Tak Terduga

1.6K 91 4
                                    

Bintang melepaskan pelukannya dan menatap Keyra yang kini hanya diam tak lagi emosi, Bintang menarik dagu gadis itu dan memaksanya untuk menatap Bintang.

"Aku tidak akan pergi lagi. Pegang janjiku." dan saat itu Keyra menangis haru, dia memeluk Bintang kembali menumpahkan segalanya. Berharap kali ini Bintang memegang janjinya, janji yang sempat ia ingkari.

"Cium aku."

***

Friska pusing, dan bertambah pusing saat Rana membawanya pergi tanpa persetujuannya, pria yang seumuran dengan Reza itu begitu bersemangat membawanya kesuatu tempat. Entah apa yang membuatnya bertingkah aneh.

"Kita mau kemana?" Rana menoleh dengan senyuman lebar yang tak luput dari wajahnya itu. "Suatu tempat."

"Apa mau mu sebenarnya?" Friska kesal tentu saja, baru kali ini dia bertemu orang seperti Rana. Padahal dia baru bertemu dengan pria itu baru dua kali saja, ditambah kesan pertama mereka bertemu benar-benar tidak menyenangkan.

"Lihat dan nikmati saja nanti." jawab Rana disertai seringai misterius yang membuat Friska bergidik sekaligus sebal, pria ini terlalu bertele-tele dan Friska tidak suka.

Beberapa belas menit kemudian mereka sampai disebuah cafe, Rana segera memarkirkan mobilnya dan keluar seraya membukakan pintu mobil untuk Friska.

Sok manis, umpat Friska dalam hati.

Tanpa diduganya, Rana menggenggam tangan Friska dan membawanya masuk ke sebuah cafe bernuansa klasik.

Friska hanya diam diperlakukan seperti itu oleh Rana, dan dia sadar seharusnya dia menolak tapi entah kenapa hatinya malah merasa nyaman.

Friska duduk ditengah ruangan, sikap Rana saat ini terlihat begitu manis didepannya. Sekaligus menyebalkan, Friska memesan minuman dingin tanpa berniat memesan makanan. Padahal sedari tadi perutnya berteriak lapar, tapi saat ini selera makannya hilang.

"Aku sayang sama kamu." Friska berjengit, tangan Rana kini menempel diatas tangannya. Dan apa yang baru saja dia katakan? Arg, benar-benar membuat Friska mual.

"Kamu gila ya?" Friska berbisik dan mendapatkan lirikan tajam dari Rana. Namun dalam sekejap air wajah Rana kembali terlihat manis, Friska semakin bingung.

Namun saat matanya menangkap seorang gadis yang secara terang-terangan menatapnya dan Rana, Friska tahu alasan apa yang membuat Rana melakukan hal itu.

"Aku ingin pulang." bisik Friska yang langsung dihadiahi anggukan dari Rana, "Kamu gak nyaman disini ya sayang? Yaudah mending kita pulang. Ayo." setelah Rana membayar Bill, Rana langsung menarik tubuh Friska dan memeluk pinggang gadis itu.

Apa-apaan

Rana mengantarkan Friska menuju rumahnya, sejak keluar dari cafe itu pria ini hanya diam dan tak lagi ceria seperti sebelumnya.

Pria aneh, pikir Friska.

Sesampainya dirumah Friska langsung turun setelah mengucapkan terimakasih. Tapi sebelum Friska sempat membuka pintu mobil, Rana menarik tangannya dan memeluk Friska.

Sontak Friska memberontak, namun Rana malah mempererat pelukannya. Setelah berhasil keluar dari pelukan Rana, Friska langsung menampar pria itu dan melenggang pergi.

Rana terdiam kaku, menatap Friska yang berlari ketakutan menghindarinya.

Im alone.

***

Friska dan Reza kini tengah menunggu Klien yang minggu lalu sempat membatalkan pertemuan dikarnakan alasan yang entah Friska ketahui, di Restoran yang cukup mahal itu Friska hanya dapat menganga menatap daftar menu yang menampilkan sederetan makanan yang harganya selangit.

HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang