU SHARE. TRIMS
Tidak ada orang yang baik-baik saja saat ditinggalkan oleh orang yang sangat dikasihinya, perlu di tegaskan. Tidak ada.
Sekalipun orang itu orang dengan pangkat yang tinggi atau mempunyai jasmani dan rohani yang kuat sekalipun, jika itu menyangkut kehilangan orang yang terkasih tidak akan ada yang baik-baik saja.
Bintang terlihat sangat terluka, bahkan mungkin Bintang merasakan patah hati yang lebih menyakitkan dari pada Friska.
Karna Bintang selamanya takkan pernah bisa selalu bersama Bulan, sekalipun mereka berada dilangit yang sama.
Friska menyesal tentu saja, ucapan yang ia tunjukkan sudah menyinggung pria itu dan tentu saja dirinya pun ikut tersindir dengan ucapannya. Tidak jauh berbeda dengan Bintang bukan?
Friska bangkit dan segera menyusul Bintang, dengan sedikit keberanian dan menahan egonya Friska berniat untuk meminta maap.
Friska memegang knop pintu dan segera mencari Bintang kesegala arah. Tapi keadaan apartemen itu hening sepeninggal Bintang, bahkan suara tv pun tidak mendukung suasana apartemen yang terasa dingin itu.
Friska menghembuskan nafasnya jengah, mungkin dia harus menunggu Bintang pulang. Rasanya tidak sopan jika ia langsung pulang setelah apa yang telah dia lakukan pada Bintang, ditambah Friska yang masih merasa bersalah.
Dan dia belum minta maap
1 jam
1 jam setengah
2 jam
Suara bel mengejutkan Friska dan refleks membuat gadis itu berlarian kecil seraya membuka pintu dan berharap Bintang lah yang menekan bel.
Eh sejak kapan Bintang memencet bel rumah nya sendiri?
Friska was-was, pikirannya berkelebatan membayangkan sesuatu terjadi pada Bintang dan orang yang menekan bel itu adalah polisi atau mungkin saja itu hantu? Friska menegang ditempat, semoga saja apa yang dia pikirkan hanya illusi semata.
Dengan gemetar Friska menggapai knop pintu sambil bibirnya yang berkomat-kamit mengucapkan do'a. Sebelum ia sampai memegang knop, pintu terbuka dan memunculkan wajah pria itu, si pria menyebalkan.
"Lo ngapain disini?"
***
Friska sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian santai pemberian pria itu, pria yang membuat degup jantungnya berpacu cepat karna ia mengira ia melihat hantu tadi.
Friska menatap pria itu yang kini tengah tertawa terbahak menonton sinetron komedi. Bukankah tadi Bintang marah padanya? Kenapa saat pulang tadi pria itu terlihat baik-baik saja? Aneh.
Kruuyukkk
Friska sontak memegang perutnya yang kini protes karna seharian ini ia belum mendapatkan asupan makanan, Bintang yang tengah duduk tak jauh darinya langsung menoleh mendengar suara perut Friska.
"Lu laper?" Friska salah tingkah, merutuki kenapa suara perutnya harus sebegitu nyaringnya. "Didapur ada pizza, kalo lo suka." Bintang kembali menatap layar led didepannya dan kembali tertawa kencang yang membuat Friska harus menutup telinga.
Friska selesai makan dan langsung bersiap untuk pulang, "Gue mau pulang." Bintang mengabaikan Friska yang masih menunggu responnya. Friska mendengus kesal.
"Makasih buat tumpangan dan bajunya, besok atau lusa gue balikin. Sekali lagi makasih." Friska langsung berjalan keluar tanpa menunggu respon Bintang, niatnya untuk meminta maap ia urungkan. Melihat Bintang yang mengabaikannya cukup membuat Friska menahan ego.
"Gue anterin." Bintang berjalan mendahului Friska setelah pria itu mengunci apartemennya, Friska menatap Bintang kaget. Hal yang diluar dugannya. Meski begitu Friska hanya menurut dan berjalan dibelakangnya.
Disepanjang perjalanan Friska maupun Bintang bungkam, Friska menahan diri untuk tidak bertingkah konyol disaat menegangkan seperti ini. Terlebih sikap Bintang yang dingin padanya.
Friska berdehem, Bintang tetap bergeming. "Gue minta maap."
Bintang masih bergeming, menatap lurus kearah jalanan "Gue minta maap." Friska mulai kesal.
"Gue bilang, gue..." Bintang menatapnya tajam sebelum Friska menyelesaikan ucapannya. Friska langsung bungkam.
Sesampainya dirumah dengan memberi sedikit arahan Friska mencoba menbuat Bintang membuka mulut, tapi lagi-lagi gagal.
"Sekali lagi Makasih buat tumpangannya, dan gue minta maap buat.." Bintang langsung melajukan mobilnya sebelum Friska menyelesaikan ucapannya.
Friska geram dan sumpah serapah langsung keluar dari mulutnya.
"OM-OM SIALAN, GUE DO'AIN LO DAPET JODOH KAYAK GUE!"
Dan saat itu juga Ibu Friska langsung menjawirnya dan menyeret paksa anaknya masuk.
***
TBC
Maap maap maaap, beribu maap buat yang baca atau (mungkin) nunggu kelanjutan cerita ini dan malah dapet lanjutan yg garing. Maap banget
Lusa kemaren sakit bulanannya kambuh dan bikin sebagian besar bayangan yg udh aku pikirin ilang gitu aja, aku ngebleng nulis dan stuck (istilahnya) pokoknyaa gak ada imajinasi yg ngedukung alur, malah abstrak (seperti judulnya).
Terutama buat kak @asharliz maap banget ya kak part ini ngebosenin gak jelas dan pokonya kacau balau. Insyaallah besok atau lusa aku bakal lanjutin dg part yg lebih panjang atau lebih hidup. Maap banget ya pemirsa semua :(
Trims