TESTIMONI

662 34 1
                                    

Beberapa menit lalu sinar matahari masih terik, seperti sengatan yang sangat mengganggu tapi menyenangkan. Kemudian awan datang dan berarak sendu, membawa gumpalan hitam yang menakutkan dari ufuk timur. Akhirnya hujan rintik-rintik mengguyur seluruh kota.

Beberapa orang bergerutu pelan, lalu meneduh di pinggir jalan. Bagi mereka, hujan disaat seperti ini sangat mengganggu. Seberapapun keringnya bumi, mereka tetap mengeluh saat hujan turun di waktu yang tidak mereka harapkan.

Tidak sadarkah mereka? Do'a mereka terkabul, dan mereka masih mengeluh?

Aku menggeleng pelan.

Menghiraukan gerutuan seorang perempuan yang duduk tidak jauh dariku. Hujan yang semakin deras membuat halte bus mulai dipenuhi orang-orang yang mencari tempat berteduh. Aku merapatkan jaketku, air hujan membuat kedua pipiku dingin, aku tersenyum merasakan perasaan yang menggelitik ini. Aku menyukainya.

"Hujan itu, rasanya kayak hypnosis."

Kilasan yang menyedihkan, aku tidak ingin menyingkirkannya. Masa lalu adalah kenyataan bahwa kita ini telah berjalan cukup lama, saat terjatuh dan dijatuhkan adalah hal yang tidak dapat diduga. Manusia itu makhluk yang suka menerka-nerka. Bukan hal yang mustahil jika mereka tidak memikirkan bagaimana jadinya nanti nasib mereka.

Ini semua terlalu rumit.

Angkutan umum tidak kunjung datang. Setiap kendaraan umum itu melintas, penumpang pasti sudah memenuhinya dan membuat orang sepertiku harus menunggu angkutan umum lain.

"Butuh tumpangan?" Suara yang cukup dingin itu menghenyakkan alunan musik sendu yang mengalun didalam pikiranku. Entah kenapa kepalaku gatal untuk sekedar menoleh, tapi dengan sisa-sisa kesadaran yang terkikis ini aku berharap khayalan konyol ini berakhir detik itu juga.

"Yasudah," beberapa detik hanya membisu Laki-laki itu berjalan meninggalkanku dengan sejuta pertanyaan yang ingin ku sampaikan. Tawarannya itu menggirukan, namun untuk sekedar berharap pun aku harus membuangnya jauh-jauh. Kenyataan bahwa saat ini aku berjalan pada jalan yang baru membuatku harus waspada dengan perasaan dan hati yang mudah terbawa suasana.

*

HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang